Jika ditanya tentang keinginan dan cita-cinta, banyak anak ingin menjadi dokter, presiden dan lainnya. Tetapi anak ini bebeda.
Bukan ingin menjadi dokter, Anak ini ingin menjadi dia ingin jadi smartphone
Ketika ditanya keinginanya, Seorang anak yang kisahnya tersebar di Jepang ini menjawab dia ingin jadi smartphone. Kenapa ingin menjadi smartphone? Alasan si anak yang juga diceritakannya pasti akan membuat Anda para orangtua merasa tersindir.
Orang tua harus baca baca cerita lengkap mengenai anak ini
Suatu malam setelah sepasang suami istri menghabiskan makan malamnya, mereka duduk di ruang keluarga. Si istri adalah guru sekolah dasar dan pada saat itu melanjutkan pekerjaannya menilai tugas murid-muridnya. Para murid ditugaskan menulis surat tentang apa yang mereka inginkan. Suami dari guru wanita tersebut ikut menemani istrinya. Dia duduk di kursi sambil memegang ponselnya.
Saat hampir selesai memberikan nilai pada tugas murid-muridnya, si istri sadar ada satu yang tertinggal dan lupa dikoreksinya. Dan di kertas tersebut tertulis:
“Keinginanku adalah menjadi sebuah smartphone. Itu menjadi keinginanku karena ibu dan ayahku sangat menyukai smartphone mereka.
Ibu dan ayahku hanya memperhatikan smartphone mereka dan terkadang melupakanku.
Saat ibu dan ayahku pulang ke rumah dari bekerja, mereka menghabiskan waktu dengan smartphone mereka, bukan denganku. Bahkan ketika ayah dan ibuku sedang melakukan sesuatu yang penting sekalipun, jika ponsel mereka berbunyi, mereka akan mengambilnya segera. Tapi hal itu tidak terjadi padaku, meskipun aku menangis.
Ibu dan ayahku memainkan permainan di ponsel mereka, bukan main denganku. Saat mereka mengobrol dengan orang lain di telepon, dan aku ingin memberitahukan mereka sesuatu hal, mereka menyuruhku diam dan pergi.
Itulah sebabnya kenapa aku ingin menjadi smartphone. Karena mungkin nantinya orangtuaku akan lebih mencintai ku sama seperti smartphone mereka.”
Guru SD itu menangis setelah selesai membaca surat muridnya tersebut. Suaminya pun bertanya kenapa dia menangis. Dan wanita itu memperlihatkan surat tersebut padanya. Suaminya kemudian bertanya lagi, siapa murid yang menuliskan surat ini. Dan di sanalah sang guru tersadar, bahwa ternyata ada ‘surat’ ekstra yang diselipkan di antara tugas-tugas muridnya tanpa dia ketahui.
“Surat itu bukan ditulis oleh salah satu muridku. Surat itu dari anak kita”
Kisah di atas sampai saat ini tidak diketahui apakah memang cerita nyata atau bukan. Meski demikian, tetap saja merasa tersentuh dan beberapa orangtua seperti tertampar karena perilaku mereka seolah digambarkan di surat tersebut.
Apakah Anda juga merasakan hal yang sama?
