Di Indonesia, budaya menitipkan anak pada orangtua sudah dianggap hal yang lazim. Bahkan terjadi secara turun menurun. Faktor pemicu bayi atau balita yang akhirnya dititipkan pada kakek neneknya salah satunya karena alasan pekerjaan orangtua sang bayi. Misalnya ibu mereka yang bekerja sebagai pegawai kantoran, umumnya pasti hanya diberi cuti maksimal tiga bulan. Setelahnya, ibu wajib masuk kerja lagi seperti sedia kala. Sementara jika salah satu orangtua saja yang bekerja, keuangan keluarga terancam tak stabil. Biaya untuk mempekerjakan pengasuh pun cukup besar. Untuk itu, salah satu alternatif yang dipilih para orangtua muda adalah menitipkan buah hati mereka pada orangtuanya. Padahal Bun, hal ini masih jadi sesuatu yang dilematis dan perlu pertimbangan yang kuat sebelum akhirnya memutuskan melimpahkan ‘separuh’ tanggung jawab pengasuhan kepada kakek nenek si kecil.
Di Usianya yang Tak Lagi Muda, Tubuh Orangtua Bunda Sejatinya Sudah Tak Didesain Lagi untuk Mengasuh
Menurut psikolog klinis, Elizabeth Santosa, atau yang akrab disapa Lizzie saat ditemui SayangiAnak.com, para orangtua muda sering lupa bahwa usia orangtuanya alias kakek dan nenek sang cucu sudah tak selaras lagi dengan anak yang masih balita. Perbedaan usia yang terlalu jauh akhirnya membuat pola asuh yang dimiliki oleh kakek dan nenek sering tak sesuai dengan apa yang dibutuhkan anak kecil saat ini. Ditambah lagi, fisik kakek dan nenek sejatinya sudah tak lagi didesain untuk mengejar cucu. Mereka tak lagi sekuat Bunda dan Ayah yang mungkin masih berumur 20 atau 30 tahun. Lizzie menyarankan, kalau Bunda sesekali hendak menitipkan buah hati di rumah kakek atau nenek, maka yang terbaik adalah menyediakan pengasuh khusus untuk anak.
Biarkan kakek dan nenek hanya bertugas sebagai pengawas bagi si pengasuh. Tugas lain, seperti memandikan, menyuapi, dan mengejar-ngejar anak yang sejatinya tugas Bunda sebagai orangtua, bisa digantikan sementara oleh pengasuh. Terpenting, pengasuh pun harus bisa membawa diri dan beradaptasi. Jangan sampai keberadaan pengasuh, kakek dan nenek, justru menciptakan konflik baru.
Atau bila Bunda memang sudah memiliki pengasuh, namun ada momen dimana pengasuh sakit atau mudik, carilah jalan tengah yang tak merepotkan kakek dan nenek. Misalnya, mencari infal (pengasuh pengganti), atau Bunda mengambil cuti, atau setidaknya, siapkan semua meninggalkan ia bersama kakek/nenek. Jadi, jangan sampai menyusahkan mereka, baik secara fisik maupun finansial ya Bun.
Perbedaan Pola Asuh Tak Hanya Dirasakan Oleh Anak, Tapi Juga Bunda Sebagai Orangtua
Bun, perbedaan pola asuh antara generasi Bunda dan orangtua Bunda akan membawa dampak yang signifikan pada anak. Perbedaan ini pun yang akhirnya sering jadi pemicu Bunda dan orangtua jadi berselisih paham urusan mengasuh cucu. Kalau Bunda sudah terlanjur menitipkan buah hati pada neneknya, ada risiko yang memang harus dihadapi. Mungkin si kecil yang jadi gemar nonton sinetron, atau jadi hapal pemeran ftv, dan segala dampak yang mungkin tak pernah Bunda pikirkan sebelumnya.
Bagaimanapun, Bunda tak bisa langsung melarang kakek atau nenek si kecil untuk menonton tayangan yang memang mereka sukai di masa tua mereka.
“Barangkali menonton sinetron yang penuh drama menyedihkan, atau mendengarkan lagu dangdut, adalah hiburan yang dahulu tak pernah sempat mereka nikmati karena kesibukan mengurus Anda, anaknya. Masa, sih, di saat anak-anak mereka sekarang sudah mandiri dan berkeluarga, mereka masih juga dituntut mengurus cucu dan mengorbankan hal-hal yang disukai?” ujar Lizzie.
Boleh saja Bunda menyampaikan keberatan pada orangtua, tentu dengan mengatakan alasan sebenarnya bahwa efek sinetron tak baik bagi perkembangan anak. Tetapi, katakan dengan sopan, dan berikan solusi yang tidak merugikan siapa pun ya Bun.
Misal, “Ma, kalau ada cucu, nonton sinetronnya di kamar saja, ya. Atau, kalau ia lagi tidur siang.” Jika tak berhasil juga, pilihannya hanya dua: Berhenti menitipkan anak kepada kakek dan neneknya, atau Bunda harus menerima konsekuensinya.
Tapi Bun, kalau pada akhirnya Bunda harus mengambil keputusan untuk menitipkan buah hati pada kakek dan neneknya, asalkan Bunda sudah mempertimbangkan hal-hal ini…
1. Kondisi Fisik Kakek Nenek Si Kecil Masih Memungkinkan
Kegiatan mengaruh anak bukanlah hal yang mudah lho, karenanya pastikan Anda hanya menitipkan Si Kecil jika kondisi fisik orang tua atau mertua Bunda memungkinkan. Selain itu, Bunda juga harus memikirkan kesibukan orang tua dan mertua Bunda. Jangan sampai kegiatan mereka harus dikorbankan. Hal yang paling penting adalah tanyakan kesediaan mereka untuk menjaga Si Kecil. Pastikan bahwa mereka tidak keberatan untuk menjaga cucunya hingga Anda pulang kantor.
2. Kebutuhan Si Kecil Bisa Tetap Terpenuhi
Pastikan semua kebutuhan anak selama dititipkan pada kakek dan nenek sudah tercukupi. Antara lain: makanan, susu, obat-obatan, dan mainan. Ketidaksiapan Bunda justru akan merepotkan orang tua, karena harus menyediakan kebutuhan Si Kecil. Bila perlu, tetap gunakan jasa pengasuh, sehingga tugas dan orang tua Bunda hanya mengawasi.
3. Bunda dan Ayah Sebagai Orangtua Sudah Menyepakati Pola Asuh yang Diinginkan
Pola asuh yang diterapkan oleh Anda dan orang tua atau mertua bisa jadi berbeda. Untuk itu, Bunda bisa membicarakannya baik-baik dengan mereka. Jelaskan dan sepakati pola asuh seperti apa yang diinginkan. Persoalan yang sering muncul adalah kakek dan nenek terlalu memanjakan Si Kecil karena rasa sayang yang berlimpah. Karenanya, komunikasikan batasan-batasan yang harus diterapkan tanpa menyinggung perasaan mereka ya Bun.
