Coba ingat, selama pandemi sudah berapa kali Bunda tak bisa menahan emosi di rumah?
Demi menyesuaikan situasi, sekolah online memang masih dijadikan acuan untuk sistem pembelajaran anak di masa pandemi. Mendampingi anak belajar dirumah pun bukanlah hal yang mudah. Orang tua perlu menjaga kestabilan emosi ketika mendampingi anak belajar. Namun ketika anak mengalami fase bosan saat belajar, terkadang timbul emosi dari orang tua. Lalu bagaimana tipsnya bagi orang tua agar dapat mengelola emosi selama mendampingi anak belajar ketika pandemi ini?
Berusaha untuk memahami kegundahan yang selama ini Bunda rasakan, kali ini Sayangianak.com bekerja sama dengan KALCare. Ingin mengajak Bunda untuk sama-sama belajar untuk mengelola emosi di rumah selama pandemi.
Yuk temukan jawabannya di Kulwap KALCare : “Tips Mengelola Emosi Orang Tua Selama Pandemi.”
Pembicara: 1. Novia Dwi Rahmaningsih, M. Psi., Psikolog (Psikolog Kawan Bicara) 2. Maria Olga, S.Tr.Gz (Ahli Gizi KALCare)
Registration : FREE (Kuota Terbatas)
Registrasi di https://bit.ly/kaltipsmengelolaemosiorangtua dan dapatkan voucher Belanja di KALCare sebesar Rp.50.000,-. Kunjungi www.kalcare.com atau download aplikasi KALCare di iOs dan Android.
Perkembangan emosi merupakan salah satu aspek yang perlu dikontrol selama masa pertumbuhan anak. Dikarenakan, emosi dapat memicu lahirnya perilaku, yang mungkin tidak baik, terutama saat si kecil belum mampu mengatakan apa yang dirasakan. Inilah yang menyebabkan, anak-anak bisa jadi sosok anak yang emosinya stabil dan tidak stabil.
Hal Pertama yang Harus Orangtua Pahami Adalah Penyebab Emosi Anak tidak Stabil
Semua orangtua pasti ingin emosi anaknya stabil sehingga hari-hari yang di jalani di rumah tidak pusing. Namun, perlu dipahami jika anak usia 6-9 tahun belum bisa mengontrol emosi sendiri. Hal inilah yang menyebabkan anak mudah marah, yang juga disebabkan oleh beberapa kondisi berikut ini:
1. Pada Beberapa Kondisi Tertentu Anak Mungkin Merasa ‘Diabaikan’ Oleh Orangtuanya
Anak-anak hingga orang dewasa tidak suka diabaikan. Biasanya saat anak terlalu aktif sehingga rumah amburadul oleh mainan yang berserakan. Orangtua tentu marah dengan keadaan rumah seperti ini akhirnya memberi hukuman dan mengabaikan anak.
Tetapi, dihukum dan diabaikan memicu emosi anak semakin menjadi. Bukannya diam dan patuh, anak akan memberontak lebih dari biasanya. Memarahi anak membuat anak merasa tidak dihargai dan ke depannya semakin sulit mematuhi perkataan orangtua.
2. Terlalu Sering ‘Dibandingkan’ dengan Orang Lain yang Membuatnya Berkecil Hati
Bukan orang dewasa saja tidak suka dibandingkan, anak-anak juga begitu. Membandingkan dengan teman-teman atau dengan saudara kandung membuat anak sedih. Kemarahan adalah hasil ungkapan ataupun luapan atas kesedihan yang dirasakan.
Apapun kondisi anak tidak oleh dibandingkan dengan orang lain termasuk saudara kembarnya sekalipun. Kemampuan anak berbeda, sifat dan karakter berbeda melahirkan perilaku yang berbeda juga. Orangtua semestinya mendukung kemampuan anak dan mengarahkan untuk menjadi lebih baik.
