Extra

Si Kecil Berusia 7 Bulan? Yuk Cari Tahu Tahapan Tumbuh Kembangnya

Apakah buah hati ayah dan bunda memasuki usia 7 bulan? Wah, tidak terasa ya sudah lebih dari setengah tahun Ayah dan Bunda bersama si kecil. Anak yang dulu saat baru lahir tampak tidak berdaya, sekarang sudah sangat aktif dan banyak bergerak. Pada tahun pertama, pertumbuhan dan perkembangan anak memang terasa sangat cepatBun.

Setiap tahap tumbuh kembang yang anak capai, pasti membuat orang tua merasa bahagia. Nah, di usia 7 bulan, kira-kira apa lagi pertumbuhan dan perkembangan yang dialami si kecil ya? Yuk, simak tulisan ini sampai selesai untuk mengetahui tahapan tumbuh kembang anak usia 7 bulan.

Pertumbuhan Fisik, Sudah Mulai Tumbuh Gigi

Gigi pertama bayi normalnya mulai muncul pada usia 4-6 bulan. Biasanya, gigi yang pertama muncul adalah dua gigi seri pada gusi bawah. Setelah itu, gigi seri atas akan menyusul. Karena sedang dalam masa tumbuh gigi, mungkin anak akan merasa tidak nyaman. Gusi anak mungkin akan membengkak, merah, atau terasa gatal.

Anak mungkin mengeluarkan air liur lebih banyak. Selain itu, anak suka memasukkan tangan atau benda ke mulut dan menggigitnya. Untuk membantu si kecil mengatasi rasa tidak nyamannya, orang tua bisa memberikan teether, mainan yang khusus untuk digigit anak. Pastikan teether dalam keadaan bersih ketika diberikan kepada si kecil.

Pertumbuhan fisik lainnya adalah bertambahnya berat badan dan tinggi badan anak. Untuk anak laki-laki, berat badan normalnya antara berkisar 6,7 – 10 kg dan tinggi badannya antara 65 – 73 cm. Sedangkan, untuk anak perempuan, berat badannya antara 6 – 9,5 kg dan tinggi badannya kira-kira 63 – 71,5 kg.

Jangan lupa menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan anak setiap bulan ya. Jika berat badan dan tinggi badan anak di luar garis normal atau pertambahannya tidak sesuai dengan kurva pertumbuhan, maka segera konsultasikan kepada dokter.

Perkembangan Motorik Anak

Sejak usia 6 bulan, kekuatan otot lengan dan kaki anak mulai bertambah. Umumnya, di usia 7 bulan anak mulai belajar merangkak. Namun, tidak semua anak melewati fase merangkak. Ada juga yang langsung bisa berjalan tanpa melalui fase merangkak. Oleh karena itu, ayah dan bunda tidak perlu cemas jika anak belum bisa merangkak. Selama anak bisa mengkoordinasikan alat gerak tubuhnya, maka tidak perlu khawatir.

Di usia 7 bulan anak dapat memutar badannya. Ia juga mulai bisa menegakkan punggungnya, sehingga bisa duduk sendiri tanpa sandaran. Namun, tetap awasi si kecil ya. Jika duduk di baby chair, jangan lupa memakaikan tali pengamannnya. Sebaiknya hindari penggunaan baby walker karena tidak direkomendasikan oleh dokter anak. Menggunakan baby walker memang membuat anak lebih mudah bergerak, tetapi hal itu karena ada rodanya, sehingga otot kaki anak tidak terlatih. Selain itu, mendudukkan anak di baby walker tanpa pengawasan juga bisa menyebabkan kecelakaan, misalnya anak terjatuh karena mendorongnya terlalu kuat.

Untuk menstimulasi kemampuan motorik anak, orang tua harus sering mengajak anak bermain. Letakkan mainan di beberapa tempat agar anak bergerak untuk menjangkaunya. Anak juga mulai bisa menyusun benda menurut ukurannya.

