Parenting

Yuk, Latih Anak Membiasakan Sikat Gigi Tiap Hari!

yuk, mulai ajak si kecil sikat gigi bersama!Sejak si kecil sudah mulai bisa mengonsumsi berbagai macam makanan dan minuman, Bunda sebagai orangtua harusnya mulai khawatir akan kesehatan gigi anak sebab besar kemungkinan akan ada sisa makanan yang menempel di sela-sela gigi.

Jika tidak dibersihkan secara optimal, maka hal tersebut akan memicu timbulnya gigi keropos dan berlubang, lho! Lalu, pada usia berapakah idealnya Bunda bisa mulai membiasakan anak untuk menggosok gigi secara rutin?

Beberapa dokter gigi menyarankan para orangtua untuk mulai mengajarkan anak tentang betapa pentingnya kebersihan organ mulut sejak ia berusia 2-3 tahun. Terdengar mudah, padahal dalam praktiknya, Bunda akan menemui beberapa rintangan. Sebut saja kemungkinan anak rewel, memberontak, hingga menangis.

Enggan hal tersebut terjadi, bukan? Ini dia beberapa cara seru melatih buah hati untuk rutin menggosok gigi yang bisa Bunda coba di rumah:

1. Biasakan sejak masih kecil

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Bunda disarankan untuk mengajari anak menggosok gigi dengan benar sejak ia berusia 2-3 tahun. Hal ini sejalan dengan pernyataan yang dilansir dari situs Colgate yang mengatakan bahwa semakin dini nilai pentingnya kebersihan gigi ditanamkan, maka akan semakin menempel pula pemahaman tersebut di benak anak hingga ia beranjak dewasa kelak.

 

2. Menggosok gigi bersama si kecil

Bukankah salah satu hal yang paling sering dilakukan oleh anak-anak adalah meniru kebiasaan orangtuanya? Karenanya, sebagai orangtua, sudah seharusnya Bunda memberikan contoh yang baik dengan membiasakan diri menggosok gigi setiap habis makan dan sebelum tidur.

Ada baiknya, setiap kali Bunda akan menggosok gigi, ajak serta si kecil agar ia merasa ditemani. Manfaatkan kesempatan ini untuk mengawasi apakah si kecil sudah menggosok gigi secara benar atau tidak, ya!

 

3. Ajak anak untuk memilih peralatan sikat giginya

Si kecil tentunya akan merasa senang jika dilibatkan untuk memilih sikat giginya sendiri. Maka dari itu, biarkanlah ia memilih sikat gigi yang disukainya berdasarkan gambar hewan atau karakter kartun favoritnya.

Selain itu, berilah ia kebebasan untuk memilih pasta gigi dengan rasa yang disukai. Ssstttt… dua cara tersebut dijamin ampuh untuk membuat buah hati rajin sikat gigi, lho!

 

4. Puji si kecil setelah menggosok gigi

Eits, jangan salah! Bukan hanya orang dewasa, anak-anak pun akan kegirangan jika mendapatkan pujian. Karenanya, setelah si kecil selesai menggosok gigi, pujilah ia sewajarnya. Jika perlu, berikan ia kecupan di kening sebagai bentuk apresiasi.

Hal ini dilakukan untuk memotivasi anak agar ia menjadikan aktivitas menggosok gigi sebagai kebiasaan baik yang harus dilakukan setiap hari. Efeknya, si kecil pun jadi terbiasa menemukan cara memutihkan gigi untuk dirinya sendiri. Praktis, bukan?

 

5. Ajak anak menggosok gigi sebelum tidur dengan cerita

Bunda tentunya tahu bahwa anak-anak sangat menyukai cerita. Nah, Bunda dapat memanfaatkan hal tersebut untuk melatihnya menggosok gigi sebelum tidur.

Caranya? Buatlah jalan cerita tentang jahatnya kuman-kuman di dalam mulut yang perlu dibasmi dengan menggunakan sikat dan pasta gigi. Jangan lupa untuk memasukkan karakter pahlawan kesukaan si kecil dalam cerita karangan Bunda, ya! Dengan cara ini, si kecil tidak akan lagi merasa terpaksa ketika diminta untuk menggosok gigi.

