Keterlambatan perkembangan pada anak dapat mencakup berbagai area keterampilan termasuk bahasa, motorik, sosial atau kemampuan berpikir. Namun, sebagai orangtua, kita juga harus mengerti jika tahapan perkembangan antara anak yang satu dengan yang lainnya tidak bisa disamaratakan. Ada anak yang cepat pada beberapa aspek, namun ada juga yang lambat. Itulah sebabnya, penting sekali untuk mengenali gangguan perkembangan balita pada usia 25 – 36 bulan.
Tahapan Perkembangan yang Akan Anak Usia 25 – 36 Bulan Alami

Nah, untuk mengetahui apakah anak, mengalami tanda-tanda gangguan perkembangan pada usia 25 – 36 bulan, Bunda perlu memahami terlebih dahulu tahapan yang pada umumnya dilalui di usia tersebut. Sehingga, jadi informasi ini kita bisa memiliki tolok ukur untuk memeriksa tumbuh kembang si kecil. Berikut ini beberapa acuan tahapan perkembangan si kecil yang perlu diketahui, di antaranya:
1. Perkembangan Sosial dan Emosional
Saat anak memasuki usia 25 – 36 bulan mereka mulai mengenal teman-temannya dan senang jika bermain bersama. Bagi anak yang aktif interaksi saat bertemu dengan teman menjadi hal yang menyenangkan untuk mereka. Namun, tetap saja sebagai orang tua harus terus mengawasinya.
Meskipun kemampuan berkomunikasi dengan temannya sudah baik, namun di fase ini mereka masih belum stabil emosinya. Terkadang masih harus ada penengah untuk melerai pertengkaran. Maka inilah saat yang tepat untuk mengajarkan kepada mereka tentang empati, negosiasi, kompromi, tahu batasan, dan lainnya.
2. Perkembangan Motorik
Fisik dan keterampilan si kecil saat memasuki usia 25 – 36 bulan sudah semakin sempurna dan ahli. Mereka juga senang dan mulai mahir mengayuh sepeda, bermain dengan berbagai jenis permainan di taman, dan lainnya. Buatlah jadwal yang rutin setiap minggunya agar si kecil senang dengan aktivitasnya.
Saat usia ini mereka sedang senang-senangnya bermain bersama teman-teman. Fisiknya juga sudah terlatih dengan sangat baik dan kemampuan berjalan atau berlari sudah begitu lancar. Dari segi fisik harusnya anak di usia tersebut sudah bisa menggerakan tangan dan kaki dengan sempurna.
3. Perkembangan Bicara dan Bahasa
Pada umumnya, anak-anak yang berusia 25 – 36 bulan sudah memiliki kemampuan bahasa yang meningkat pesat. Mereka juga sudah bisa memahami instruksi atau kalimat perintah yang kompleks. Bahkan anak-anak juga sudah bisa menggambarkan aktivitas dan apapun yang dilihatnya dengan baik.
Contohnya seperti menggambarkan kegiatan selama di sekolah, mendeskripsikan apa yang dilihat dengan runut dan jelas baik kata kerja maupun kata sifatnya. Kosakata yang dikuasai juga semakin banyak bahkan hingga 900 kata atau lebih tergantung bagaimana orang tua mengajarinya..
Dan Berikut Adalah Jenis Gangguan Perkembangan Balita Pada Usia 25 – 36 Bulan yang Harus Dihindari

Gangguan perkembangan anak bisa dialami oleh siapa saja, sehingga kita sebagai orangtua patut mengantisipasi dan mengatasinya dengan baik. Namun, bukan berarti setiap gangguan yang menyebabkan keterlambatan tersebut bisa dianggap cacat. Bisa jadi masih berada di batas normal, yang perlu kita lakukan adalah mengidentifikasi apa yang ia alami dan tahu bagaimana cara mengatasinya.
1. Gangguan Attention-Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)
ADHD merupakan salah satu jenis gangguan yang sifatnya kronis dan biasanya dalam jangka panjang. Penyebabnya adalah karena ada masalah yang terjadi di sel saraf otak sehingga tidak bisa bekerja sebagaimana mestinya. Gejalanya muncul saat kanak-kanak namun bisa bertahan hingga mereka dewasa.
Saat usia tiga tahun, gejala ini sudah bisa mulai muncul baik yang kondisinya ringan maupun berat. Tanda-tanda anak yang mengalami ADHD seperti terlalu banyak bicara, sulit fokus, sulit mengatur aktivitas, sering melamun, suka lupa melakukan sesuatu, tidak sabar, lebih suka menyendiri, dan lainnya.
2. Gangguan Kecemasan
Gangguan kecemasan atau yang biasa dikenal dengan istilah anxiety disorder ternyata tidak hanya dialami oleh orang dewasa. Anak pun bisa mengalami gangguan kecemasan dengan rasa takut yang berlebihan. Ketika mengalami gangguan ini, mereka cenderung selalu merasa tertekan dan cemas.
Bahkan mereka bisa mengalami gangguan kecemasan yang begitu dahsyat dan bisa muncul kapan saja tanpa peringatan. Contoh gangguan jenis ini yang terjadi pada anak adalah obsesif-kompulsif saat si kecil terus mengalami perilaku dan pemikiran yang seolah terobsesi sehingga mereka tidak dapat berhenti.
3. Bipolar
Bipolar dikenal juga dengan istilah mania-depresi atau kelainan otak yang menyebabkan mood berubah dengan sangat tidak wajar pada tingkat energi dan aktivitas tertentu. Anak-anak yang mengalami penyakit ini bisa tiba-tiba memiliki banyak energi dan menjadi lebih aktif dari biasanya.
Namun, di satu sisi saat mereka mengalami episode depresi, maka anak akan merasa sangat terpuruk dan bahkan tidak bisa aktif sama sekali. Resiko gangguan bipolar bisa semakin meningkat jika ada faktor yang mempengaruhinya yakni kelainan genetik, struktur otak, hingga riwayat kesehatan keluarga.
4. Cerebral Palsy
Anak yang memasuki usia 25 – 36 bulan harusnya sudah bisa berjalan dan berbicara dengan normal. Gangguan cerebral palsy menyebabkan anak mengalami keterlambatan dalam perkembangan motoriknya untuk bergerak maupun mempertahankan keseimbangan tubuh.
Anak-anak yang mengalami cerebral palsy biasanya memiliki kekakuan pada otot, kekurangan koordinasi otot, gerakan yang lambat, sulit berjalan, sulit makan, kejang, hingga sulit berbicara.
5. Gangguan Spektrum Autisme
Gangguan ini berdampak pada kemampuan interaksi dan komunikasi pada anak. Biasanya muncul di awal masa tumbuh kembang mereka di mana penderita seolah punya dunia sendiri. Bahkan mereka tidak memiliki kemampuan untuk mengembangkan hubungan sosial-emosional dengan orang sekitarnya.
Gangguan spektrum autisme pun ada beberapa jenis mulai dari aspek komunikasi dan bahasa, interaksi sosial, perilaku, hingga panca indra. Penderita autisme biasanya memiliki panca indra yang tergolong sensitif sehingga sering tidak kuat mendengar kebisingan atau melihat yang terlalu silau. Gangguan perkembangan balita pada usia 25 – 36 bulan di atas perlu Bunda ketahui tanda-tandanya agar bisa mengetahui apa si kecil ada indikasi ke arah gangguan tersebut atau tidak.