Sejak usia 6 bulan, anak sudah mendapat makanan pendamping ASI. Di usia 7 bulan, anak bisa diajarkan untuk minum dari cangkir. Sebagai permulaan bisa menggunakan sippy cup, yaitu cangkir yang mengerucut atau mempunyai moncong di bagian atasnya untuk memudahkan si kecil minum. Makan dan minum adalah hal yang terlihat mudah, tetapi membutuhkan kemampuan motorik oral atau oromotor.

Kemampuan Bahasa dan Komunikasi

Di usia 7 bulan, anak mulai mengerti beberapa kata sederhana seperti iya, tidak, dan jangan, walaupun belum bisa mengucapkannya. Sama seperti di bulan sebelumnya, anak usia 7 bulan berkomunikasi dengan menggunakan gestur tubuh.

Oleh karena itu, ketika mengobrol dengan si kecil, usahakan untuk disertai dengan gestur dan ekspresi wajah yang sesuai. Anak juga dapat memahami intonasi bicara. Jika, orang berbicara dengan nada tinggi, mungkin anak akan merespon dengan menangis karena takut.

Walaupun belum bisa berbicara, bukan berarti anak tidak bisa bersuara. Di usianya sekarang, anak semakin gemar mengoceh. Mungkin anak akan mengucapkan kata sederhana seperti “mama” dan “papa”, tetapi belum mengerti artinya. Anak juga mulai bisa mengenali dan mengingat suara yang familiar loh Bun. 

Untuk mendukung kemampuan bahasa dan komunikasi anak, ada beberapa cara yang bisa ayah dan bunda lakukan, yaitu:

  1. Sering mengajak anak berkomunikasi dan mengobrol. Walaupun anak belum bisa menjawab, tetapi anak akan menanggapi dengan eskpresinya seperti tertawa, merengut, bingung, dan lainnya. Perhatikan ekspresi si kecil, pasti menggemaskan.
  2. Membacakan buku dengan nyaring sambil memperlihatkan gambar di buku. Kosakata anak akan semakin bertambah dengan dibacakan buku. Anak juga belajar dengan melihat gambar yang ada di buku, jadi sebaiknya pilih buku yang banyak gambarnya ya.
  3. Tunjuk bagian tubuh atau benda di rumah dan sekitar sambil sebutkan namanya agar anak tahu nama-nama benda disekitarnya.
  4. Ajak anak menyanyi lagu anak yang sederhana. Anak akan belajar bahasa dari lirik lagu anak.

Perkembangan Sosial dan Emosional

Apakah si kecil sering rewel dan menangis ketika berpisah dengan bunda? Jika iya, hal ini disebut separation anxiety, yaitu anak menjadi cemas ketika orang tua atau orang terdekatnya menghilang dari pandangannya. Misalnya anak menangis dan tidak mau berpisah ketika bunda pergi bekerja. Untuk mengatasinya, bunda bisa memeluk, mencium, dan menggendong si kecil sebelum pergi. Jangan mengelabui atau membohongi anak karena hal itu justru meruntuhkan kepercayaan si kecil.

Selain itu, mungkin anak juga cemas ketika ada orang asing atau tidak dikenal mendekatinya. Misalnya anak menangis kencang ketika ada tamu yang berkunjung. Jangan marahi si kecil ya, karena ia belum mengerti. Hal ini wajar terjadi karena anak usia 7 bulan mulai bisa memahami lingkungan di sekitarnya, siapa orang yang dikenal dan siapa yang tidak dikenal.

Di usia 7 tahun, anak makin bisa mengekspresikan perasaannya. Anak akan tertawa atau bertepuk tangan ketika gembira, melambaikan tangan atau kiss bye ketika berpisah dengan orang yang dikenalnya, dan si kecil mungkin ikut menangis ketika melihat orang lain menangis.

Jadi, kesempatan ini bisa dimanfaatkan untuk mengenalkan berbagai emosi dan bagaimana berempati kepada orang lain. Anak mungkin belum sepenuhnya paham, tetapi tetap perlu mendapatkan contoh dari orang-orang di sekitarnya.

Hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Mendampingi Anak Usia 7 Bulan

Usia 7 bulan adalah masanya anak menjadi lebih aktif bergerak. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang perlu ayah dan bunda perhatikan ketika mendampingi si kecil.

  1. Pastikan area anak beraktivitas aman dan bersih
    Anak usia 7 bulan mulai lebih aktif dan leluasa untuk bergerak. Apalagi jika si kecil sudah bisa merangkak, ia akan terus mengeksplorasi hal-hal yang menarik perhatiannya. Jadi, pastikan lantai dan area beraktivitas anak bersih, tidak licin, dan aman.
  2. Berikan permainan yang beragam untuk merangsang perkembangan anak
    Banyak permainan yang dapat merangsang perkembangan anak. Tak perlu mainan yang mahal, cukup memanfaatkan barang-barang yang ada di rumah. Untuk merangsang motorik halus, bisa menggunakan pompom atau benda berukuran kecil di rumah. Ajarkan anak untuk menjimpit, mengambil, dan memindahkan benda kecil menggunakan jari-jarinya. Tentu saja harus ada orang dewasa yang mengawasi agar anak tidak memakan atau memasukkan mainannya ke hidung.
    Untuk merangsang motorik kasar, ajak anak untuk bergerak. Misalnya dengan mengajarkan anak untuk berdiri sambil dipegangi atau memancing keinginan anak untuk merangkak. Selain itu, ajak anak menari agar semua anggota tubuhnya bergerak.
    Selain kemampuan motorik, kemampuan sensori dan kognitif anak juga perlu distimulasi. Permainan yang bisa dilakukan di rumah adalah belajar mengelompokkan benda berdasarkan ukuran atau bentuk, mengocok botol yang berisi berbagai benda untuk mendengarkan suaranya, dan main petak umpet menggunakan mainan anak.
  3. Jauhkan benda yang dapat membahayakan anak
    Berhubung anak mulai bisa leluasa bergerak dan berpindah, maka perlu dipastikan tidak ada benda berbahaya di sekitar anak. Jauhkan benda-benda yang tajam, mudah jatuh, dan benda kecil yang bisa tertelan oleh anak. Jika ada saluran listrik yang dapat dijangkau anak, sebaiknya ditutup atau dimatikan.

Wah, mengagumkan ya tumbuh kembang si kecil. Banyak kejutan yang dilihat ayah dan bunda ketika mendampingi tumbuh kembang anak. Tiba-tiba anak sudah bertambah berat badannya, sudah ikut makan bersama, bisa merangkak, dan mendatangi ayah dan bunda sendiri.

Perlu diingat bahwa setiap anak itu unik, tumbuh kembang satu anak dengan anak lainnya mungkin berbeda. Jadi tidak perlu membanding-bandingkan anak ya.

Terima kasih sudah berlangganan Sayangi Anak Extra. Untuk mengakses konten - konten Sayangi Anak Extra. Untuk membaca konten Sayangi Anak Extra. Silakan kunjungi kategory Extra pada website Sayangianak.com atau klik disini

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.


Parenting

Tugas dan Tanggung Jawab yang Wajib Dilakukan Sebagai Orangtua

Setiap orang tua mempunyai tugas dan tanggung jawab tersendiri terhadap anak. Mengingat masa depan anak berawal dari tanggung jawab dan tugas yang dilakukan oleh orang tuanya. Dengan kata lain, mempunyai anak yang baik, tentu orang tua wajib memenuhi hak-hak anak. 

Pada umumnya ada lima tugas dan tanggung jawab orang tua terhadap anaknya yang harus dipenuhi. Kewajiban tersebut meliputi mengajarkan nilai-nilai agama, kepribadian dan lainnya. Selengkapnya mengenai apa saja kewajiban dan tugasnya, berikut penjelasan lengkapnya.

Mengajarkan Nilai-nilai Agama Kepada Anak Sedari Dini

Tugas dan kewajiban orang tua yang paling utama dan pertama yaitu mengajarkan nilai-nilai agama. Bahkan, ajaran ini harus diberikan kepada anak sejak dini agar saat menginjak remaja lebih mudah untuk mengarahkannya. 