 

Itu tadi beberapa tips dan trik jitu untuk memulai kebiasaan menggosok gigi bagi si kecil. Selamat mencoba!

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.


Extra

Memahami Gigi Bayi dan Seluk Beluk Pertumbuhannya

Gigi merupakan bagian tubuh yang sangat penting. Selain berfungsi untuk mengunyah, keberadaan gigi juga bisa menambah estetika wajah. Karena itu, setiap fase perkembangannya—mulai dari gigi bayi sampai dewasa—harus diperhatikan dengan baik, terutama oleh para ibu.

Gigi bayi atau gigi susu biasanya mulai berkembang sejak si kecil masih dalam kandungan. Namun, dalam kasus paling umum, gigi tidak akan muncul ke permukaan gusi sampai bayi berusia 6 hingga 12 bulan.

Kebanyakan anak-anak akan memiliki satu set gigi susu yang berjumlah 20 buah ketika mereka berusia 3 tahun. Saat memasuki umur 5 atau 6 tahun, gigi-gigi susu ini akan lepas dan berganti dengan gigi dewasa. Agar Bunda lebih memahami tentang gigi bayi, fase-fase pertumbuhan, hingga perawatannya, simak ulasan lengkapnya berikut ini.

Kapan Gigi Bayi Tumbuh?

Meskipun kebanyakan bayi mengalami tumbuh gigi pertama saat usianya 6-12 bulan, kondisi ini bisa bervariasi. Banyak bayi yang bahkan belum punya satu gigi pun saat ulang tahun pertamanya.

Memasuki usia 3 bulan, bayi akan mulai mengeksplorasi lingkungan di sekitarnya dengan menggunakan mulut mereka. Saat ini, bayi mulai memasukkan tangan ke dalam mulut. Banyak orang tua yang menyangka kebiasaan memasukkan tangan ke mulut adalah salah satu tanda anak akan tumbuh gigi. Faktanya, gigi pertama lebih sering muncul saat si kecil sudah berusia 6 bulan, bukan 3 bulan.

Untuk lebih memahami kapan gigi bayi tumbuh, Bunda bisa menyimak poin-poin di bawah ini:

  1. Gigi seri bawah. Gigi seri di bagian rahang bawah biasanya akan menjadi gigi pertama yang keluar. Umumnya, gigi seri bawah akan mulai tumbuh saat umur bayi 5-7 bulan.
  2. Gigi seri atas. Meskipun tidak selalu sama untuk setiap bayi, gigi seri atas biasanya akan menyusul gigi seri bawah. Gigi ini akan keluar pada usia 6-8 bulan.
  3. Gigi seri atas lateral (gigi yang tumbuh tepat di samping dua gigi seri atas). Gigi ini tumbuh sekitar usia 9-11 bulan.
  4. Gigi seri lateral bawah (gigi yang tumbuh tepat di sisi gigi seri bawah). Gigi ini tumbuh saat bayi menginjak usia 10-12 bulan.
  5. Molar pertama (gigi belakang). Gigi belakang pertama akan keluar sekitar usia 12 hingga 16 bulan.
  6. Gigi taring (di bagian belakang mulut). Biasanya, gigi ini akan tumbuh di usia 16-20 bulan.
  7. Molar kedua. Gigi ini akan tumbuh saat si kecil memasuki usia 20-30 bulan.

Poin-poin tersebut hanyalah hitungan secara kasar atau yang paling umum terjadi. Bunda tidak perlu cemas jika si kecil tidak mengalami tumbuh gigi sesuai dengan hitungan tersebut karena waktu tumbuh gigi setiap anak berbeda-beda.

Tanda Bayi Tumbuh Gigi

Meski pertumbuhan gigi bayi dinanti-nantikan oleh para bunda, proses yang harus dilalui terbilang tidak mudah. Pasalnya, banyak bayi yang jadi rewel saat proses tumbuh gigi. Selain itu, rasa tidak nyaman yang muncul di mulut mungkin akan membuat si kecil jadi enggan makan atau menyusu.

