Orang tua yang bahagia, akan memiliki anak yang bahagia pula. Namun, bagaimana jika saat mengasuh anak sulit sekali untuk bahagia? Mungkin parental burnout tengah melanda.
Apa itu parental burnout? Saskhya Aulia Prima, psikolog anak dan co-founder TigaGenerasi menjelaskan parental burnout merupakan kondisi kelelahan yang sangat intens dalam menjalankan pengasuhan. Nah, dalam kondisi ini, orang tua dapat merasa jauh secara emosional dengan anak. Hal ini melahirkan sikap meragukan kemampuan diri dalam menjalani peran sebagai orang tua.
“Mengasuh anak itu pekerjaan yang kita nggak bisa cuti. Somehow, punya anak di satu sisi bikin kita berarti, namun di sisi lain bisa bikin jenuh dan stres,” terang Saskhya dalam LazBaby Media Briefing beberapa waktu lalu.
Apalagi di masa pandemi seperti saat ini. Kendati orang tua dan anak sama-sama menghabiskan lebih banyak waktu di rumah, terkadang malah melelahkan. Utamanya bagi bunda bekerja yang kerap jugling work antara pekerjaan rumah dan pekerjaan lainnya.
Sebenarnya di rumah saja juga bikin anak jenuh dan stres. Hanya saja kadar tekanan yang dialami lebih rendah ketimbang yang dialami bunda. Bahkan, tekanan yang dialami bunda bisa jadi lebih berat ketimbang ayah. Penyebabnya bunda secara alami gemar memikirkan orang lain. Alhasil bunda pun lebih sering cemas dan tertekan.
“Efek parental burnout itu jadi gak percaya diri jalani peran sebagai orang tua. Mungkin kita excel di area kerjaan, tapi punya beban dalam pengasuhan anak,” sambung Saskhya.
Apa yang disampaikan Saskhya sejalan dengan survei yang dilakukan oleh Lazada dan Babyologist kepada lebih dari 400 ibu di Indonesia. Hasil survei menunjukkan 84 persen ibu merasakan kelelahan mental dan fisik selama masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Selain itu, 87 persen mengaku menjadi lebih sensitif, serta pernah merasa tidak percaya diri maupun gagal dalam mengasuh si kecil.
Tanda Parental Burnout
Ada beberapa tanda-tanda yang mengindikasikan seseorang mengalami parental burnout. Yuk, dicek bersama-sama.
- Capek secara mental.
- Capek dan lemas secara fisik.
- Sulit menemukan kebahagiaan mengasuh anak, susah mengelola perasaan bahagia.
- Meningkatkan interaksi yang tidak positif bersama anak.
- Terus merasa bersalah.
- Menjauhkan diri secara emosional dari anak.
Tanpa parental burnout, bunda akan melihat betapa pintar dan lucunya si kecil yang sedang bereksplorasi. Namun, ketika parental burnout melanda, tingkah si kecil tak terlihat lucu sama sekali.
Terkadang parental burnout dianggap rasa lelah biasa. Padahal jika terjadi berlarut-larut akan sangat merugikan. Untuk itu, jika merasakan hal ini, jangan dibiarkan ya, Bunda. Apalagi pada akhirnya parental burnout bisa berdampak pada relasi ke anak dan keluarga.
Cara Mengatasi Parental Burnout
Para bunda lebih rentan mengalami parental burnout ketimbang ayah. Ada penjelasan di balik hal ini.
Jadi begini, seorang perempuan akan memiliki empati yang semakin meningkat saat dirinya hamil. Ia akan lebih mendahulukan kepentingan anak dan keluarga. Kata Saskhya, ini wajar. Meski begitu, hal itu kerap mengakibatkan seorang ibu over thinking dalam menghadapi sesuatu.
“Jadi naturalnya ibu itu mikirin orang, tapi suka lupa sama dirinya sendiri,” terang Saskhya.
