Saat anak di sekolah ada banyak keresahan yang dirasakan orangtua di rumah. Adakah anak lain yang mau berteman dengannya? Apakah dirinya jadi korban ejekan teman-temannya? Akankah dia akan dikucilkan atau bahkan disakiti?
Kekhawatiran kita sebagai orangtua nyatanya tak behenti hanya sampai disitu saja. Nyatanya masih ada hal lain yang membuat kita cemas. Bagimana jika ternyata si kecil justru menjadi pelaku dari semua hal tersebut?
Namun Bunda juga tak perlu terlalu takut. Orangtua hanya perlu lebih jeli mengamati sikap buah hatinya. Dengan begitu kita bisa menolong anak yang memang telah menunjukkan potensinya sebagai tukang bully.
Keluarga Sebagai Rumah Tempatnya Belajar Memulai Segala Hal, Untuk Itu Sebisa Mungkin Hindari Melakukan Hal-Hal Buruk Di Hadapannya
Peran keluarga terlebih kita sebagai orangtua, memang punya andil yang kuat dalam tumbuh kembangnya. Jadi jangan heran jika orangtua yang selalu berbicara kasar, juga akan memiliki anak dengan pola bicara yang sama. Tak hanya faktor genetik yang kita turunkan, aktivitas di dalam rumah juga akan jadi patokan untuknya. Diusianya yang masih dalam tahap tumbuh kembang, dia akan begitu mudah menyerap segala hal yang dilihatnya.
Jika sebagai orangtua kita sering menunjukkan sikap kasar, atau kata-kata yang tak sepantasnya. Maka kelak dia akan berpotensi untuk melakukan hal yang sama pada orang lain. Sikap ini jadi pemicu mengapa dia bisa menjadi tukang bully.
Sejak Dini Ajaklah Si Kecil Untuk Membicarakan Apa Sebab Dan Akibat Yang Akan Didapat Dari Bullying
Untuk beberapa sikap yang sudah jelas menunjukkan bullying, kita masih bisa meredam amarah. Alih-alih berpikir mereka masih kecil, orangtua mungkin berpikir bahwa dia tak paham apa yang sedang diperbuatnya. Tapi tunggu dulu, apakah ini adalah sikap yang baik untuk menanggapinya? Tentu tidak!
Memberinya pengertian untuk sebab dan akibat dari bullying, harus diterapkan sejak dini. Dimulai dari memberi contoh perbuatan untuk saling mengasihi sesama manusia dan makhluk lain. Kemudian beritahu dia apa yang akan diterima seseoran ketika di-bully, dengan begitu dia paham bahwa hal tersebut tidaklah baik.
Perhatikan Pula Lingkungan Sekolah Dan Bermain Sehari-harinya, Bisa Jadi Sikap Buruk Tersebut Berasal Dari Sana
Namun untuk beberapa kasus, ternyata potensi anak yang suka mem-bully temannya tak hanya didapat dari rumah saja. Sebagaimana keluarga, sekolah dan teman bermain tentu juga punya kontribusi untuk pembentukan perilakunya.
Meski tak semua, ada beberapa sekolah yang justru terkesan lalai untuk dampak dari bullying. Belum lagi teman bermain yang kadang, menggiring mereka ada sikap tak menghargai satu sama lain. Seringnya si anak melakukan bully karena didorong oleh rasa ingin membuktikan.
Entah itu karena diminta oleh temannya atau atas keinginan sendiri. Semata-mata ingin menunjukkan bahwa dirinya juga bisa melakukan hal yang sama dengan yang lainnya. Kurangnya pemahaman yang dimilikinya pun jadi alasan mengapa akhirnya dia memilih melakukannya
Namun Jika Memang Sudah Terlanjur Jadi Tukang Bully, Baiknya Orangtua Mulai Menerapkan Komunikasi Konsultatif Pada Anak
Sebagai orangtua yang tak luput dari kelalaian, kadang kita menyadarinya setelah semua telah terjadi. Begitu pula dengan hal-hal yang terjadi dengan anak. Jika memang dirinya sudah terlanjur beberapa kali melakukan bully, kita tetap masih harus membantunya. Ini hanyalah masalah ketidakmampuannya untuk mengendalikan agresivitasnya dengan semestinya. Sehingga untuk beberapa kesempatan, selalu berujung dengan bullying yang dampaknya tentu buruk.
Untuk itu sebaiknya kita, mulai mengajaknya untuk berkomunikasi secara intensif. Bisa saja selama ini, dirinya kurang leluasa dalam menyampaikan segala sesuatu yang sedang dipikirkannya. Untuk itu kehadiran orangtua tentu akan membuatnya merasa dihargai dan mau mendengarkan.
Kemudian Dorong Si Kecil Untuk Melakukan Hal-Hal Positif Atau Kegiatan Yang Memang Disukainya
Tak hanya mendengarkannya saja, sesuatu yang akan membantu si kecil menghilangkan sikap buruknya itu adalah kegiatan lain. Berilah dia ruang untuk bebas berekspresi dan mengungkapkan semua keinginannya. Sampaikan semua hal-hal baik tersebut lewat permainan yang menyenangkan. Secara tidak langsung dia akan mulai belajar, bahwa sikap -sikap yang dilakukannya kemarin tidaklah baik.
Berdiskusi dengannya juga salah satu cara yang bisa kita lakukan, mintalah dia bercerita atas segala yang mungkin menjadi keluhannya. Mulai dari bagaimana keadaan di sekolah, hingga siapa saja temannya yang selalu bersikap tak baik. Sebagai orangtua kita juga tentu belajar darinya untuk lebih memahami apa yang dia butuhkan.
Sebagai Orang Tua Kita Juga Tak Boleh Menunjukkan Kemarahan Yang Lantas Membuatnya Merasa Terhakimi
Terlepas dari dari memahami dan membantunya membuang sikap yang suka mem-bully tersebbut. Ada sesuatu hal lain yang tak boleh kita tunjukkan dihadapannya yaitu menunjukkan amarah dihadapannya. Karena biar segala hal yang kini sedang dilakukannya, tentu ada sebab dan akibatnya.
Sebagai orangtua sudah seharusnya kita membantu mereka untuk menemukan jalan keluar. Memberinya label anak yang tak baik, akan terkesan menghakiminya tanpa ampun. Bukan tak mungkin hal ini justru semakin memberikan pengaruh buruk terhadapnya. Sehingga tak henti untuk melakukan hal yang sama secara terus menerus.
Karena perkembangannya tentu akan dibumbui dengan beberapa hal baik dan buruk.Untuk itu sebagai orangtua telah sepantasnya kita tetap berada di dekatnya untuk menjadi orang pertama yang paling memahaminya.
