Gangguan interaksi sosial pada anak biasa dikenal dengan istilah autism spectrum disorder (ASD). Problem ini menyebabkan si kecil mengalami masalah dalam hal perkembangan bahasa, kemampuan berkomunikasi, berperilaku, dan berinteraksi. Apa saja gejalanya dan bagaimana cara mengatasinya?
Gejala Gangguan Interaksi Sosial Pada Anak dan Solusinya

Gejala autis memang cukup kompleks dan tidak hanya terbatas pada ciri-ciri kesulitan berinteraksi sosial saja. Namun lebih luas lagi mencakup gangguan komunikasi, perilaku stereotip, suka menyendiri, dan lainnya. Dalam kaitannya dengan gangguan interaksi sosial, berikut ini ciri-cirinya:
- Anak menunjukkan kontak mata yang kurang dan tidak memberi respon saat diajak berbicara
- Si kecil tidak menoleh ketika dipanggil
- Ekspresi yang ditunjukkan kurang
- Cenderung menyendiri dan tidak suka bermain dengan teman yang lain
Saat mendapati ciri-ciri di atas pada anak, maka segeralah konsultasikan kepada dokter dan jangan ditunda-tunda lagi. Selain itu, ada beberapa tanda awal atau red flag yang harus Bunda perhatikan dan perlu segera dikonsultasikan. Tanda tersebut di antaranya adalah sebagai berikut:
- Anak tidak menunjuk, mengoceh, atau menunjukkan mimik wajah dengan baik saat berusia 12 bulan
- Anak tidak mengeluarkan satu kata yang berarti saat berusia 16 bulan
- Anak tidak mengeluarkan kalimat atau dua kata berarti saat berusia 2 tahun
- Anak kehilangan kemampuan sosial dan berbahasa
Tips Mengatasi Gangguan Interaksi Sosial Pada Anak

Anak yang mengalami gangguan interaksi sosial memang cukup mengkhawatirkan apalagi jika kita memikirkan masa depan si kecil kelak. Namun, jangan terlalu panik karena ada solusi untuk mengatasi jenis gangguan ini dan cara mengantisipasinya. Berikut ini tips mengatasi gangguan tersebut, di antaranya:
1. Jangan Dikucilkan, Pastikan untuk Memberi si Kecil Dukungan yang Penuh ya Bun
Keluarga adalah support system utama bagi si kecil sehingga apapun keadaan anak jangan sampai mengucilkan mereka. Selama ini masih banyak yang menganggap bahwa autisme dengan gejala gangguan interaksi sosial merupakan penyakit kejiwaan dan menimbulkan stigma negatif.
Anak yang mengalami gangguan ini pun sering mendapatkan perlakuan berbeda bahkan dari orang tuanya sendiri. Padahal tidak selamanya anak autis memiliki masa depan suram dan bahkan banyak yang sukses. Oleh karena itu, beri dukungan penuh dengan terapi dan tangani secara tulus penuh kasih sayang.
2. Karena Tak Mudah untuk Bisa Berkomunikasi, Bunsa Perlu Temukan Cara Komunikasi yang Efektif
Menghadapi anak autis memang menjadi tantangan tersendiri karena mereka memiliki keterbatasan secara verbal khususnya dalam mengucapkan kata dengan benar. Pada umumnya anak yang mengalami gangguan ini juga memiliki gangguan bahasa dan bicara. Mereka pun lebih nyaman berkomunikasi dengan orang lain menggunakan bahasa tubuh. Sebagai orangtua, kita harus peka dan berushaa untuk menemukan cara komunikasi yang efektif dengan si kecil. Baik secara verbal, intonasi kalimat, sentuhan, bahasa tubuh, maupun cara memandang. Observasi terus-menerus dan kombinasikan cara-cara yang ada secara maksimal.
3. Namun Perlu Diingat, Jangan Pernah Memaksakan Anak
Ketika si kecil tidak bersedia untuk berkomunikasi menggunakan bahasa verbal seperti anak normal pada umumnya, jangan pernah memaksanya. Bahasa tubuh dan isyarat adalah cara yang paling nyaman bagi si kecil untuk berkomunikasi seperti dengan menunjuk benda.
Jauhkan anak dari perilaku buruk dan kasar. Tetap berikan contoh yang baik dan sopan di hadapannya. Jika si kecil sedang butuh waktu untuk menyendiri maka berikan ruang untuk mereka melakukannya dan jangan terlalu dipaksakan dengan mengajak pergi ke luar rumah atau bertemu orang lain.
4. Untuk Membantunya Lebih Bersosialisasi, Ajaklah Anak Bermain dan Berinteraksi dengan Orang Lain
Lakukan terapi secara bertahap dengan mengajak anak bermain dan bertemu dengan orang lain sejak dini. Sehingga mereka bisa belajar bagaimana caranya berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman atau orang-orang di lingkungan sekitarnya. Lakukan secara bertahap dan jangan memaksakan kehendak.
Hal ini dikarenakan mood anak autis biasanya naik turun, terkadang bisa menjadi sangat aktif dan terkadang sangat penyendiri. Oleh karena itu, Bunda harus memahami bagaimana mood mereka sebelum mengajaknya keluar rumah dan bermain dengan teman yang lain.
5. Cari dan Pilih Permainan Puzzle dan Lego yang Dapat Mendorong Perkembangan Anak
Mengajak anak bermain selain menjadi aktivitas yang menyenangkan juga sangat bagus untuk tumbuh kembang si kecil. Dari sekian banyak permainan yang bisa dimainkan, pilihlah jenis permainan yang tepat khusus untuk anak autis agar bisa membantu mendorong tumbuh kembangnya.
Beberapa permainan yang bagus bagi anak yang mengalami gangguan interaksi sosial seperti balok susun, puzzle, kartu bergambar, lilin mainan, lego, boneka, dan lainnya. Selain itu, ajak anak untuk bermain dengan teman lain agar memunculkan interaksi dan respon untuk melatih komunikasi dua arah.
6. Jika Memang Memungkinkan, Cobalah Meminta Bantuan Profesional
Jika sudah sangat kesulitan untuk mengatasi gangguan interaksi sosial pada anak sendiri, maka Bunda bisa meminta pertolongan para profesional yang ahli di bidangnya. Tak bisa dipungkiri bahwa mendidik dan mengatasi anak autis pastinya membutuhkan waktu dan tenaga sehingga ada kalanya orangtua merasa sangat kelelahan.
Ketika Bunda sudah di tahap sangat tertekan dan kelelahan mengurusnya sendiri, minta bantuan profesional atau bergabung dengan organisasi yang khusus menangani anak autis. Cari bantuan baik dalam bentuk terapi, tenaga, konsultasi, saran, maupun semangat.
Mendidik anak memang bukan pekerjaan yang mudah, apalagi untuk anak yang mengalami gangguan dan tidak seperti anak normal pada umumnya. Di sini kesabaran Bunda akan diuji saat mendidik dan mengurus mereka. Gangguan interaksi sosial pada anak dan solusinya di atas bisa Bunda coba praktekkan untuk mengantisipasi dan menangani si kecil yang menunjukkan tanda atau gejala tersebut di atas.
