Setiap orang tentu memiliki harapan untuk anak-anaknya. Namun, bagaimana ketika orang tua berekspektasi terlalu tinggi pada anak? Padahal perlu disadari bahwa setiap orang memiliki bakat masing-masing sejak lahir sehingga tidak dianjurkan untuk terlalu menekan anak dengan push parenting.
Apa Itu Push Parenting?
Push parenting merupakan salah satu gaya pengasuhan yang terlalu menuntut dan memaksa anak. Sebagian dari mereka memiliki rasa takut dan khawatir yang berlebihan akan masa depan anaknya, sehingga terpaksa melakukan pola pengasuhan seperti ini dengan memberi bekal sejak kecil.
Orang tua yang menerapkan pola pengasuhan ini karena memiliki harapan dan keinginan agar anak-anaknya tidak bernasib sama seperti saat mereka kecil. Sehingga dengan sekuat tenaga dan melalui berbagai cara mereka berusaha menyekolahkan anaknya di sekolah terbaik dan unggulan.
Pengaruh push parenting juga tidak hanya berasal dari dalam diri orang tua saja. Namun, pengaruh media yang sering menggembor-gemborkan dan menampilkan anak berprestasi juga menjadi faktor penyebab lainnya. Sehingga banyak orang tua yang akhirnya terlalu menuntut anak sesuai keinginan mereka.
Dampak Ketika Orang Tua Berekspektasi Terlalu Tinggi Pada Anak
Baik orang tua maupun anak sebenarnya masing-masing juga memiliki ekspektasi. Hanya saja harapan dan ekspektasi mereka tidak mencapai titik temu terutama bagi orang tua yang memberikan standar terlalu tinggi. Padahal orang tua juga harus paham bahwa hal tersebut bisa berpengaruh pada perilaku anak.
Anak Akan Semakin Stress dan Tertekan, Jika Mereka Merasa Tidak Sanggup
Ekspektasi yang terlalu tinggi dari orang tua untuk anaknya akan membuat anak-anak semakin bertambah stres dan tertekan. Terlebih lagi saat mereka tidak bisa memenuhi standar yang telah ditetapkan orang tua. Mereka akan selalu dibayangi oleh kegagalan yang telah terjadi
Pikirannya akan dipenuhi rasa takut karena gagal membanggakan orang tua. Bukan tidak mungkin anak-anak akan menjadi berpikir bahwa kegagalannya tersebut bisa membuat kasih sayang dari orang tua menjadi berkurang. Hati dan pikirannya akan dipenuhi ketakutan setiap menghadap orang tuanya.
Ekspektasi Orang Tua yang Terlalu Tinggi Membuat Anak Merasa Terbebani
Orang tua yang terlalu berekspektasi tinggi terhadap anaknya sebenarnya sangat membebani pikiran dan hati anak mereka. Meskipun bakat sang anak sudah terlihat begitu cemerlang dalam suatu bidang, bukan berarti mereka tidak merasa terbebani sekalipun sanggup memenuhi keinginan orang tuanya.
Di dalam hati sang anak pasti akan dipenuhi rasa takut dan cemas jika nanti berujung gagal dan mengecewakan orang tuanya. Dengan harapan orang tua yang terlalu tinggi, anak-anak menjadi merasa sanga tidak nyaman dan terbebani. Hingga akhirnya anak-anak pun merasa serba salah dan dilema.
Anak Akan Sibuk Membandingkan Diri dengan Orang Lain dan Merasa Rendah Diri
Jika orang tua terlalu berekspektasi tinggi kepada anak akan suatu pencapaian, maka sang anak pun akan terbiasa membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain. Rasa percaya dirinya perlahan hilang dan merasa rendah diri jika orang lain lebih baik dari dirinya meskipun sudah mendapat dukungan.
Ketika sibuk membandingkan diri dengan orang lain, mungkin saja mereka merasa cemas dan khawatir terlalu berlebihan hingga merasa tidak mampu untuk mendapatkan suatu pencapaian seperti yang diekspektasikan oleh orang tuanya. Padahal sebenarnya anak itu mampu untuk berkembang sesuai bakat.
Minat dan Bakan Anak Akan Semakin Terpendam
Setiap anak yang lahir ke dunia pasti memiliki bakat dan minat masing-masing yang tentu saja antara anak satu dengan anak lainnya berbeda. Bahkan meskipun memiliki bakat yang sama dengan orang tuanya, belum tentu sang anak berminat untuk mengembankan bakat dan potensi tersebut.
