Edote notes: artikel ini dikutif dari tulisannya Mona Ratuliu (@mratuliu) . tulisan yang menarik untuk orang tua. Jadi sayangianak.com bagi juga di sini untuk para orang tua lainnya.
Kita sebagai orang tua, suka sibuk mencari-cari pola asuh didik yang ok plus super canggih buat anak-anak kita. Dan cenderung carinya yang ke-barat-barat-an karena persepsi canggih buat kita adalah
ilmu-ilmu dari luar negri. Ternyata di negri kita sendiri, sejak dulu, ada pola asuh didik yang luar biasa. Yang sesungguhnya sudah kita kenal sejak lama. Yaitu pola asuh didik dari bapak pendidikan kita, Ki Hajar Dewantara.
Sejak duduk dibangku Sekolah Dasar, kita sudah belajar menghafal pola asuh didik Ki Hajar Dewantara ini. Ing ngarso sung tulodo. Ing madyo mangun karso. Tut wuri handayani. Tapi sayangnya hanya sekedar dihafalkan. Tidak dipahami artinya dengan baik, apalagi diperdalam dan dipraktekan dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan di Sekolah Dasar Negri yang simbolnya Tut wuri handayani, pada kenyataannya tidak mempraktekkan ilmu luar biasa dari bapak pendidikan kita ini. Kita bahas yuk!
Ing ngarso sung tulodo
Ing ngarso sung tulodo yang artinya didepan memberi tauladan atau cotoh yang baik. Pada usia 0-5 tahun, pertama kali anak belajar adalah dengan meniru perilaku orang disekitarnya. Yang terdekat adalah orang tua. Suka liat kan anak-anak senang berdandan meniru orang tuanya? Namun perilaku orang tua yang ditiru oleh anak bukan cuma perilaku yang baik-baik saja lhoooo… Saat orang tua membuang sampah pada tempatnya, ditiru oleh anak. Saat orang tua rajin beribadah, juga ditiru oleh anak. Namun pada saat orang tua marah, memaki, berbohong, juga ditiru oleh anak. Karena itulah proses mendidik anak adalah proses pendewasaan diri bagi orang tua. Karena apabila kita ingin anak kita berprilaku baik, maka yang lebih dahulu kita lakukan adalah memperbaiki diri sendiri.
Ing madyo mangun karso
Ing madyo mangun karso yang artinya ditengah memberikan semangat. Gampangnya, menjadi teman yang asik untuk anak-anak. Pada usia 6-12 tahun, anak sedang asik-asiknya berteman. Berbincang seru dengan temannya adalah aktifitas yang paling disukai anak-anak diusia ini. Ketika kita berhasil menjadi tauladan yang baik untuk anak-anak, bukan menjadi komandan yang memaksakan anak untuk terus mengikuti perintah kita, maka kita sebagai orang tua memiliki peluang besar untuk jadi teman yang asik buat anak-anak. Kenapa jadi teman yang asik? Karena semua orang nggak akan ada yang mau berteman sama orang yang nggak asik. Anak-anak akan ogah bersahabat sama orang tua yang suka ngomel, serba perintah-perintah, dan ngebetein. Terus kenapa juga harus bersahabat sama anak? Agar anak nyaman untuk bercerita dan meminta pendapat kepada orang tuanya. Kalau anak nggak nyaman curhat sama orang tuanya, lalu kepada siapa anak akan meminta pendapat? Kepada siapa anak akan mempertanyakan hal-hal yang sensisitif? Bukankah orang tua adalah tempat paling aman untuk bertanya? Masalahnya, apakah orang tua sanggup jadi tempat paling nyaman untuk bercerita?
Tut wuri handayani
Tut wuri handayani. Yang artinya dibelakang memberi dorongan. Nanti akan tiba saatnya kita menempati posisi sebagai konsultan. Sebagai kamus. Karena saat usia anak sudah diatas 12 tahun, anak sudah memiliki kewenangan atas dirinya sendiri. Segala tindakan yang dilakukan adalah berdasarkan keputusannya sendiri. Untuk itu, penting membimbing anak untuk belajar mengambil keputusan secara mandiri dan rasional seperti dalam artikel belajar kecewa dengan aman.
Ketika anak sudah sampai tahapan ini, anak akan merasa risih apabila orang tua sibuk mengomentari dirinya tanpa diminta. Hal ini hanya membuat anak terganggu dan memilih menjauhi orang tuanya. Maka tindakan yang perlu diambil orang tua adalah menjadi kamus. Persis seperti kamus, yang diam aja disimpan di rak buku kalau tidak digunakan. Dan hanya memberikan informasi kalau diperlukan saja. Selain menjaga kenyamanan hubungan dengan anak, ini juga membantu anak belajar menghadapi resiko dari tiap keputusan yang dibuat. Tapi anak nggak akan membuka kamus, kalau kamus tidak menyediakan informasi-informasi yang bermanfaat untuk anak. Untuk itulah, menjadi orang tua adalah proses belajar seumur hidup.
Sebagai kamus, memang perih melihat anak tersandung saat harus menghadapi resiko dari tiap keputusannya. Tapi ini juga yang membantu anak belajar dewasa. Dan pada akhirnya, mampu terbang dengan sayapnya sendiri