Sedangkan untuk mengajarkan nilai-nilai agama bisa dilakukan dengan berbagai cara seperti mengajar nya ke tempat ibadah, mengenalkan kitab suci dan mengajarkan doa harian. Saat anak masih kecil dan belum bisa menirukan, tapi dia akan merekamnya.

Membentuk Kepribadian Anak yang Baik

Kewajiban orang tua yang selanjutnya yaitu membentuk kepribadian anak. Mengingat orang tua merupakan pendidikan pertama dan utama bagi seorang anak, Orang tua harus menanamkan kepribadian yang baik kepada anak sejak dini.

Kepribadian baik yang dimaksudkan yaitu nilai-nilai moral. Sedangkan untuk membentuk kepribadian yang seperti ini caranya cukup mudah, orang tuanya perlu memberikan kasih sayang yang penuh dan menciptakan lingkungan keluarga nyaman serta memberikan contoh. 

Menanamkan Nilai-nilai Sosial yang Patut Ditiru Kepada Anak

Menanamkan nilai-nilai sosial sejak dini juga menjadi salah satu tanggung jawab orang tua terhadap anaknya. Nilai-nilai sosial yang harus ditanamkan seperti menjaga kebersihan lingkungan, gotong royong, menjaga kedamaian, saling menghormati dan tolong menolong.

Jika sejak dini sudah diajarkan beberapa nilai sosial tersebut, anak akan tumbuh menjadi seseorang yang lebih peduli terhadap sesama terutama keluarganya. Tentu saja nilai-nilai sosial ini akan tetap dibawa hingga dewasa. 

Mengajarkan Anak Tentang Apa itu Tanggung Jawab

Tugas dan tanggung jawab orang tua terhadap anak yang selanjutnya yaitu mengajarkan tanggung jawab. Setidaknya jika harus seperti ini sudah diajarkan sejak dini, kedepannya saat sudah dewasa anak akan lebih bertanggung jawab terhadap apa yang sudah dilakukannya.

Cara yang seperti ini bisa dilakukan dengan membuat batasan-batasan. Jadi, nantinya jika Anang melanggar batasan-batasan tersebut bisa diberikan hukuman atau penjelasan mengenai konsekuensi. Bahkan, Tidak ada salahnya juga untuk melibatkan anak dalam membuat Hukuman dan peraturan.

Mengajarkan Kemandirian

Tidak selamanya anak dapat bergantung dengan orang tuanya. Kenapa sejak dini penting untuk mengajarkan kemandirian terhadap anak. Lebih tepatnya kemandirian ini sudah bisa diajarkan saat anak mulai berusia 2 atau 5 tahun. 

Salah satu cara yang bisa diterapkan untuk mengajarkan kemandirian kepada anak yaitu mengajarkan keterampilan yang memang sesuai dengan usianya. Selain itu, ada juga untuk mengajarkan kepada anak jika mengendalikan emosi sangatlah penting. 

Membantu Anak Mengembangkan Bakatnya

Orang tua juga mempunyai tanggung jawab dan tugas untuk membantu anak dalam mengembangkan bakatnya. Dengan kata lain jika anak bisa mengembangkan bakatnya tentu dapat lebih mandiri ke depannya dan lebih bertanggung jawab.

Apalagi di usia tersebut anak belum memahami apa yang disukainya, sebagai orang tua bisa melihat dari apa yang paling sering dilakukannya. Jika melihat hal yang seperti itu, segera lakukan berbagai upaya untuk mengembangkan bakat tersebut dengan menyediakan berbagai media pendukung.

Dampak Negatif Orang Tua Tidak Melakukan Tugas dan Tanggung Jawabnya

Mengetahui apa saja tanggung jawab dan tugas orang tua terhadap anaknya, tentu kurang lengkap jika tidak mengetahui dampak negatif jika tidak melakukan tanggung jawab tersebut. Berikut ini beberapa dampak negatifnya yang bisa didapatkan.