Ekspektasi yang terlalu tinggi dari orang tua justru hanya akan membuat bakat dan minat anak akan semakin terpendam. Anak bisa semakin stress dan malah justru semakin tidak berminat terhadap apa yang diekspektasikan orang tuanya tersebut. Mereka melakukannya karena beban bukan karena happy.
Masa Kecil Sang Anak Tidak Dapat Dinikmati Dengan Baik
Masa kecil anak adalah masa yang paling membahagiakan karena mereka hanya tahu bagaimana bermain dan bersenang-senang tanpa harus terbebani akan suatu hal. Namun, masa-masa indah tersebut justru akan berubah drastis ketika orang tua terlalu berekspektasi tinggi terhadap anaknya.
Tidak salah jika orang tua ingin fokus mengembangkan bakat dan kemampuan anaknya demi masa depan mereka. Namun, jangan sampai keinginan tersebut justru membuat anak kehilangan masa kecilnya yang berharga. Sebaiknya keduanya harus berjalan dengan seimbang antara bermain dan belajar.
Tips Menjadi Orang Tua yang Lebih Rileks dan Tidak Otoriter
Orang tua terlalu memaksakan kehendaknya agar anak memenuhi apa yang diekspektasikan termasuk egois karena mereka tidak memikirkan perasaan anak-anaknya. Oleh karena itu, tidak perlu terlalu menaruh harapan tinggi demi mendapat sanjungan atau mengatasnamakan masa depan anak.
Berikan Kasih Sayang yang Tulus
Masa kecil anak harusnya dipenuhi dengan rasa kasih sayang / tulus dari orang tuanya tanpa ada beban yang harus mereka rasakan. Dengan demikian, anak-anak pun bisa menjalani hari-hari mereka dengan penuh kebahagiaan tanpa rasa stress dan tertekan karena ekspektasi berlebih dari orang tua.
Jika orang tua benar-benar sayang kepada anaknya, maka mereka akan membiarkan sang anak melakukan apa yang menjadi minatnya tanpa melupakan bakat. Keinginan anak untuk belajar dan mengembangkan bakat nantinya juga akan tumbuh sendiri jika terus dipupuk dan ditanamkan sejak dini.
Berikan Penghargaan Kepada Anak
Tidak ada salahnya mengajak anak untuk mencoba berbagai jenis aktivitas ketika mereka masih kecil. Namun, jangan terlalu berekspektasi tinggi bahwa mereka harus menang dan menyabet juara. Biarkan mereka menjalaninya tanpa ambisi dan tetap berikan penghargaan kepada anak sebagai bentuk apresiasi.
Meskipun pada kenyataannya anak tersebut sedang kalah atau tidak mencapai apa yang Anda ekspektasikan. Jangan lupa bahwa anak-anak telah berjuang sebaik mungkin sebisa mereka. Sehingga jika kalah pun sudah selayaknya Anda memberikan apresiasi atas kerja kerasnya.
Jangan Mudah Marah dan Gantikan Dengan Cinta
Orang tua juga manusia normal yang bisa marah ketika apa yang terjadi tidak sesuai dengan ekspektasi. Namun, jangan sampai emosi tersebut terluapkan kepada sang anak. Ketika Anda marah, sebaiknya langsung peluk anak dan hindari mengeluarkan kata-kata kemarahan atau tindakan seperti memukul.
Gantikan emosi kemarahan menggebu-gebu tersebut dengan rasa cinta dan kasih sayang yang tulus. Apa yang Anda lakukan sekaligus untuk mengajari anak bagaimana cara merespon emosi negatif seperti marah. Sehingga mereka pun suatu saat akan meniru cara tersebut ketika menghadapi masalah.
Tidak Perlu Terlalu Berekspektasi Tinggi
Biarkan anak-anak bahagia dengan cara dan keinginannya tanpa ada intimidasi dari orang tua. Tugas Anda adalah mendidik dan merawat mereka dengan baik. Sebagian orang tua mungkin sangat berharap anak-anaknya bisa berprestasi dalam bidang akademik, padahal sang anak tidak mampu.
