Dokter juga manusia pasti ada kalanya berbuat salah. Tetapi jika diagnonis yang diberikannya salah terus berakibat sesuatu hal yang tidak diinginkan pada anak Anda, tentu itu yang tidak Anda harapkan.
Tentu Anda pun harus berhati-hati dengan hal tersebut. Untuk menghindari hal tersebut agar tak terjadi, Anda harus membekali diri dengan memperbanyak pengetahuan medis Anda, seperti gejala-gejala apa saja yang timbul bila anak Anda terserang suatu penyakit dan waspadalah bila membawa si kecil berobat kepada dokter, bila dokter Anda tanpa melakukan pengecekan dan pemeriksaan yang detail dia dengan segara bisa mendiagnosa penyakit yang diderita buah hati Anda, Anda harus curiga, bisa jadi dokter Anda salah melakukan diagnosa.
Berikut adalah gejala-gejala yang harus Anda perhatikan yang terkadang membuat dokter anak Anda melakukan kesalahan diagnosis karenanya:
1. Si kecil terlihat mengalami gangguan dalam berkonsentrasi
Bila buah hati Anda terlihat kurang fokus, konsentrasinya mudah dialihkan, sering melamun dan kesulitan dalam mengikuti arahan mengenai suatu hal, gejala-gejala seperti ini memang mengarah pada ADHD. Namun ingatlah, terganggunya konsentrasi anak hanyalah salah satu gejala dari penyakit ADHD. Hal yang perlu Anda ketahui bahwa ADHD sering disertai pula dengan gejala sifat egois yang tinggi dan perilaku anak yang hiperaktif. Bila si kecil mengalami ketiga hal tersebut dalam suatu waktu kemungkinan besar dia sedang menderita ADHD, tetapi bila si kecil hanya terlihat kurang fokus saja, jangan terburu-buru menetapkan diagnosa, Steven Kurtz, seorang psikolog anak mengatakan bahwa “anak-anak yang terlihat mempunyai masalah dengan konsentrasinya mungkin bisa jadi disebabkan oleh ADHD, tetapi dilain sisi bisa jadi anak Anda sedang mengkhawatirkan sesuatu yang Anda tak sadari sehingga dia terlihat tak fokus dan konsentrasinya terganggu”.
2. Si kecil terlihat trauma pada suatu hal atau benda
Pikiran-pikiran buruk atau kenangan-kenangan buruk mengenai sesuatu hal maupun suatu benda yang tak bisa menghilang dari pikirannya bisa mengarah pada gejala PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder). Hal ini bisa terjadi karena si kecil pernah mengalami kejadian yang mengecewakan atau dia pernah mengalami tindak kekesaran sehingga ia merasa trauma atau takut terhadap suatu hal. PTSD ini gejala-gejalanya hampir sama dengan gejala-gejala yang ditunjukan anak penderita ADHD, jadi Anda harus benar-benar memastikan pada dokter Anda apa kiranya penyakit yang sedang diderita buah hati Anda. Sehingga anak Anda bisa mendapatkan perawatan yang tepat.
3. Anak Anda terlihat sangat diam, jarang berbicara baik kepada Anda orangtuanya maupun orang lain
Diam, tak berbicara sepatah katapun, bisa disebabkan karena buah hati Anda sedang tak mood untuk berbicara. Namun seperti yang kita tahu bahwa diam pun merupakan salah satu gejala dari autism. autisme adalah gangguan dalam tumbuh kembang anak yang menyebabkan anak Anda tak bisa berkomunikasi dengan orang-orang disekitarnya. Anak yang menderita autisme bisa jadi tak memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik seperti anak-anak seusianya. Autisme ini akan terlihat pada usia 2-3 tahun. Walaupun di luar sana ada juga anak yang menderita autism fasih berbicara tetapi mereka berbicara dengan cara mereka sendiri yang tak bisa dipahami orang lain, selain itu mereka menghindari kontak mata pada saat berbicara dan cenderung senang menyendiri.
4. Buah hati Anda terlihat sedih, muram, lelah, dan sulit berpikir jernih
Anda pastilah mengerti bahwa adakalanya anak Anda sedang dalam keadaan gusar dan gelisah sekarang, tapi bisa jadi 5 menit kemudian dia terlihat ceria dan melupakan segala kesedihannya. Hal tersebut sangat wajar adanya, hanya terkadang hal tersebut pun sering dijadikan acuan bahwa seseorang sedang mengalami depresi. Jadi tak usah khawatir dulu bila si kecil mulai menunjukan hal seperti yang tersebut diatas. Cari tau terlebih dahulu dan berbicara dari hati-ke hati agar Anda tau apa yang menyebabkan si kecil berperilaku seperti itu.
