Bun, mengenalkan adab bertamu pada anak-anak kita jelas pentingnya. Baru-baru ini warganet dikejutkan dengan sebuah kisah seorang anak yang dibiarkan oleh orangtuanya untuk melahap setoples kue nastar saat sedang bertamu di rumah teman sang orangtua.
Lewat laman Facebooknya, Fitra Wilis menceritakan perjumpaannya dengan keluarga tersebut. Ia mengaku sangat tidak nyaman ketika bertamu dalam rangka silaturahmi Lebaran ke sebuah rumah dan ternyata sang tuan rumah sedang kelabakan menghadapi ketidaksopanan seorang anak, tapi kedua orangtuanya mendiamkan begitu saja.
Berikut ini kisah viral di Facebook yang dituturkan Fitra Wilis selengkapnya .
Pada suatu hari, karena macet, kami memutar balik perjalanan, kami arahkan mobil ke sebuah perumahan untuk numpang muter aja, lalu tanpa sengaja, ternyata kami melewati rumah seorang teman lama suami.
Dan dia meminta kami mampir.
Kami serombongan dengan 4 anak. Menuju ruang tamunya yang mungil dan bersih.
Singkat cerita, di sana, juga ada tamu yang baru datang. sebuah keluarga -ayah, ibu dan 1 anak 7 tahunan.
Si anak langsung membuka toples kue nastar, membawa toples ke pangkuannya, dan lalu asyik makan.
Kita panggil saja si anak “Boy” yaa. Badannya bongsor.
Nastar itu terlihat “mahal”. Bentuknya seperti buah jambu. Cantik banget.
Hampir setengah toples berpindah ke perut Boy.
Sang Ayah sibuk mengobrol dengan tuan rumah, sang ibu sibuk dengan HP.
Aku mengajak anak-anak ke teras luar yang adem, aku takut menjadi ‘tertuduh’ terlibat menghabiskan 1 toples kue mahal
Nyonya rumah, santun berkata “namanya siapa Sayang? toplesnya taro sini aja yaa…biar nggak jatuh”, nyonya berusaha ‘meminta’ toples kaca itu agar dikembalikan ke meja.
Menurutku ini ‘kode’ kalo dia keberatan dengan adab si Boy. Boy menolak. Tangannya tetap mengeruk kue yang udah abis nyaris separo.
Mereka juga gak akrab kayaknya, buktinya nyonya rumah aja gak tau nama si anak.
Nyonya rumah masih bersabar kendati melihat isi toples nastar telah berkurang cukup banyak. Alih-alih meminta langsung toples tersebut dari sang anak, si nyonya menyarankan agar Boy mau membagikan kue tersebut kepada teman-temannya dan menawarkannya toples yang lain.
“Dibagi dong teman-temannya, itu belum kebagian,” kata si nyonya lagi menunjuk ke anak-anakku. “Nggak mau!” Jawab Boy
Lama kemudian.
“Mau coba ini?” Nyonya rumah membuka toples astor. Sepertinya berusaha menawarkan alternatif agar gak hanya nastar jambu yang dimakan si Boy.
“Nggak mau,” jawab si Boy lagi, berteriak.
“Boy suka banget sama nastar yaa,” tutur nyonya rumah, suaranya tenang.
“Oiya… bisa abis setoples dia,” sahut sang ayah. Si ibu mendongak sedikit dari HP.
“Dia sukanya nastar sama sagu keju, bisa setoples sekali duduk abis, tapi kalo kastengel, sebiji pun dia lepeh, gak suka,” kata si ibu tersenyum, lalu kembali ke HP.
Bun, situasi semacam ini tentu membuat tamu yang lainnya jadi tak nyaman, kan? Apalagi tuan rumah memang tak mengadakan open house besar-besaran, tentu stok kuenya tak banyak ya Bun. Belum lagi harga setoples kue kering lebaran yang relatif mahal, belum tentu si pemilik rumah memiliki stok kue kering tambahan.
Untuk itu, saat berkunjung ke rumah saudara dalam rangka bersilaturahmi, memang penting memberikan pemahaman tentang adab pada si kecil. Bunda dapat mengajarkan beberapa hal baik tentang silaturahmi. Contohkan waktu-waktu yang tepat untuk bertamu dan bagaimana menghargai tuan rumah dengan meminum atau memakan sajian yang disuguhkan.