3. Ada Kondisi yang Membuatnya ‘Merasa Putus Asa’
Ketika anak merasa putus asa dan sulit menjelaskan kepada orangtua, yang dapat dilakukan adalah marah. Namun banyak orangtua yang tidak memahami hal ini. Terutama jika ayah dan ibu sibuk bekerja setiap pagi hingga sore hari.
Putus asa bisa diakibatkan saat keinginan anak tidak tercapai. Ingin mengatakan kepada orangtua tetapi tidak tahu caranya. Perasaan kurang menyenangkan ini, ingin ia lampiaskan, salah satunya melalui marah. Orangtua dalam hal ini harus mendekatkan diri kepada anak serta ajari anak bersifat terbuka.
4. Ia Sedang ‘Lelah’ Namun Merasa Tak Ada yang Bisa Memahaminya
Penyebab anak lelah salah satunya bermain sampai berjam-jam. Memang dari bayi hingga memasuki sekolah dasar merupakan waktu bermain anak, disamping belajar. Wajar saja jika anak merasa .
Namun ketika anak marah akibat kesalahan sendiri seperti bermain hingga lupa waktu, orangtua pasti ikut marah pada anak. Padahal bukan ini yang diinginkan anak. Cobalah orangtua memberikan camilan atau makanan kesukaan dan ajari anak istirahat sesuai jam yang sudah dibuat.
5. Perubahan Emosinya yang Tidak Stabil Dikarenakan Oleh ‘Pengaruh Gadget’
Penyebab lain anak mudah marah akibat kecanduan smartphone. Kecanggihan teknologi memang membawa banyak kemudahan dalam hidup. Tetapi, jika penggunaannya tidak tepat malah berakibat negatif.
Orangtua harus mengontrol berapa jam anak bisa bermain gadget dalam sehari. Jangan biarkan di depan smartphone dari pagi hingga malam tiba, bahkan waktu tidur berkurang. Sebagai seorang anak ingin enaknya saja karena belum paham akibat buruk untuk masa depannya.
Upaya Melatih Kecerdasan Anak yang Emosinya Stabil yang Bisa Orangtua Lakukan
Kecerdasan emosi diartikan sebagai kemampuan seseorang mengontrol perasaan dan emosi diri sendiri. Perkembangan dan pertumbuhan berjalan lancar untuk anak yang emosinya stabil dan bisa mengekspresikan dengan tepat.
Oleh karena itu, penting sekali orangtua melatih kecerdasan emosi anak dengan upaya berikut:
1. Pahami Penyebab Anak Marah yang Membuat Emosiya Tidak Stabil
Orangtua harus peka terhadap perilaku si kecil. Ketika anak berteriak, mengomel marah sebaiknya cari tahu penyebabnya. Mungkin saja, sedang ada hal sulit dihadapi anak tetapi bingung cara menyampaikan pada orangtua, sehingga marah-marah sendiri.
Mengatasi anak pemarah memang bukan hal yang mudah tetapi menjadi tantangan tersendiri bagi orang tua. Beri nasihat pada anak, bicara dengan lembut dan tanyakan apa aktivitasnya selama seharian itu. Anak akan bercerita apa saja jika sudah nyaman dengan orangtua.
2. Jadi Teladan untuk Anak dengan Menunjukkan Sikap dengan Emosi yang Stabil
Anak biasanya mengikuti apa yang dilihat termasuk dari orang tuanya. Makanya tidak boleh sering marah jika tidak ingin anak mengikutinya. Orangtua menjadi teladan pertama untuk si kecil dalam bertindak dan berbicara.
Jika orangtua capek dan stress di kantor. Pulang ke rumah melampiaskan rasa lelah dengan marah dan berbicara nada tinggi. Anak juga akan mengikutinya karena berpikir marah serta berkata kasar adalah sesuatu yang boleh dilakukan.
3. Memberi Dorongan dan Motivasi yang Membantu Anak Melatih Emosinya
Orangtua perlu mengajari anak cara mengatur emosi. Saat anak sudah mulai mempraktikkan, ada kalanya gagal. Usia yang masih kecil bisa saja membuat anak malas mencoba lagi. Peran orangtua terus dorong dan semangati anak agar tidak berhenti di tengah jalan.