5. Si kecil terlihat selalu membangkang
Anak-anak yang memiliki rasa amarah tinggi, tak bisa menahan emosi, pembangkang, hal tersebut bisa mengarah pada gejala-gejala ODD (oppositional defiant disorder). Namun Anda haruslah ingat, wajar jika anak-anak memiliki amarah yang sangat besar dan meledak-ledak, hal tersebut bisa jadi bagian dari cara dia mengekspresikan perasaannya. Jadi cari tahulah terlebih dahulu apa yang sedang si kecil rasakan dan alami sebelum Anda pergi ke dokter, bisa jadi dia hanya sedang ketakutan dan cemas akan sesuattu hal maka dari itu si kecil bertindak diluar kendali dan marah-marah.
6. Panas tinggi
Demam yang terjadi pada anak-anak bisa mengandung banyak arti. Demam memang sering kali membuat Anda para orangtua menjadi panik. Maka dari itu ketika anak Anda demam segaralah lakukan cek lab, tetapi lakukanlah di laboraturium yang sudah terpercaya hasilnya. Karena kesalahan diagnosa terkadang bisa terjadi karena hasil tes lab menunjukan darah widal yaitu pengcekan igG dan igM tifus tidak akurat. Sehingga sering kali terjadi false positif di infeksi virus atau DBD. Maka dari itu terkadang pasien DBD sering didiagnosa menderita tifus karena hasil tes lab tersebut. Mengapa hal seperti itu bisa terjadi? reaksi sistem imun dari tubuh yang menderita alergi atau hipersensitif terkadang sering menyebabkan hasil tes lab tidak akurat.
7. Infeksi bakteri
Ketika buah hati Anda mengalami muntaber, muntah-muntah, diare, demam, batuk, pilek, tanyakanlah selalu apakah hal tersebut dikarenakan bakteri atau virus? Mengapa demikian? Hal ini agar buah hati Anda mendapatkan perawatan yang sesuai dengan penyebab sakit yang dideritanya, karena terkadang sakit yang anak-anak derita ada yang harus mendapatkan antibiotik ada pula yang tidak. Jangan sampai anak Anda meminum obat berlebihan yang bahkan tak diperlukan sama sekali oleh tubuhnya.
8. Perut terasa nyeri
Bila si kecil merasa sakit yang tak tertahankan di area perut, Anda pasti langsung berpikir buah hati Anda sedang menderita usus buntu. Memang benar usus buntu ditandai dengan adanya rasa sakit yang tak tertahankan di area perut sebelah kanan. Namun, Anda juga harus tahu bahwa rasa nyeri pada area perut bisa jadi tak selalu merupakan gejala usus buntu, gejala yang sama pun bisa mengarah pada asma atau alergi yang mana pada waktu masih bayi ada riwayat kolik.
9. Alergi terhadap debu
Ketika si kecil mengalami batuk, pilek, atau sinusitis, Anda sering diberitahu bahwa penyebab utama anak Anda mengalami hal tersebut adalah debu. Padahal terkadang batuk, flu, atau sinusitis sering muncul pada waktu malam dan pagi hari dimana kuantitas debu cukup sedikit dibandingkan siang hari. Memang batuk dan pilek merupakan tanda saat Anda tengah mengalami alergi debu, tetapi Anda pun harus tau bahwa alergi debu tergolong pada alergi dengan reaksi cepat, dimana Anda hanya akan terpengaruh oleh debu pada saat Anda berhadapan langsung atau berada di area berdebu tetapi ketika Anda jauh dari tempat berdebu Anda sudah tak akan lagi merasakan alergi tersebut.
10. Infiltrat atau bercak pada rontgen
Infiltrat atau bercak pada rontgen sering kali menjadi penyebab terjadinya kesalahan diagnosis pada penderita asma atau hipersensitf bronkus atau hipersensitif saluran napas. Hasil foto rontgen penderita hipersensitif saluran napas dan asma sering memperlihatkan bercak-bercak layaknya bercak pada penderita infeksi paru pnemoni. Padahal bercak pada infeksi paru lebih halus jika dibandingkan bercak yang tertera pada hasil foto rontgen penderita asma.