Anak Akan Jadi Tidak Percaya Diri

Salah satu dampak negatif jika orang tua tidak melakukan tugas dan tanggung jawabnya terhadap anak yaitu kurang percaya diri, sehingga bisa menghambat keberhasilan. Anak yang seperti ini cenderung minder jika bergaul dengan orang yang ada di luar rumah. 

Lebih tepatnya orang yang seperti ini akan mengurangi interaksi dengan orang lain. Padahal yang namanya kehidupan bersosial menjalin interaksi dengan masyarakat sangat diperlukan, lagi menjelang dewasa hal tersebut sangat butuh..

Hubungan Anak dengan Orang Tua Tidak Terjalin

Dampak negatif lain yang didapatkan jika orang tua tidak melakukan tanggung jawabnya yaitu hubungan antara keduanya tidak terjalin dengan baik. Padahal sebenarnya orang tua menjadi tempat yang paling dibutuhkan anak untuk menceritakan pulang.

Jika hubungan antara keduanya tidak baik, maka tidak akan terjadi keterbukaan dan bisa menyebabkan emosional tidak dapat terkontrol. Ditambah lagi dengan perhatian orang tua yang tidak pernah diluangkan untuk anaknya, seperti ini akan lebih parah. 

Anak Bisa Mengalami Gangguan Perilaku

Tugas dan tanggung jawab orang tua terhadap anak memang cukup banyak, bukan berarti tidak bisa dilakukan. Jika saja orang tua menyepelekan tugas dan tanggung jawabnya, Salah satu dampak negatifnya yaitu anak mempunyai kekuatan berlaku.

Saya saja suka membuat onar untuk menarik perhatian banyak orang, bullying terhadap temannya dan suka mencuri. Tanpa disadari sebenarnya anak melakukan hal-hal yang seperti itu agar orang tuanya lebih perhatian.

Itulah penjelasan mengenai beberapa tanggung jawab dan tugas orang tua terhadap anaknya yang wajib untuk dilakukan. Tentu jika tanggung jawab tersebut terpenuhi, berpengaruh penting terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak di masa depan dan bisa dikatakan sebagai modalnya.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.


Parenting

9 Peran Orang Tua Menangani Anak Usia Dini yang Wajib Diketahui

Anak usia dini yang membutuhkan perhatian khusus dari orang tuanya. Karena di usia tersebut anak sudah mulai berinteraksi dengan lingkungan sekitar, sehingga mudah terpengaruh. Di sinilah peran orang tua diperlukan untuk menangani anak usia dini. Karena apa yang dilakukan oleh orangtua pada proses tumbuh kembang anak selama usia dini, akan berpengaruh pada kemampuannya kelak.

Untuk itu, pada usia ini orang tua mempunyai kewajiban untuk memberikan pendampingan maksimal kepada anak. Selengkapnya berikut ini peran-peran yang harus diterapkan. 

1. Menjadi Pengamat Anak

Salah satu peran orang tua dalam menangani anak usia dini yaitu menjadi pengamat. Peranan ini sangatlah diperlukan karena di usia tersebut, anak cenderung untuk melakukan apapun sesuai dengan keinginannya.

Tentu jika tidak dilakukan pengamatan, anak bisa keluar dari batas wajarnya. Apalagi di usia tersebut anak mudah terpengaruh dengan orang lain, tentu akan sangat beresiko. Di sisi lain, orang tua juga harus bisa memahami bagaimana permasalahan dan tanda-tanda yang terjadi pada anaknya. 

2. Jadi Pembimbing untuk Anak

Peran orang tua sebagai pembimbing memang sudah menjadi hal yang tidak asing lagi. Apalagi saat anak di usia tersebut mulai menghadapi berbagai masalah saat berinteraksi dengan teman di sekolahan atau lingkungan sekitarnya. 

Tentunya dalam menyikapi hal yang seperti ini, Orang tua harus mempunyai cara tersendiri. Misalnya saja dengan berusaha untuk menggali perasaan anak terkait masalahnya dan memahami masalah. Selebihnya orang tua hanya perlu memberikan arahan dan pengertian mengenai masalah tersebut.