Saat tumbuh gigi, ada banyak sekali gejala atau tanda yang mungkin muncul. Selain rewel, waktu tidur si kecil juga akan terganggu. Gusi bengkak, air liur yang keluar lebih banyak dari biasanya, ruam di mulut, sampai diare adalah beberapa gejala yang sering dikeluhkan. 

Nah, berikut ini beberapa tanda gigi bayi tumbuh yang perlu Bunda perhatikan.

Mudah Marah atau Rewel

Si kecil sering rewel saat tumbuh gigi biasanya disebabkan oleh rasa tidak nyaman yang timbul di gusinya. Gigi pertama dan gigi geraham adalah dua gigi yang membuat mereka jadi sangat rewel.

Ketika si kecil mulai menangis dan gelisah, yang perlu Bunda lakukan adalah memeluknya. Saat dipeluk, mereka akan merasa lebih tenang dan rasa sakitnya terasa lebih ringan.

Air Liur Meningkat dan Muncul Ruam pada Kulit

Tumbuh gigi dapat merangsang peningkatan produksi air liur. Ketika air liur bayi keluar dari mulut dan membasahi area sekitar bibir, pipi, dagu dan leher, ruam pada kulit biasanya akan timbul.

Kondisi ini disebabkan oleh bakteri yang bercampur dengan kotoran di permukaan kulit. Jadi, jagalah area-area tersebut agar tetap kering ya, Bunda.

Batuk

Jika Bunda menemukan si kecil terbatuk berulangkali, terutama saat posisi berbaring, ini bisa disebabkan karena dia tersedak air liurnya sendiri. Produksi air liur yang banyak tidak hanya bisa menyebabkan bayi tersedak dan terbatuk-batuk, tetapi juga bisa muntah sesekali.

Perlu diketahui bahwa batuk karena tumbuh gigi tidak disertai dengan gejala pilek, flu, atau demam. Jika si kecil mengalami demam dan gejala lainnya, segera hubungi unit kesehatan terdekat untuk mendapatkan penanganan.

Menggigit

Tekanan dari gigi yang akan keluar dari permukaan gusi akan membuat bayi merasa tidak nyaman. Inilah yang kemudian membuatnya mencari-cari sesuatu untuk digigit guna meredakan rasa tidak nyaman. Bunda bisa membantunya dengan memberikan teether atau potongan buah dingin. Jangan lupa tetap awasi si kecil saat dia menggigit benda yang Bunda berikan.

Demam Ringan

Tumbuh gigi juga kadang menyebabkan timbulnya demam ringan pada bayi. Ini umumnya terjadi karena si kecil memasukkan tangannya yang kotor ke dalam mulut.

Demam ringan ini tidak perlu dicemaskan jika suhunya belum melampaui 38 derajat Celcius. Jika suhu tubuh si kecil naik lebih tinggi, segera hubungi dokter.

Menggosok-gosok Pipi dan Menarik Telinga

Dua gerakan tersebut biasanya dilakukan si kecil karena rasa nyeri di gusi yang menjalar ke pipi dan telinga, terutama jika gigi yang tumbuh adalah geraham. Akibat kesakitan dan tidak nyaman, mereka akan mengusap atau menggosok area tersebut.

Untuk membantu si kecil mengatasi nyeri pada gusi, Bunda bisa mengusap dan memijat gusinya dengan lembut selama satu sampai dua menit. Pastikan tangan Bunda dalam keadaan bersih sebelum memasukkannya ke mulut si kecil, ya.

Perlu diingat bahwa menarik atau menggosok telinga juga bisa menjadi tanda adanya infeksi telinga. Jika bayi Bunda melakukan hal tersebut berulang-ulang dan disertai demam tinggi, segera konsultasikan pada dokter anak terdekat.