Jika dilatih secara konsisten, emosi bisa dikontrol dengan baik. Sampaikan motivasi kepada si kecil agar tidak mudah menyerah. Terus bantu anak menjadi pribadi yang lebih baik setiap harinya. Berikan juga fasilitas yang dibutuhkan anak agar ada peningkatan.
4. Beri Hadiah Jika Ia Berhasil Mengelola Emosi dengan Baik
Memberi hadiah atas perilaku yang bagus sangat disukai anak sehingga besoknya akan mengulangi hal tindakan yang sama. Jika ada kesalahan yang dibuat, berikan juga hukuman atau konsekuensi. Bertujuan supaya esoknya tidak mengulangi kesalahan yang sama. Berbeda usia anak tentu tidak sama cara mengendalikan emosinya. Karena itu, orangtua tidak boleh membandingkan dengan kakaknya. Pahami setiap anak kelebihan dan kekurangan sendiri. Beri motivasi dan dorongan untuk menemukan perilaku anak yang emosinya stabil.
Problem anak balita yang suka menggigit bisa menjadi bentuk ekspresi gemas atau karena ada faktor penyebab lain yang mendasarinya. Pada umumnya kebiasaan menggigit pada anak-anak masih dianggap wajar. Namun, terkadang menimbulkan kekhawatiran tersendiri jika terlalu sering dilakukan.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh M.O.Marouane, menggigit kuku selain dapat menimbulkan infeksi dan perdarahan di kuku berbagai kemungkinan ini juga dapat terjadi:
Merusak gigi dan gusi anak, susunan gigi tidak rapi, atau gigi condong ke depan,
Infeksi bakteri yang melibatkan peradangan kulit di sekitar jari,
Kondisi di mana darah terkumpul di bawah kuku menyebabkan banyak rasa sakit (subungual infection),
Infeksi jamur pada kuku (onychomycosis),
Kerusakan pada bantalan kuku (onycholysis).
Problem Anak Balita yang Suka Menggigit dan Solusinya
Pada dasarnya, menggigit merupakan respon wajar yang dilakukan oleh anak balita dalam masa perkembangannya. Kebiasaan ini biasanya akan berlangsung saat anak berusia 12 – 36 bulan.
Penyebab pasti menggigit kuku masih diperdebatkan. Ada beberapa faktor penyebab mereka memiliki kebiasaan suka menggigit. Berikut ini beberapa di antaranya:
Karena Tidak Percaya Diri
Penyebab pasti menggigit kuku masih memang masuk diperdebatkan. Salah satu faktor yang mempengaruhi meliputi faktor psikologis. Menggigit kuku karena tidak percaya diri bisa menjadi alasan anak menggigit kuku. Misalnya saat diminta guru untuk bernyanyi di depan kelas, untuk mengurangi stres maka anak Bunda mulai menggigit kukunya.
Bisa Jadi Karena Sedang Tumbuh Gigi
Salah satu pertanda bahwa si kecil sedang tumbuh gigi adalah mereka suka memiliki kebiasaan baru suka menggigit. Hal ini dikarenakan saat gigi mulai tumbuh, akan timbul rasa sakit. Terlebih lagi anak di bawah usia tiga tahun merupakan fase oral dimana anak senang mengeksplorasi menggunakan mulut.
Karena tidak bisa menahan rasa sakitnya saat gigi beranjak tumbuh, maka mereka bisa dengan mudah menggigit apa saja yang ada di sekitarnya. Terlebih lagi jika ada benda yang menarik perhatiannya. Tak jarang ada yang sampai menggigit anggota tubuh orang tuanya.
Rasa Penasaran dan Ingin Tahu yang Tinggi
Saat usia masih balita, anak-anak biasanya memiliki rasa ingin tahu yang begitu besar terhadap segala sesuatu. Salah satunya adalah rasa penasaran bagaimana reaksi yang akan muncul ketika si kecil menggigit seseorang baik teman maupun orang tuanya.