3. Penghubung Anak

Menjadi penghubung anak dari berbagai permasalahan yang dialaminya juga menjadi peran orang tua. Tentunya dalam hal ini orang tua harus berusaha memahami bagaimana permasalahan yang berasal dari sumber lain. Hal ini dilakukan agar bisa mendapatkan informasi lebih jelas.

Informasi yang didapatkan bisa berasal dari berbagai sumber seperti teman, guru dan lainnya. Hal ini dilakukan agar orang tua tidak terfokus membela anak sebelum mengetahui kebenarannya. Sekalipun anak yang melakukan salah, Orang tua harus mengingatkan dan memberikan pengertian.

4. Membantu Anak Memecahkan Masalah dan Mengajarinya

Anak usia dini masih termasuk labil, sehingga belum terlalu bisa mengontrol emosionalnya. Begitu juga saat terjadi semua masalah sederhana dengan temannya, biasanya saya anak usia dini akan langsung melampiaskan emosionalnya tanpa berpikir terlebih dahulu.

Tentu sebagai orang tua dalam hal ini penting untuk memecahkan masalah tersebut dengan menerapkan beberapa hal. Seperti halnya mendampingi anak, mengarahkannya agar tidak melakukan hal yang buruk dan menjelaskan konsekuensi negatif dan positif terhadap apa yang dilakukan. 

5. Memberikan Dasar Pendidikan Bagi Anak

Peran orang tua menangani anak usia dini yang selanjutnya yaitu memberikan dasar pendidikan. Tentunya jika dasar pendidikan sudah diberikan sejak dini, maka akan semakin mudah anak mandarin ayah begitu juga dalam menerapkannya di kehidupan sehari-hari.

Dasar pendidikan yang wajib diberikan sejak kapan hari ini seperti budi pekerti, pendidikan agama, sopan santun, kasih sayang, mematuhi, estetika, rasa aman dan lain sebagainya. Selain itu, orang tua juga wajib untuk memberikan pola asuh yang tepat agar pertumbuhan anak lebih maksimal. 

6. Tidak Melakukan Hal Buruk di Depan Anak

Tidak melakukan hal buruk di depan anak juga menjadi salah satu peran orang tua yang wajib untuk dilakukan dalam menangani anak usia dini. Mengingat anak diusia tersebut merupakan sebaik-baiknya peniru, sehingga apapun yang dilakukan oleh orang tuanya akan langsung ditiru.

Maka dari dari itu, penting sekali untuk berhati-hati dalam berbuat apapun. Justru akan lebih baik lagi jika orang tua memberikan contoh yang baik di depan orang agar ditiru. Misalnya saja cara berinteraksi dengan orang yang lebih tua, melakukan tanggung jawab dan lainnya.

7. Menjadi Pendengar yang Baik

Salah satu cara yang bisa kita lakukan untuk menangani anak usia dini sebagai salah satu peran orang tua yaitu menjadi pendengar. Mengingat orang tua merupakan tempat pulang, sehingga harus bisa memberikan kenyamanan kepada anak dalam berbagai hal terutama bercerita.

Jangan terburu-buru memberikan respon, tapi biarkan anak bercerita hingga selesai. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar anak merasa dihargai dan perasaan didengarkan. Tidak ada salahnya juga dalam hal ini memberikan pujian, pelukan dan kasih sayang kepada anak. 

8. Bertanggung Jawab Memberi Kenyamanan untuk Anak

Upaya lain yang harus dilakukan orang tua dalam mewujudkan perannya yaitu memberikan kenyamanan. Kenyamanan yang diciptakan ini sangat diperlukan agar nantinya anak menjadikan orang tua sebagai sahabat terbaiknya dalam berbagai hal.

Bahkan, kenyamanan ini juga memberikan kesempatan kepada anak untuk tidak canggung bercerita kepada orang tuanya. Tentu dengan kondisi yang seperti itu, orang tua akan lebih mudah untuk memahami bagaimana karakter anak dan cara mengarahkannya. 