Belum lagi orang tua yang menginginkan anaknya agar menjadi tipe anak seperti mereka inginkan dan selalu positif. Seperti anak yang rajin, periang, pekerja keras, dan lain sebagainya. Padahal belum tentu hal tersebut sesuai dengan sifat, karakter, dan keinginan anak sehingga jangan terlalu memaksakan.
Biarkan Anak Bereksplorasi dan Berkreativitas Dalam Bermain
Sebagian anak ada yang bakatnya sudah jelas terlihat sejak mereka kecil. Namun, ada juga yang harus mengasahnya dan mengeksplor lebih dalam terlebih dahulu. Sebaiknya Anda jangan terlalu over protektif terhadap anak dan biarkan mereka menjadi anak yang bahagia apa adanya tanpa beban.
Izinkan anak untuk melakukan eksplorasi terhadap apa yang mereka senangi tanpa harus mengikuti tuntutan orang tuanya. Seperti membiarkan mereka untuk bermain, berlari, eksplor alam, main sepeda, dan lain sebagainya. Namun, tetap dampingi dan beritahu tentang resiko bahaya yang akan dihadapi.
Jangan Terlalu Banyak Berkata “Tidak” dan Perbanyak Kata “Iya”
Sebagian besar orang tua mungkin akan lebih sering berkata “tidak” dibandingkan kata “iya” jika mengikuti instingnya saat sedang bersama anaknya. Hal tersebut kurang bagus karena justru dalam pemahaman anak kata “tidak” tersebut akan dianggap bahwa Anda terlalu mengontrol mereka.
Sehingga, sangat disarankan untuk tidak terlalu sering berkata “tidak” kepada sang anak”. Namun, hal tersebut bukan berarti Anda harus selalu mengikuti kemauan sang anak karena khawatir justru mereka akan menjadi anak yang manja dan tidak mandiri. Solusinya membolehkan tapi beri anak syarat.
Jangan Mengajari Anak Terlalu Berlebihan
Semua orang tua pasti menginginkan anaknya tumbuh menjadi anak yang cerdas dalam berbagai bidang. Sehingga tak jarang banyak orang tua yang akhirnya menjejali anak-anaknya dengan berbagai ilmu pengetahuan dan skill. Padahal anak bisa belajar sendiri secara alamiah tanpa disuruh.
Memaksa anak untuk belajar sesuatu yang tidak mereka senangi justru akan membuat mereka merasa terbebani dan lambat laun menjad stress. Biarkan mereka bereksplorasi sendiri dan mencari tahu apa yang diingnkan. Buat mereka antusias dan senang terhadap sesuatu dan cukup dampingi ketika belajar.
Kenali Bakat dan Minat Anak
Setiap anak sebenarnya memiliki bakat tanpa terkecuali. Itulah mengapa penting sekali bagi orang tua untuk mengenali bakat dan minat anak-anak mereka sehingga bisa mengarahkan dengan lebih baik tanpa terlalu berekspetasi tinggi. Anda bisa mencoba menggali bakat dengan berbagai cara.
Coba ajak anak-anak untuk melakukan suatu kegiatan dan lihat bagaimana antusias mereka terhadap kegiatan tersebut. Jika mereka senang, maka lanjutkan. Jika tidak menyenangi aktivitas yang telah disodorkan, maka tidak perlu memaksakan kehendak dan coba beri anak aktivitas yang lain.
Jangan Mengeksploitasi Anak
Anak adalah aset berharga bagi orang tuanya. Namun, tak jarang ada orang tua yang mengeksploitasi anak terlalu berlebihan demi mendapatkan apa yang diinginkan baik dalam hal materi atau pujian. Tentu ini sangat tidak bagus bagi perkembangan emosi anak karena mereka tidak bahagia menjalaninya.
Meskipun Anda sudah menemukan apa yang menjadi bakat mereka, tetap saja jangan sampai hal tersebut menodai kebahagiaan mereka dengan mengeksploitasnya berlebihan. Beri ruang dan waktu agar anak melakukan bakatnya sesuai dengan keinginan mereka.
Ketika orang tua berekspektasi terlalu tinggi pada anak tentu akan memberikan dampak pada si kecil. Sehingga diskusikan segala sesuatu dengna anak untuk menemukan titik temu yang terbaik.
Terima kasih sudah berlangganan Sayangi Anak Extra. Untuk mengakses konten - konten Sayangi Anak Extra. Untuk membaca konten Sayangi Anak Extra. Silakan kunjungi kategory Extra pada website Sayangianak.com atau klik disini
