Pola asuh orang tua yang terlalu mengontrol anak memiliki banyak efek negatif. Karena itu sebaiknya pola asuh seperti ini dihindari.
Penelitian telah membuktikan bahwa anak dalam pola asuh over protektif cenderung mengalamai over weight. Karena mereka mengalami terlalu banyak larangan yang menghambat aktivitas mereka. Akibatnya mereka lebih banyak menghabiskan masa bermainnya didepan TV atau komputer.
Dalam jangka panjang anak-anak tipe ini akan lebih mudah bergantung pada orang lain, mudah menjadi cemas, kurang dewasa, tidak pandai menyelesaikan hal-hal yang mendasar, serta tidak terampil bersosialisasi.
Berikut ini efek negatif over protektif terhadap anak:
1. Anak lebih sering mengambil keputusan secara terburu-buru dan lebih sering marah kepada teman akibat hal sepele
Studi yang dilakukan oleh peneliti dari University of Vermont menyebut orang terlalu mengontrol membuat anak rentan stres. Hal ini menjadikan mereka lebih kasar dan tidak sopan kepada teman-temannya, bahkan ketika mereka dewasa.
Peneliti Jamie Abaied dan rekan-rekannya meneliti 180 mahasiswa dan hubungan mereka dengan orang tuanya. Hubungan mereka dianalisis berdasarkan seberapa sering orang tua mengirim pesan teks, email, atau mengontak melalui media sosial.
Ditemukan bahwa mahasiswa yang orang tuanya sering berkirim pesan merasa lebih mudah cemas dan stres. Hal ini membuat mereka lebih sering mengambil keputusan secara terburu-buru dan lebih sering marah kepada teman akibat hal sepele.
Sebaliknya, mahasiswa yang berkirim pesan dengan orang tuanya dalam frekuensi normal memiliki kepribadian yang lebih tenang. Mereka juga lebih baik dalam mengambil keputusan dan lebih sering dipilih menjadi pemimpin kelompok.
2. Anak tak mandiri karena anak tak terbiasa mengambil keputusan dan menyerahkannya ke orang tua
Orang tua terlalu mengontrol dan mengatur anak bisa menyebabkan menjadi tak mandiri. Hal ini terjadi karena anak tak terbiasa mengambil keputusan dan menyerahkannya ke orang tua.
Hal ini sangat berbahaya. Bukan dalam arti kesehatan fisik, namun anak bisa jadi tak berkembang kepribadian dan kemampuan mengambil keputusannya lemah.
3. Anak tak percaya diri karena anak menganggap otang tua tak memercayai penilaiannya
Anak terlalu sering diatur orang tua bisa membuat anak tak percaya diri. Hal ini terjadi karena anak menganggap otang tua tak memercayai penilaiannya.
Terlalu banyak diatur orang tua, anak lama-lama bisa kehilangan self regulation. Ketidakpercayaan orang tua itulah yang sebenarnya membuat anak tidak percaya pada dirinya sendiri.
4. Menyalahgunakan kebebasan dan kepercayaan orangtua
Ketika orangtua menyadari bahwa anak perlu diberikan kebebasan setelah bertahun-tahun menerapkan pendidikan over protektif, maka hal itu akan dirasakan terlambat. Mengapa demikian? Karena biasanya sikap pemberontak anak yang muncul akibat gaya mendidik orang tua yang over protektif akan diikuti dengan sikap lainnya yaitu suka menyalahgunakan kepercayaan dan kebebasan yang diberikan orangtua.
5. Masa depan anak tak bahagia
Penelitian yang dilakukan oleh Dr Mai Stafford dari University College London dilakukan kepada 5.000 orang yang lahir pada tahun 1946. dr Stafford melakukan survei terhadap pola asuh orang tua dan bagaimana kehidupan si anak bertahun-tahun kemudian.
Penelitian Dr Stafford menemukan bahwa orang tua yang mengedepankan kehangatan dan responsif memiliki anak yang lebih bahagia, lebih sehat secara mental dan lebih puas menjalani hidup ketika dewasa.
Sebalikanya, orang tua yang mengekang anak ternyata berpotensi membuat anak tidak bahagia dan tidak puas akan hidupnya. Ada beberapa faktor yang memengaruhi perasaan ini, antara lain ketergantungan yang tinggi terhadap orang tua dan tak bisa mengambil keputusan sendiri.
6. Mungkin saja suatu saat mereka akan menjadi pemberontak karena merasa tidak tahan dengan sikap orangtuanya
Seorang anak mungkin akan diam saja ketika menerima sikap orangtua yang otoriter dan terlalu protektif. Mereka akan menuruti setiap perintah dan larangan yang kita sampaikan pada mereka. Tetapi jangan bangga jika cara mendidik orangtua yang seperti itu membuat mereka patuh tanpa perlawanan.
Mungkin saja suatu saat mereka akan menjadi pemberontak karena merasa tidak tahan dengan sikap orangtuanya. Ketika usia balita anak mungkin belum mampu bertanya mengapa mereka dilarang dan diperintah melakukan banyak hal, tetapi semakin bertambahnya usia mereka, pertanyaan di dalam pikiran mereka pun akan makin besar.
Jika orangtua tetap tidak bisa memberikan penjelasan yang dapat diterima oleh akal mereka, maka mereka akan menjadi sosok pemberontak yang liar dan sukar dikendalikan.
7. Anak akan mengalami kesulitan ketika harus berinovasi atau melakukan sesuatu yahng baru
Anak-anak yang selalu didekte dan diintervensi oleh orangtua dengan alasan ingin melindungi biasanya sukar untuk mengeksplorasi ide atau gagasan yang muncul di pikiran mereka. Hal ini disebabkan pikiran orangtua lebih mendominasi anak. Akibatnya anak akan mengalami kesulitan ketika harus berinovasi atau melakukan sesuatu yahng baru yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya.
8. Tanpa disadari ketakutan akan orangtua tularkan pada anak
Ketika kita terlalu protektif pada anak, tujuannya mungkin ingin melindungi anak dengan alasan takut pada hal-hal negatif yang akan mempengaruhi hidup anak. Namun tanpa disadari ketakutan kita akan kita tularkan pada anak.
Orangtua takut anak menjadi sakit karena bermain bersama teman yang tidak bersih, takut anak jatuh kalau berlari-lari, takut ini takut itu dan masih banyak ketakutan lain yang sering kita sampaikan langsung pada anak. Hal ini mungkin lumrah, tetapi secara tak langsung perilaku kita justru akan membentuk anak memeliki kepribadian penakut dan pengecut dalam mencoba sesuatu yang ingin dilakukannya.
9. Anak ragu-ragu dan sulit mengambil keputusan
Pernahkah menemukan anak yang selalu bertanya pada orangtuanya ketika akan memutuskan sesuatu. Jika sesekali dilakukan, hal itu tidak masalah karena artinya anak menghargai keberadaan orangtuanya sebagai penasehat hidupnya.
Tetapi bagaimana dengan anak yang hampir selalu tidak bisa menentukan pilihannya bahkan untuk hal-hal sepele dalam hidupnya? Pikirkanlah mungkin sifat dan sikap ragu-ragu tersebut karena andil kita.