Banyak ibu yang percaya bahwa gigi bayi yang tumbuh bisa menyebabkan bayi mengalami diare. Pada dasarnya, diare tidak berhubungan dengan proses tumbuh gigi. Ini kemungkinan terjadi karena si kecil memasukkan tangan atau benda-benda yang kotor ke dalam mulut . Hal itu berisiko membuat sistem pencernaannya bermasalah dan menimbulkan diare.

Perlu diketahui bahwa diare bisa menjadi pertanda dari infeksi yang serius, terutama jika disertai dengan muntah, demam tinggi, dan berlangsung lebih dari tiga hari. Untuk menghindari dehidrasi dan komplikasi, segera bawa si kecil ke pusat kesehatan terdekat.

Perawatan Gigi Bayi

Merawat gigi bayi harus dilakukan sejak proses tumbuhnya gigi pertama. Ketika si kecil mengalami tumbuh gigi, Bunda bisa membantu merawat dan mengatasi rasa tidak nyaman yang dialaminya dengan berbagai cara.

Menurut dr. Ye Mon dari Cleveland Clinic, Bunda bisa melakukan langkah-langkah berikut saat bayi mulai tumbuh gigi:

  1. Gunakan kain basah. Ambil kain yang bersih dan lembut kemudian basahi dan diamkan sampai cukup dingin di lemari es (jangan sampai beku). Ambil kain tersebut kemudian gunakan untuk memijat gusi yang bengkak
  2. Makanan dingin. Sajikan makanan yang dingin seperti yogurt dan buah beku (untuk bayi yang sudah mulai mengonsumsi makanan padat).
  3. Teething biscuit. Bunda bisa memberikan biskuit khusus untuk tumbuh gigi ketika bayi memasuki usia 8 sampai 12 bulan. Namun, jangan lupa tetap memperhatikan kebersihan gusi agar tidak menyebabkan masalah gigi berlubang.
  4. Seka area gusi dan gigi yang sudah tumbuh dengan kain sampai bersih. Ketika jumlah giginya sudah cukup banyak, Bunda bisa memperkenalkan sikat gigi pada si kecil.
  5. Teether. Teether merupakan mainan yang dirancang untuk membantu si kecil menghadapi masa tumbuh gigi. Selain mudah dipegang, teether dapat memberikan tekanan yang cukup untuk meredakan sakit gusi. Pastikan Bunda memilihkan teether dari bahan yang lembut dan bebas BPA.

Hindari memberikan obat pereda nyeri pada si kecil tanpa petunjuk dari dokter, terutama obat-obatan yang mengandung benzocaine dan lidocaine. Kedua zat tersebut tidak hanya berbahaya, tetapi bisa menyebabkan efek fatal pada anak. Jangan memberikan benda yang berukuran terlalu kecil atau makanan yang berisiko membuat bayi tersedak.

dr. Ye Mon juga mengingatkan para ibu untuk berhati-hati dalam memberikan obat herbal untuk mengatasi nyeri akibat tumbuh gigi. Meskipun dibuat dari bahan alami, obat-obatan herbal tetaplah obat yang dimetabolisme oleh hati dan ginjal anak. Belum ada cukup penelitian untuk mengetahui risiko serta efek samping jangka panjangnya.

Selain itu, penggunaan asetaminofen atau ibuprofen juga sebaiknya diperhatikan dengan baik. Bisa dimulai dengan pemberian satu dosis saja. Jika pemberian dosis pertama tidak meredakan rasa sakit anak, jangan memberikan obat tambahan sebelum Bunda berkonsultasi dengan dokter.

Pada dasarnya, rasa sakit dan nyeri akibat tumbuh gigi bisa diatasi di rumah menggunakan cara nonmedis. Namun, jika bayi mengalami diare, ruam parah, demam tinggi, dan menangis terus-menerus, sebaiknya lakukan kunjungan ke dokter anak terdekat agar memperoleh penanganan terbaik.

Bagaimana Cara Merawat Gigi Bayi Setelah Tumbuh?