Menunjukkan Ekspresi Marah, Kesal, dan Gemas
Saat usia masih di bawah lima tahun, anak memiliki keterbatasan perbendaharaan kata sehingga kesulitan untuk mengungkapkan emosi atau perasaannya. Seringkali mereka menggigit hanya karena ingin meluapkan emosi kesal, marah, dan merasa diabaikan. Tak jarang mereka melakukannya karena gemas.
Mencari Perhatian
Anak-anak memang suka mencari perhatian orang-orang sekitarnya. Sehingga mereka akan mencari segala cara agar diperhatikan, salah satunya dengan menggigit orang lain. Dengan demikian orang yang ada di sekitarnya akan memberikan perhatian kembali kepada si kecil.
Tips Mengatasi Anak Suka Menggigit
Sebenarnya, kebiasaan anak mulai menggigit adalah hal yang wajar dan tidak perlu terlalu dikhawatirkan. Namun, demi tumbuh kembang si kecil dan agar tidak menjadi kebiasaan maka penting sekali untuk mengatasinya dengan cara yang tepat. Berikut ini langkah-langkah yang bisa Orangtua lakukan:
Tetap Sabar dan Jangan Langsung Memukul atau Memarahi Anak
Tindakan menggigit memang salah apalagi jika sampai menimbulkan luka pada anggota badan orang lain. Namun, jangan sampai Orangtua kehilangan kesabaran dan langsung memarahi anak begitu saja dengan berteriak apalagi memukul. Karena hal tersebut akan membuat anak semakin frustasi.
Bukannya menyelesaikan masalah, anak justru akan ketakutan dan menangis. Padahal mungkin dibalik perilakunya yang suka menggigit ada alasan yang mendasari mereka hingga melakukan hal tersebut. Dalam hal ini, sebagai orang tua Orang tua harus memahami kemauan si kecil.
Mengajak Berkomunikasi
Anak sebenarnya bisa diajak bicara dan komunikasi dengan baik-baik tanpa harus dimarahi. Jelaskan kepada mereka bahwa menggigit itu adalah kebiasaan yang kurang baik. Ajarkan dengan kata-kata lembut dan menenangkan agar si kecil tidak ketakutan saat diinterogasi.
Jika memang tujuan si kecil menggigit adalah untuk meluapkan emosinya, maka sampaikan bahwa mengutarakan perasaan itu lebih baik jika dibandingkan dengan gigitan. Ajar anak untuk meminta maaf kepada orang lain yang digigitnya karena tindakan tersebut merupakan suatu kesalahan.
Jaga Mood Agar Tetap Baik
Pada dasarnya, salah satu alasan utama anak menggigit adalah karena ingin mencari perhatian. Mereka melakukan hal ini biasanya karena mood sedang tidak baik atau ada sesuatu yang membuatnya merasa kesal.
Oleh karena itu, penting untuk menjaga mood anak agar tetap baik dan pastikan semua kebutuhannya terpenuhi dengan baik. Mulai dari makan, minum, hingga cukup tidur. Jika kebutuhan sudah terpenuhi, maka mereka pun akan lebih terjaga mood-nya sehingga tidak serta merta menggigit orang lain.
Berikan Perhatian Kepada Anak
Sesibuk apapun pekerjaan Orang tua baik di rumah maupun di kantor, penting sekali untuk tetap memberikan perhatian kepada si kecil. Anak yang suka menggigit bisa jadi karena kurang perhatian dan ingin lebih diperhatikan oleh orang tua maupun lingkungan sekitarnya.
Perhatian yang cukup dari orang tua untuk anak-anaknya sangat penting untuk tumbuh kembang si kecil. Apalagi saat mereka sedang di fase akan mendapat adi baru, masuk sekolah, dan lain sebagainya. Anak akan meninggalkan kebiasaan menggigit dengan sendirinya ketika diperhatikan lebih.