9. Meluangkan Waktu yang Cukup untuk Anak

Cara menangani anak usia dini yang selanjutnya yaitu meluangkan waktu. Entah itu belum kan waktu untuk menemani anak belajar atau sekedar bermain. Tentu jika orang tua bisa dijadikan sebagai teman, anak tidak akan merasa canggung dan tentunya nyaman.

Begitu juga sebaliknya, jika orang tua memberikan perhatian penuh terhadap anak, maka respon anak pada setiap arahan dan bimbingan orang tua menjadi lebih baik. Contohnya ajari anak bagaimana cara bersosialisasi yang baik, beretika dan lain sebagainya. 

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.


Parenting

Maksimalkan Perkembangan Kognitif Anak Sebelum Ia Berusia 5 Tahun

Mempunyai anak yang dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal merupakan impian setiap orang tua. Inilah kenapa diperlukan upaya memaksimalkan tahapan perkembangan kognitif anak usia 0-5 tahun. Jadi, disini peran orang tua sangatlah penting dalam perkembangan kognitif anak.

Pahami Dulu Apa Itu Pengertian Kemampuan Kognitif Anak

Sebelum membahas mengenai cara yang bisa dilakukan untuk memaksimalkan perkembangan kognitif anak, penting untuk mengetahui pengertiannya. Secara umum, kemampuan kognitif merupakan proses di mana anak dapat menerima pengetahuan dan informasi. 

Selain itu, kemampuan kognitif juga bisa diartikan sebagai keterampilan otak anak yang sangat diperlukan kan dalam menyelesaikan tugas sederhana sampai yang kompleks. Meskipun begitu, bukan berarti kemampuan tersebut dapat berkembang tanpa adanya upaya manusia. 

Inilah Kenapa sebagai orang tua penting untuk mengetahui kemampuan tersebut. Apalagi jika dibandingkan kemampuan yang dimiliki anak-anak dan orang dewasa sangatlah berbeda. Dengan kata lain, di sini orang tua harus memberikan dukungan atau stimulasi perkembangan kognitif. 

Cara Memaksimalkan Perkembangan Kognitif Anak 0-5 Tahun

Anak di usia 0-5 tahun mempunyai perkembangan kognitif yang berbeda. Contoh cara untuk memaksimalkan perkembangan tersebut di setiap tahunnya juga berbeda. Selengkapnya berikut ini penjelasan mengenai cara-caranya di setiap usia anak. 

1. Memaksimalkan Perkembangan Kognitif Usia 0-6 Bulan

Anak di usia 0-6 bulan sudah mulai menunjukkan kemampuannya dalam menunjukkan reaksi terhadap suara. Bahkan, di usia ini anak juga sudah mulai bisa mendekati sumber suara tersebut. Sedangkan untuk memaksimalkan perkembangan kognitifnya, terapkan beberapa cara ini.

  • Mengajak anak untuk berbicara agar dapat memastikan Apakah sudah bisa merespon dengan melihat wajah Anda.
  • Sering-seringlah membacakan buku kepada anak dan menunjuk gambarnya. 
  • Melakukan berbagai aktivitas yang tidak akan membuat bayi bosan dan rewel.
  • Berikan mainan dengan jarak jauh dan masih terlihat anak. 

2. Memaksimalkan Perkembangan Kognitif Usia 6-9 Bulan

Tahapan perkembangan kognitif anak usia 0-5 tahun, terutama di usia 5-9 bulan sudah mulai mempunyai kemampuan seperti menggenggam benda. Bahkan, di usia ini anak juga sudah bisa memindahkan benda dari satu tangan ke tangan yang lainnya. Tentu untuk memaksimalkan perkembangan kognitif ini, terapkan beberapa cara berikut.

  • Saat anak mempunyai kemampuan atau keterampilan baru, berikan pujian.
  • Berikan mainan di sekeliling anak.
  • Membacakan buku kepada anak saat menjelang tidur atau waktu lainnya.
  • Memberikan permainan yang bisa meningkatkan kemampuan berpikir seperti memasukkan benda ke dalam lubang.
  • Mengajak anak untuk bernyanyi dan mendengarkan musik.