Memperhatikan kebersihan dan kesehatan mulut harus dilakukan sejak gigi bayi belum tumbuh. Seka permukaan gusi dua kali sehari, yakni setelah makan atau minum susu dan sebelum tidur. Pembersihan ini bisa mencegah penumpukan sisa-sisa makanan dan bakteri di mulut si kecil.

Ketika gigi pertama bayi muncul, gunakan sikat kecil berbulu halus untuk membersihkannya dua kali sehari. Ketika si kecil sudah belajar meludah (sekitar usia 3 tahun), oleskan pasta gigi berfluoride dengan ukuran tidak lebih besar dari sebutir beras saat menggosok giginya. Bunda bisa menambah jumlah pasta gigi yang digunakan seiring dengan pertambahan usia anak.

Bunda juga sebaiknya mulai mempertimbangkan untuk membawa si kecil melakukan pemeriksaan gigi secara teratur. American Dental Association dan American Academy of Pediatric Dentistry merekomendasikan penjadwalan kunjungan gigi pertama anak saat usianya mencapai satu tahun.

Mengapa Perawatan terhadap Gigi Bayi itu Penting?

Banyak orang yang beranggapan bahwa perawatan terhadap gigi susu tidak begitu penting. Meskipun gigi susu hanya digunakan sebentar, perannya sangat penting dalam mendukung pertumbuhan giginya di masa depan. Ada beberapa alasan mengapa Bunda harus memperhatikan dengan cermat perawatan gigi si kecil:

  1. Memberikan tampilan normal pada wajah. Gigi yang tidak dirawat sedari kecil akan menyebabkan pertumbuhan yang tidak sehat sehingga mengganggu penampilannya kelak.
  2. Membantu pertumbuhan dan perkembangan rahang. Gigi bayi akan membantu mendorong perkembangan dan pertumbuhan rahang yang benar. Dengan memastikan gigi tumbuh dengan baik, Bunda juga ikut memastikan rahang si kecil tumbuh dengan kuat.
  3. Membantu pengembangan pengucapan yang jelas. Karena pertumbuhan gigi berkontribusi pada perkembangan rahang, ini juga berpengaruh pada kemampuan bicara anak.
  4. Membantu si kecil memperoleh nutrisi yang baik. Gigi yang hilang atau rusak akan membuat anak susah mengunyah. Akibatnya, dia akan menolak makanan dan akhirnya kehilangan kesempatan untuk memperoleh nutrisi yang dia butuhkan.
  5. Membantu mempersiapkan pertumbuhan gigi permanen yang sehat. Jika gigi susu dibiarkan rusak dan mengalami infeksi, gigi dewasa atau gigi permanen yang berkembang di bawahnya juga akan terganggu.
  6. Membantu mencegah berbagai masalah kesehatan mulut. Merawat gigi si kecil sejak dini akan membantu akan menghindari berbagai masalah kesehatan seperti gigi yang berlubang.
  7. Membantu mengajarkan anak merawat kesehatan gigi dan mulut. Memperkenalkan cara membersihkan gigi sejak masih kecil adalah langkah awal membiasakan merawat kesehatan gigi dan mulut. Bunda juga bisa mengajarkan cara flossing (membersihkan sela-sela gigi dengan benang khusus), berkumur dengan mouthwash, dan menggosok gigi secara rutin setiap hari.

Bagaimana Jika Gigi Bayi Terlambat Tumbuh?

Gigi bayi adalah bagian yang sangat penting hingga dia tumbuh dewasa. Selain melakukan perawatan yang tepat, jangan lupa memberikan nutrisi tambahan pada anak. Beberapa jenis makanan, seperti ubi merah, susu, telur, sayuran hijau, kacang-kacangan, dan biji-bijian termasuk kacang hijau, bisa membantu merangsang pertumbuhan gigi anak.

Lantas, kapan Bunda harus merasa khawatir dengan pertumbuhan gigi bayi? Ketika usia si kecil sudah mencapai 15 bulan dan belum ada tanda-tanda giginya akan tumbuh, ada baiknya segera berkonsultasi ke dokter.