Bawakan Mainan atau Teether
Saat Anak sedang tumbuh gigi, berikan mainan yang bisa digigit. Saat ini sudah banyak mainan yang memang khusus untuk digigit seperti teether untuk mencegah si kecil menggigit orang lain. Fungsi dari mainan jenis ini juga untuk membantu meredakan rasa gatal dan tidak nyaman saat tumbuh gigi.
Dengan cara ini, anak akan lebih fokus dengan mainnya dan lupa tentang kebiasaannya menggigit orang lain. Perlahan ketika mereka sudah bisa mengerti dan dinasehati, maka kebiasaan suka menggigit pun akan hilang dengan perlahan. Jadi, Orang tua tidak perlu terlalu khawatir lagi.
Problem anak balita yang suka menggigit dan solusinya di atas bisa Orang tua praktekkan di rumah ketika si kecil memasuki fase ini. Bisa jadi mereka memang sedang membutuhkan perhatian lebih atau merasa tidak nyaman karena akan tumbuh gigi. Orang tua yang paling tahu tentang perkembangan mereka.
Menghadapi anak susah makan memang tidaklah mudah. Terkadang bunda sampai habis kesabaran dan menyerah karena sang anak gigih tidak mau buka mulut untuk makan. Kondisi ini bisa saja terjadi karena berbagai macam faktor. Coba cermati dulu, apa penyebabnya dan bagaimana solusinya.
Faktor yang Menyebabkan Anak Susah Makan
Salah satu kesedihan menjadi orang tua adalah ketika menyaksikan anaknya susah makan. Ternyata kondisi ini bisa terjadi karena berbagai faktor, tidak melulu masakan bundanya tidak enak ya. Daripada asal tebak-tebak saja lebih baik langsung cermati lewat penjelasan dibawah ini saja.
1. Terlalu Banyak Minum Susu
Secara tidak sadar terkadang orang tua justru memberikan anak minuman produk olahan dari susu, misalnya yoghurt. Susu sendiri ternyata mengandung banyak kalori dan bisa membuat anak mudah merasa kenyang. Tentu saja sudah tidak selera lagi ketika dihadapkan pada menu-menu makanan.
Boleh memberikan susu namun hanya di jam-jam tertentu saja. Misalnya pagi hari untuk menu sarapan, atau malam hari menjelang tidur. Dengan begitu perut anak masih terasa kosong dan bisa terisi dengan beragam menu makanan lain seperti nasi serta olahan masakan dari bunda yang mengandung gizi.
2. Sedang Merasa Lelah
Ternyata ketika anak merasa lelah ia juga akan malas menyentuh snack atau makanan yang ada di hadapannya. Namun kebanyakan kasus mereka tidak menjelaskan atau berkata terus terang pada bundanya, oleh karena itu sebagai orang tua harus peka terhadap hal tersebut.
Jika melihat gejala anak seperti ogah-ogahan menyentuh makanan, coba tanyakan apakah ia sedang merasa lelah. Jangan lupa tawarkan juga beberbagai menu makanan kesukaan untuk menggugah seleranya. Cara ini cukup berhasil dan efektif untuk membangkitkan kembali semangat makannya.
3. Terlalu Banyak Makan Snack
Punya anak yang sedang dalam masa pertumbuhan memang tidak mudah. Biasanya mereka sedang aktif-aktifnya dan senang makan snack kesukaan. Hal tersebut sebenarnya boleh-boleh saja asalkan masih dalam batas wajar. Jangan sampai melebihi aturan dan membuat mereka enggan makan berat.
Biasanya jadwal snack yang tidak diatur terlalu ketat akan membuat anak-anak merasa kenyang sebelum akhirnya makan berat. Saat anak sedang senang-senangnya dengan snack segera ambil tindakan dengan memberikan jadwal yang ketat dan konsisten, jangan sampai mengganggu masa pertumbuhan.