Jika mengalami parental burnout, berikut beberapa cara dari Saskhya yang bisa dilakukan untuk mengatasinya.
1. Makan Makanan Sehat
90 persen hormon kecemasan datang dari usus. Untuk itu, Bunda bisa mengasup makanan sehat. Selain menyehatkan pencernaan, juga menyehatkan otak dan mental.
2. Latihan Menyadari Emosi
Emosi itu bukan hanya marah, lho. Ada khawatir, gugup, sedih, senang, dan lalin-lain. Terkadang kita mengekspresikan emosi negatif melalui amarah, padahal emosi yang dirasakan adalah khawatir atau gugup.
Untuk itu, Bunda perlu latihan menyadari emosi untuk mengenal perasaan yang sedang dirasakan. Jika perasaan tidak nyaman sedang dirasakan, ada baiknya ambil jeda sebentar.
“Kalau nggak terlatih menyadari emosi, bingung mau ngapain. Sedangkan kalau sudah sadar emosi, akan lebih tahu mau ngapain. Bisa diam dulu, ibadah dulu, kalau sudah tenang baru melakukan interaksi dengan anak atau orang lain,” papar Saskhya.
3. Minta Bantuan
Sering kali semua keperluan dan kebutuhan keluarga dipenuhi dengan baik. Namun, kita lupa bahwa diri ini belum makan atau belum mandi. Meski ada meme yang bilang, “Di balik anak-anak yang menawan dan wangi, ada ibu-ibu yang nggak mandi seharian”, tetapi jangan jadi pembenar.
Apabila diri sudah benar-benar lelah, saatnya Bunda minta bantuan. Bisa minta bantuan kepada pasangan, teman, keluarga, atau pengasuh. Nah, kalau susah sekali bertindak positif, jangan ragu meminta bantuan profesional seperti psikolog.
“Ask for help bukan berarti kita lemah, tapi ini justru solutif. Semua orang punya masalah, pasti kita punya masalah juga. Justru logis kalau kita minta bantuan, bukan abnormal,” lanjut Saskhya.
4. Me Time
Me time adalah hal penting untuk tetap menjaga kewarasan bunda. Saat me time, bukan berarti seorang bunda egois.
“Me time itu bukan berarti yang berjam-jam nonton. Bisa dengan pijit kecil, bubble bath, belanja online,” saran Saskhya.
Me time yang tepat, lanjut Saskhya, adalah yang mampu mengeksplorasi indra. Bisa indra penglihatan, pendengaran, pengecap, peraba, atau penciuman.
5. Refleksi Sebelum Tidur
Daram rangka menghindari parental burnout, ada baiknya Bunda membiasakan berefleksi sebelum tidur. Bunda bisa melihat kembali apa saja hal-hal yang bikin nyaman, lalu tuliskanlah semua.
Memikirkan dan merasakan hal-hal baik sebelum tidur berpengaruh positif pada pikiran kita. Yuk, dicoba, Bun.
Dukungan Lazada pada Ibu
Untuk memberikan dukungan pada ibu, seperti tahun sebelumnya, Lazada menggelar Baby & Kids Festival di bulan Maret ini. Lia Kurtz, VP FMCG Lazada Indonesia, menjelaskan dalam event ini ada berbagai macam acara yang digelar seperti seminar edukasi dan berbagai promo menarik.
Ada pula Lazada Baby Flagship Store. Di sini, 40 brand tepercaya favorit ibu hadir untuk memberi pengalaman belanja online yang mudah, nyaman serta produk berkualitas dengan jaminan 100 persen original.
Melalui kegiatan ini, Lazada berharap dapat menjadi teman terbaik orang tua dalam menjalani berbagai momen. Dengan demikian orang orang tua bisa mendampingi perjalanan sang anak dengan maksimal.
Nah, itulah paparan tentang parental burnout, termasuk tanda hingga cara mengatasinya. Semoga informasi ini membantu Bunda untuk lebih mengenal diri sendiri dan lebih bahagia menjalani hari. Semangat!