Gigi yang terlambat tumbuh bisa menjadi tanda berbagai masalah medis, termasuk Down syndrome. Masalah fisik pada gusi atau tulang rahang juga dapat menyebabkan gigi terlambat tumbuh. Dengan melakukan pemeriksaan sejak awal, Bunda bisa mengetahui masalah pada gigi anak dan melakukan langkah lanjutan untuk mengatasinya.

Semoga informasi mengenai gigi bayi ini bisa membantu Bunda mendampingi tumbuh kembang si kecil secara maksimal. Semoga bermanfaat!

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.


Parenting

Positive Parenting, Mendidik Anak Tanpa Bentakan dan Pukulan

positive parenting

Teriakan, bentakan, dan pukulan sering menjadi cara untuk mendisiplinkan anak. Apakah berhasil? Seringkali malah tidak berhasil. Sebagai gantinya, yuk belajar menerapkan positive parenting.

Positive parenting mendorong perilaku anak yang lebih baik. Teknik ini juga membantu orang tua memahami cara yang berhasil baginya dalam mendisiplinkan anak.

Nah, berikut ini 9 langkah efektif untuk menerapkan positive parenting.

1. Melihat dari Sudut Pandang Anak

Bunda pasti pernah merasa kesal saat anak mengulangi kesalahan yang sama. Perasaan kemarin sudah dinasihati panjang lebar, kenapa hari ini diulangi lagi. Lalu terlintas keinginan untuk membentak atau memukul agar anak jera.

Stop, Bun! Di saat seperti ini tetaplah tenang, meski mungkin terasa sulit. Oke, kita perlu diam sejenak, ambil napas dalam, lalu perlahan hitung 1-10.

Selanjutnya, yuk kita coba melihat permasalahan dari sudut pandang anak. Kira-kira apa penyebab anak mengulangi perilaku yang tidak bisa diterima itu.

Perspektif anak-anak biasanya sangat berbeda dengan perspektif orang dewasa. Kita pun perlu banyak memaklumi tingkah lakunya karena mereka memang masih kecil. Anak masih belajar banyak hal, sehingga kita tidak bisa berekspektasi tinggi.

2. Fokus pada Kekuatan Anak, Bukan Kelemahannya

Terlalu sering melihat kelemahan anak, akan membuat kita fokus pada hal negatif. Padahal setiap anak unik. Mereka tumbuh dan belajar dengan kecepatan masing-masing. Dengan fokus pada kekuatan anak, kita akan semakin memahaminya. Anak pun merasa lebih dicintai orang tuanya.

3. Nikmati Momen Bersama Anak

Mungkin hari-hari kita penuh dengan kesibukan. Terkadang kita tak peduli atau justru kesal saat si kecil berkali-kali menginterupsi kegiatan kita. Padahal mungkin dia ingin menceritakan hal-hal yang baru saja ditemui atau dipelajari.

Yuk kita ingat Bunda bahwa waktu berjalan sangat cepat. Anak-anak pun rasanya tumbuh begitu cepat. Sepertinya baru kemarin dilahirkan, sekarang anak-anak sudah bisa melakukan berbagai hal.

Untuk itu, mari kita nikmati momen bersama anak, Bun, untuk menumbuhkan perasaan yang lebih positif saat membersamainya. Kita bisa menunjukkan senyum tulus saat anak menunjukkan hasil karyanya.

Bisa pula dengan pelukan hangat saat usai membacakan buku cerita. Umpan balik atas hal-hal positif yang dilakukan anak akan membuatnya semakin disayang dan dicintai.

4. Menerapkan Aturan yang Konsisten

Konsistensi dalam menjalankan aturan sesuai usia anak sangat membantu menerapkan positive parenting. Alasannya adalah karena anak membutuhkan bimbinagn dalam berperilaku.

Bagi anak, rutinitas yang ajeg dan batasan tegas sangat membantu dirinya belajar. Jika aturan tidak dilaksanakan secara konsisten, maka anak akan bingung dan sulit bekerja sama.

