Merasakan Pola Asuh Orang Tua dan Pola Asuh Kakek-Nenek Ada Perbedaan? Sebaiknya Kompromilah dan Lakukan Hal-hal ini

Maris tinggal dipondok mertua? Atau ketika melahirkan si buah hati memilih tinggal di rumah orang tua terlebih dahulu?  Menitipkan buah hati ke kakek-neneknya ketika bekerja?

Kakek-nenek buah hati kita tentu sangat membantu ketika kita mengalami hal-hal diatas.  Tapi  dilema dalam dalam pengasuhan anak. Tidak semua pola asuh yang kita harapkan terkadang berjalan pada anak karena harus berbenturan dengan Kakek-neneknya.

Ada perbedaan pola asuh antara yang orang tua harapkan dengan Kakek-neneknya.  Walau tidak semuanya ada perbedaan memang, tapi terkadang membuat orang tua dilema. Salah satu cara lain yang bisa dilakukan adalah kompromo dan berdiskusilah dengan mereka.

Menurut Theresia Ceti Prameswari Psi, psikolog dari LPTUI,  pola asuh itu sifatnya prinsipil. Artinya, tidak ada pola asuh yang salah, sebab tidak ada orangtua yang ingin menjerumuskan anaknya. Hanya, cara mengasuhnya saja yang terkadang tidak sesuai.

Berikut hal-hal yang dapat dilakukan untuk menyiasati perbedaan Pola Asuh Orang Tua dan Pola Asuh Kakek-Nenek.

Ajak kakek-nenek berdiskusi mengenai pola asuh yang akan diterapkan dan tujuan pendidikan anak, misalnya kemandirian bagi si anak.

Ini penting agar kakek-nenek mengetahui bagaimana ada apa yang ingin kita terapkan pada anak.  Selain itu kita juga dapat bertanya, bagaimana pola asuh mereka. tentunya sebelumnya sudah memahami dari pola asuh yang sudah kita alamai dari mereka.

Jika yang bersinggungan adalah masalah tekhnis siapkan data.

Seseperti obat-obatan, ASI, MPASI, maka kumpulkan data yang mendukung mengapa kita bersikukuh atas hal tersebut.

Setiap pasangan harus siap menjadikan sesuatu menjadi lebih baik, untuk itu harus ada pengorbanan dan keberanian berbicara kepada orangtua atau mertua.

Dengan menjelaskan bagaimana cara pengasuhan kita terhadap anak, kita bisa sedikit “mencerahkan” mereka akan sikap-sikap kita terhadap anak. Tentu saja cara penyampaian pola asuh ini harus dengan baik-baik dan rendah hati. Gunakan kata ‘mohon pertolongan’, karena secara pikologis maknanya kuat sekali.

Saring pendapat mana yang masuk akal atau tidak.

Kakek-neneknya si buah hati pasti ingin yang terbaik juga kan untuk cucunya. Memang kadang mereka terlalu terkesan memanjakan atau mungkin juga ikut campur terhadap gaya kita mendidik anak. Tapi coba deh diingat-ingat, siapa yang dengan senang hati membantu kita memandikan si kecil saat dalam masa pemulihan pasca melahirkan? Jadi, nggak ada salahnya menyaring dulu semua pendapat atau masukan dari orangtua daripada langsung menolak mentah-mentah saran mereka.

Berikan paparan aturan dasar yang akan diterapkan pada seluruh anggota keluarga.

Misalnya larangan menonton televisi selepas Magrib. Aturan tersebut harus dipatuhi oleh setiap anggota keluarga termasuk kakek-nenek.

Hindari membentak atau mendebat kakek-nenek.

Kalaupun ada perselisihan, hendaknya dibicarakan tidak di dekat anak, karena anak merupakan pengamat yang sangat baik.

  Untuk menghindari biang-biang perselisihan.

Untuk menghidari perselisihan sebaiknya membiasakan pertemuan yang teratur, sekedar menjaga keakraban. Misalnya makan malam bersama keluar.

Setiap pasangan hendaknya menyadari bahwa kakek-nenek adalah ”pelaku” sejarah keluarga yang dapat mewariskan nilai-nilai keluarga kepada para cucunya.

Seperti menceritakan kisah-kisah masa lalu, menanamkan kebanggaan keluarga, dan meningkatkan pengetahuan anak tentang kebudayaan.

Dalam menghadapi kakek-nenek, hendaknya menyadari bahwa mereka adalah model bagi sang anak.

Oleh karena itu bila ingin perlakuan yang baik dari anak-anak di masa tua, hendaknya memberikan mereka contoh yang baik.

Walapun ada perbedaan cara pengasuhan, tetap berikan waktu kepada kakek-nenek untuk mengasuh cucu-cucunya.

Hal ini bukan saja hanya memberikan kebahagian bagi mereka yang sudah memasuki usia senja, namun juga bermanfaat bagi anak-anak.