
Dari sini, mulailah perjalanan saya mencari ilmu untuk memperbaiki pola asuh. Dan akhirnya saya menemukan jawabannya… Orang tua harus sanggup menjadi teman yang asik untuk anak-anak. Pada usia 6-12 tahun, anak sedang asik-asiknya berteman. Berbincang seru dengan temannya adalah aktifitas yang paling disukai anak-anak diusia ini. Ketika kita berhasil menjadi tauladan yang baik untuk anak-anak, bukan menjadi komandan yang memaksakan anak untuk terus mengikuti perintah kita, maka kita sebagai orang tua memiliki peluang besar untuk jadi teman yang asik buat anak-anak. Kenapa jadi teman yang asik? Karena semua orang nggak akan ada yang mau berteman sama orang yang nggak asik. Anak-anak akan ogah bersahabat sama orang tua yang suka ngomel, serba perintah-perintah, dan ngebetein.
Terus kenapa juga harus bersahabat sama anak? Agar anak nyaman untuk bercerita dan meminta pendapat kepada orang tuanya. Kalau anak nggak nyaman curhat sama orang tuanya, lalu kepada siapa anak akan meminta pendapat? Kepada siapa anak akan mempertanyakan hal-hal yang sensisitif? Bukankah orang tua adalah tempat paling aman untuk bertanya? Masalahnya, apakah orang tua sanggup jadi tempat paling nyaman untuk bercerita?
Ketika orang tua bukan lagi tempat paling nyaman untuk berbicara, mulai deh anak mencari tempat curhat. Bukan cuma asik diajak curhat, tapi juga yang mau menerima dirinya apa adanya. Masalahnya, apakah orang tersebut mengajak kepada kebaikan, atau justru menyeret anak ke dunia gelap? Ya, memang inilah resikonya apabila orang tua bukan lagi tempat yang nyaman untuk diajak diskusi. Anak kemudian akan mencari orang lain untuk meminta pendapat dalam rangka menentukan jalan hidupnya.
Untuk itu, sangat penting bagi orang tua untuk mau belajar lebih banyak tentang bagaimana menciptakan hubungan yang win-win dengan anak. Yang salah satunya adalah belajar bersepakat dengan anak, membiarkan anak belajar mengambil keputusannya sendiri dan menstimulasi anak untuk bisa hidup mandiri. Agar orang tua nggak lagi berperan sebagai komandan yang selalu mengambil keputusan dan terus memerintah bahkan memaksa anak untuk menjalankan keputusannya. Sikap orang tua yang seperti ini hanya akan menciptakan relasi yang kian memburuk dengan anak.
Walaupun dalam perjalanannya, menjadi orang tua yang smart adalah pelajaran hidup yang nggak mudah, tapi membayangkan anak-anak yang nyaman dan bahagia bersama saya ketika mereka menginjak remaja adalah mimpi yang indah buat saya. Dan saya yakin bahwa tiap mimpi selalu bisa diwujudkan apabila kita mau berusaha…