5. Berusaha Tenang dalam Menanggapi Perilaku Anak

Anak-anak secara alami berperilaku dengan dorongan emosi yang kuat. Sedangkan kita, orang dewasa, bisa lebih baik dalam mengenali emosi dan mengendalikan diri.

Saat anak berkata atau berperilaku kurang baik, jangan tergoda untuk membentak atau memukulnya. Alih-alih langsung bereaksi, sebaiknya kita menarik napas dalam-dalam dan menenangkan diri terlebih dahulu.

6. Minta Maaf Saat Kehilangan Kesabaran

Mengasuh anak bisa memicu stres di satu titik. Ketika banyak hal yang harus dipikirkan dan dilakukan, kita bisa jadi kehilangan kesabaran. Jika ini terjadi, yuk minta maaf pada anak dan memperbaiki keadaan.

Ya, orang tua memang tikak selalu benar, melainkan bisa saja berbuat salah. Namun, kita perlu memberi contoh bahwa orang tua pun harus minta maaf saat melakukan kesalahan.

7. Memperhatikan Diri Sendiri

Saat menjadi ibu, fokus kita adalah pada anak-anak. Terkadang hal ini membuat diri sendiri kurang diperhatikan. Kita tak peduli istirahat dan asupan nutrisi yang kurang. Padahal memberi perhatian pada diri sendiri merupakan salah satu amunisi dalam menerapkan positive parenting.

Bunda bisa berbicara dengan pasangan untuk membantu mendapatkan me time dan berbagi peran. Me time pun tak perlu lama hingga berjam-jam. Bisa dengan 10 menit olahraga, 15 menit membaca buku, atau 5 menit jalan ke luar rumah sebentar sendirian.

Kita perlu memahami bahwa diri ini perlu waktu untuk diri sendiri, waktu bersama orang dewasa, atau waktu untuk melakukan yang kita sukai. Dengan begitu, saat mengasuh anak-anak, kita kembali dalam keadaan segar dan tenang.

8. Hindari Mengkritik Setiap Tindakan Anak

Saat si kecil melakukan sesuatu yang tak sesuai harapan kita, yuk tahan diri untuk tidak serta-merta mengkritiknya. Sebaiknya kita sampaikan saran yang lebih membangun ketimbang kritik yang menjatuhkan semangat. Terlalu sering dikritik, bahkan saat tidak melakukan kesalahan, bisa membuat anak kehilangan harga diri dan percaya dirinya.

Jangan pula terjebak dengan adu argumen ya, Bun. Berdiskusi sah-sah saja, namun jangan biasakan si kecil untuk selalu adu argumen dengan suara keras. Hal ini akan membuat kita dan anak-anak berada dalam situasi negatif.

9. Minta Bantuan Saat Kewalahan Secara Emosional

Saat Bunda merasa kewalahan secara emosional, tidak ada salahnya minta bantuan kepada orang terdekat. Bisa minta bantuan ke suami, teman, saudara, atau ke komunitas tertentu. Bahkan jika diperlukan, Bunda bisa minta bantuan ke tenaga profesional seperti psikolog.

Mengasuh anak ibarat sedang berlari maraton, bukan lari cepat. Perjalanan yang ditempuh panjang dan penuh tantangan. Kadang kita merasa salah langkah. Namun, itu tidak apa-apa karena kita punya kesempatan untuk memperbaikinya. Merespons anak dengan cinta dan memperbaiki hubungan dengan mereka adalah langkah nyata kita tengah menerapkan positive parenting.

Referensi:

Pregnancy Birth Baby. Positive Parenting. https://www.pregnancybirthbaby.org.au/positive-parenting diakses pada 29 April 2021.

Zero to Three. Nine Elements That Power Positive Parenting. https://www.zerotothree.org/resources/2198-nine-elements-that-power-positive-parenting diakses pada 29 April 2021.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.


Kesehatan

3 Kebiasaan Sepele yang Bikin Gigi si Kecil Karies

gigi karies pada anak

Gigi karies atau berlubang, bisa mengganggu aktivitas dan tumbuh kembang anak. Sayangnya, masih banyak orang tua yang menganggap enteng masalah ini, sehingga merasa tidak perlu melakukan perawatan khusus. 