3. Memaksimalkan Perkembangan Kognitif Anak Usia 9-12 bulan

Anak di usia ini sudah bisa sudah mempunyai kemampuan membedakan benda sesuai dengan fungsinya. Misalnya saja cangkir untuk minum, sendok untuk makan dan lain sebagainya. Sedangkan untuk memaksimalkan perkembangan ini, orang tua wajib melakukan beberapa cara berikut. 

  • Memberikan anak berbagai mainan maupun benda.
  • Mengajak anak untuk bermain petak umpet dan bertepuk tangan.
  • Mengajak anak bermain mencari barang-barang yang hilang.
  • Mengajarkan pengetahuan baru mengenai sebab akibat. 

4. Memaksimalkan Perkembangan Kognitif Usia 1-2 tahun

Saat anak sudah berusia satu atau dua tahun, pengetahuannya mulai bertambah. Misalnya saja sudah memahami anggota tubuhnya. Bahkan, sudah paham mengenai benda-benda yang ada di sekitarnya. Sedangkan cara memaksimalkan perkembangan kognitif tersebut, berikut cara-caranya.

  • Mengajak anak untuk mewarnai gambar dengan bentuk tertentu.
  • Mengajak anak untuk mencari mainan yang disembunyikan. 
  • Sering-seringlah memberikan arahan kepada anak seperti ambil mainan itu.
  • Bisa juga memberikan arahan untuk memasukkan mainan ke dalam keranjang.

5. Memaksimalkan Perkembangan Kognitif Usia 3-4 Tahun

Saat anak sudah menginjak usia 3 sampai 4 tahun, biasanya sudah mulai bisa bermain dengan temannya. Namun, di usia ini belum bisa untuk berbagai mainan atau sejenisnya. Tentunya untuk memaksimalkan perkembangan tersebut, terapkan beberapa cara berikut ini.

  • Mengajak anak melakukan sesuatu atau bermain peran.
  • Mengajak anak bermain menjadi pemimpin.
  • Mengajarkan anak mengenai lagu-lagu.
  • Mengajak anak untuk membantu aktivitas orang tua seperti memasukkan mainan ke dalam keranjang.
  • Mulai ajarkan mengenal angka-angka dan berhitung. 

6. Memaksimalkan Perkembangan Kognitif Anak Usia 4-5 tahun

Saat anak di usia 4 sampai 5 tahun sudah mulai bisa memahami konsep waktu seperti pagi, nanti, kemarin dan lainnya. Tentu di tahapan usia ini anak sudah mulai mengalami perkembangan dalam kemampuannya. Sedangkan untuk memaksimalkannya, Orang tua harus menerapkan beberapa cara berikut ini.

  • Memancing agar anak dapat menceritakan aktivitasnya.
  • Biasakan anak untuk bisa mengambil keputusan dengan cara memberikan pilihan.
  • Membantu anak dalam meningkatkan kemampuannya dalam berbahasa dan mengenalkan kata-kata yang akan sering digunakan. 
  • Membantu anak agar bisa menggunakan frasa dan kata yang tepat.
  • Ajak anak untuk menggambar semua anggota keluarga. 

Pentingnya Peran Orang Tua dalam Perkembangan Kognitif Anak

Dari penjelasan sebelumnya bisa diambil garis besar jika peran orang tua dalam perkembangan kognitif anak sangatlah penting. Dengan kata lain, tanpa bantuan dari orang tuanya terutama ibu, perkembangan kognitif anak tidak akan berkembang optimal.

Di sini, orang tua berperan sebagai pembimbing dan mengarahkan anak agar melakukan sesuatu yang nantinya bisa menjadi kebiasaan. Misalnya saja memimpin anak untuk bisa dispilin, mandiri dan membuat keputusan sendiri.

Tentunya untuk meningkatkan perkembangan kognitif anak bisa dilakukan sesuai dengan tahapan usianya. Mengingat setiap usia anak, mempunyai kemampuan tersendiri dan tentunya tidak dapat dipaksakan sama dengan usia yang selanjutnya. 

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Most Share

To Top