4. Sedang Tidak Enak Badan
Ketika sedang merasa tidak enak badan biasanya anak juga akan bertindak tidak tertarik terhadap makanan. Hal ini dikarenakan sistem imunnya memang sedang turun dan berpengaruh pada semua sistem tubuh termasuk pancaindra. Oleh karena itu perasanyanya juga cenderung pahit.
Jika sedang dalam kondisi seperti ini paling benar memang memberikan tindakan penanganan terhadap sakitnya terlebih dulu. Namun selama masa pemulihan sebaiknya berikan makanan dan minuman yang bisa membantu menyembuhkan sakitnya atau menunjang recovery berjalan dengan cepat.
5. Adanya Porsi yang Terlalu Besar
Bunda sebaiknya selalu tanyakan kepada anak tentang porsi makanan yang disukainya. Dengan menyesuiakan porsi makan anak akan merasa bersemangat ketika menyantapnya. Namun jika terlalu berlebih bisa memberikan tekanan tersendiri, ia berpikir harus menghabiskannya agar tidak kena marah.
Biasanya ketika melihat porsi terlalu besar si kecil juga akan langsung malas, menghidar dari makanan. Ia sudah mengerti jika makan terlalu banyak maka akan merasa kewalahan. Anak cenderung menyesuaikan dengan kemampuan serta kebutuhannya, jadi bunda secukupnya saja jika menyediakan.
Cara Mengatasi Anak yang Susah Makan
Anak susah makan biasanya susah diatasi, namun jika dibiarkan tentu akan berbahaya bagi kesehatannya, apalagi jika masih dalam masa pertumbuhan. Namun bukan berarti orang tua harus berdiam diri saja, ada beberapa cara agar si kecil jadi doyan makan lagi, yuk simak penjelasannya.
1. Gunakan Porsi Makan Kecil
Usahakan untuk memberi makan dengan porsi kecil terlebih dulu. Biasanya dengan begini anak akan lebih tertarik menghabiskannya. Lambat laun Anda bisa menambahkan porsinya. Namun jangan terburu-buru. Biarkan sampai dia terbiasa dulu, jangan sampai mengakibatkan anak badmood lagi.
Kemudian jangan lupa untuk menyelipkan pujian setiap si kecil berhasil menghabiskan makanannya dengan baik. Selipkan kata-kata baik seperti “anak budan hebat” dan semacamnya. Dengan begitu si kecil makin bersemangat juga untuk selalu menghabiskan porsi makannya tersebut.
2. Ciptakan Kebiasaan Makan yang Menyenangkan
Setiap ingin masuk jam makan usahakan jangan awali dengan omelan atau bentakan, karena hal tersebut bisa mempengaruhi mental dan perasaan si kecil. Lebih baik gunakan kalimat yang baik, buat suasana menjadi menyenangkan. Misalnya play lagu kesukaannya.
Atur jam makan ketika anak memang sedang lapar, insting seorang ibu akan membantu Anda untuk memahami kondisi perut anak. Jika memang perlu tanyakan saja kepada si kecil karena biasanya ia juga sering lapar di jam-jam tidak terduga misalnya sore menjelang malam.
3. Buat Kreasi dari Makanan
Bunda memang harus sedikit menggunakan usaha ekstra untuk mempersiapkan makanan si kecil agar terlihat menarik. Ciptakan kreasi dari sayuran juga buah dengan bearagam bentuk untuk membuat anak merasa senang ketika waktunya makan tiba.
Agar usaha ini berbuah manis bunda juga harus mencontohkan cara makan yang baik kepada anak. Temani waktu makannya agar merasa lebih bersemangat menghabiskan porsinya. Walaupun terkesan tidak mudah namun cara ini cenderung berhasil.
Masa pertumbuhan si kecil merupakan proses panjang yang perlu perjuangan dan pengorbanan. Tidak mau makan merupakan salah satu batu krikil saja, bunda harus menghadapinya dengan strategi yang baik untuk kebaikan bersama.