Lubang pada gigi bisa terjadi pada usia berapa pun jika kebersihan gigi dan mulut si kecil terabaikan. Umumnya, gigi karies pada anak disebabkan oleh kebiasaan yang sering dianggap sepele berikut ini: 

1. Ngedot 

Balita bisa sampai ketiduran sambil ngedot atau menyusu dari botol. Jika dibiarkan, sisa susu atau minuman manis lainnya seperti teh manis atau jus bisa menempel dan bersarang di gigi anak dalam waktu yang lama. 

Gula yang melekat di gigi akan menjadi makanan bagi bakteri untuk tumbuh dan berkembang. Lama kelamaan, bakteri membentuk plak dan menghasilkan asam yang mengikis lapisan terluar gigi. Kombinasi dari plak dan lapisan terluar gigi perlahan akan hilang dan mengakibatkan lubang. 

2. Ngemut 

Saat mulut tertutup karena mengemut makanan, produksi kelenjar ludah berkurang. Karbohidrat dari sisa makanan di rongga mulut akan difermentasikan oleh bakteri menjadi asam. Rasa asam inilah yang menimbulkan gigi berlubang. 

3. Malas Sikat Gigi 

Jelas, malas menyikat gigi pagi dan malam sebelum tidur, dan terutama setelah makan yang manis-manis, mengundang bakteri semakin betah bersarang di gigi anak. Malas menyikat gigi bisa mempercepat pembusukan gigi anak, membuatnya menghitam dan akhirnya berlubang. 

Cara Mencegah Gigi Anak Karies

Jika sudah tahu penyebabnya, terapkan cara mudah dan sederhana ini untuk mencegah gigi karies pada anak. 

1.Hindari Menyusu Sambil Tidur 

Kalau anak masih menyusu ASI atau susu botol, jangan biarkan ia tertidur dalam keadaan menyusu. Hal ini perlu dilakukan untuk mengurangi paparan asam pada gigi anak yang menimbulkan karies gigi. 

Usahakan anak tetap terjaga setidaknya 15 menit setelah selesai menyusu, dan mintalah ia membersihkan giginya terlebih dahulu sebelum tidur. Pada saat usianya menginjak 12 bulan, ajari anak untuk mulai minum susu dari gelas. Dengan cara ini, diharapkan pertumbuhan karies gigi pada anak dapat dicegah. 

2. Mengunyah Makanan dengan Benar 

Latih anak mengonsumi makanan padat sesuai tahap perkembangan usia. Dengan demikian, anak perlahan akan menghilangkan kebiasaan mengemut makanannya. 

Latihan ini juga berfungsi memperkenalkan si kecil pada berbagai tekstur makanan. Kegiatan ini juga merangsang proses pertumbuhan serta perkembangan rahang dan gigi. 

3. Jadi Contoh yang Baik untuk Anak 

Anak akan mencontoh perilaku orang tua. Maka, Bunda dan Ayah harus memperlihatkan kebiasaan rajin menyikat gigi. Supaya lebih menyenangkan, jadikan momen sikat gigi sebagai kegiatan rutin harian yang dilakukan secara bersama-sama dengan keluarga. 

Selain untuk mengawasi aktivitas menyikat gigi si kecil, cara ini juga tepat untuk membangun ikatan antara orang tua dan anak. Jika gigi susu anak belum tumbuh, Bunda atau Ayah bisa membersihkan gusi dan mulutnya dengan kain lap lembut yang sudah dibasahi air hangat. 

Masih banyak pertanyaan seputar karies gigi pada anak? Cari tahu jawabannya di kelas online Kelasin.com ‘Kebiasaan yang Bisa Sebabkan Gigi Anak Rusak’. Di sini, semua dibahas lengkap dan Bunda bisa curhat langsung sama ahlinya. Yuk, ikutan kelasnya. Gratis! 

Sumber: Tanyapepsodent.com  

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Most Share

To Top