Sebagai perempuan, sudah semestinya kita memperhatikan urusan kesehatan ya Bun. Tak hanya kesehatan fisik, tapi juga kesehatan mental pun jangan sampai diabaikan lho Bun. Faktanya, dibanding laki-laki, perempuan lebih rentan mengalami risiko gangguan mental. Menurunnya kesehatan mental pada perempuan pun dipicu banyak faktor. Yang cukup mengejutkan, perempuan yang menanggung beban dan tanggung jawab sebagai ibu pun bisa menjadi pemicu terganggunya kesehatan emosional pada perempuan.
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Sex Roles menemukan bahwa belakangan ini memang mulai banyak laki-laki yang turut terlibat dalam pekerjaan rumah dan membantu merawat anak. Di lain sisi, hal tersebut tak terlalu berpengaruh pada berkurangnya beban dan tanggung jawab seorang ibu di rumah. Perempuan harus tetap menjaga anak, beres-beres, mengerjakan segala hal rumah tangga, bahkan bila mereka bekerja, tanggung jawab di kantor pun juga harus diselesaikan.
Sementara itu, para peneliti dari Arizona State University dan Oklahoma State Univesity melihat banyak “pekerjaan tak kasat mata” yang harus diselesaikan oleh seorang ibu. Sepertinya memang selalu begitu ya Bun? Pekerjaan tak kasat mata ini seperti: membeli sabun deterjen, menyadari susu formula si kecil sudah habis, membereskan baju yang berserakan, dan sebagainya. Hal inilah yang membuat perempuan rentan kelelahan dan akhirnya merasa hampa karena didera aktivitas yang sama sepanjang hari.
Tak Peduli Ibu Rumah Tangga atau Ibu Pekerja, Menjadi Ibu Tetaplah Tugas yang Melelahkan
Setidaknya sembilan dari sepuluh perempuan mengatakan mereka layaknya seorang manajer bagi anak-anak dan suami mereka. Ini karena setiap ibu memiliki kesadaran untuk bertanggung jawab untuk mengatur jadwal di rumah. Profesor Suniya Luthar, salah satu dari peneliti tersebut, mengatakan jumlah tersebut sangatlah besar mengingat setidaknya 65 persen perempuan saat ini pun statusnya pekerja. Jadi, memang kebanyakan perempuan saat ini piawai “double-job”.
Sementara tujuh dari sepuluh perempuan mengatakan mereka juga bertanggung jawab untuk memperhatikan setiap rutinitas anggota keluarga. Para ibu ini juga menyadari peran mereka diperlukan untuk mengawasi tumbuh kembang setiap anaknya termasuk dalam urusan kesehatan fisik dan mental mereka. Tapi Bun ironisnya, justru tugas inilah yang membuat perempuan tak menyadari mereka pun perlu memperhatikan lebih baik lagi mengenai kesehatan emosionalnya juga.
Ibu Pun Bisa Kehilangan Gairah Bila Sudah Terlalu Lelah
Menjadi ibu dituntut detail dalam hal memperhatikan urusan anak-anak mereka. Setidaknya delapan dari sepuluh ibu bahkan sudah mengenal guru anak-anaknya di sekolah. Beban menjadi ibu yang mereka pikul memang sedemikian beratnya.
Saat seorang ibu merasakan adanya kekosongan dalam hidup mereka, maka segeralah cari pasangan Bunda dan ceritakan keluh kesah Bunda padanya. Sebab hal ini menunjukkan Bunda mulai kehilangan gairah pada hal lain bahkan pada pasangan karena sudah terlalu lelah berkutat dengan pekerjaan rumah. Masalah emosional semacam ini justru harus segera diatasi, karena efeknya pun akan dirasakan si kecil dan anggota keluarga lainnya.
Para peneliti sempat melakukan survei terhadap 393 perempuan dengan anak dibawah usia 18 tahun. Dari penelitian ini terlihat jika perempuan yang sehari-hari mengurusi pekerjaan rumah sekaligus menjalankan perannya sebagai ibu, mereka mulai kehilangan semangat dalam hidup bahkan berelasi.
Sementara itu Dr Lucia Ciciolla, asisten profesor dari jurusan Psikologi di Universitas Oklahoma mengatakan, perempuan terbiasa melakukan pekerjaan kecil namun berulang kali padahal aktivitas tersebut menguras tenaga dan emosi mereka.
“Mereka harus memastikan ketersediaan bahan makanan di rumah, cucian kotor harus segera dicuci, bahkan juga memikirkan kebersihan handuk yang dipakai oleh anak-anak mereka. Dan akhirnya perempuan yang selalu bertanggungjawab atas urusan rumah tangga mengaku kewalahan dengan peran mereka sebagai orangtua dan rentan merasa lelah lantaran tak punya waktu untuk diri mereka sendiri,”
Belum lagi urusan keuangan, hampir separuh populasi perempuan mengaku merekalah yang membuat keputusan untuk berinvestasi, mengatur anggaran jalan-jalan, bahkan menyarankan serta membantu keuangan pasangan saat hendak membeli kendaraan.
Begitu banyak tugas yang dikerjakan oleh seorang ibu sepanjang hidup mereka. Apakah Bunda merasakan hal yang sama? Bun, mulai dari sekarang, sering-seringlah berdiskusi pada ayah tentang hal ini. Bagaimanapun, seorang ibu memang harus mampu mengatur dan mengimbangi kehidupannya. Adaptasi diperlukan setiap harinya, namun jangan sampai Bunda menyimpan lelah seorang diri ya. Komunikasi dan berbagi cerita adalah salah satu cara efektif agar Bunda tak didera stres setiap harinya karena pekerjaan rumah yang terlanjur menumpuk.
Sesuai yang Pemerintah telah tetapkan, tentang ibu hamil yang termasuk dalam salah satu kelompok sasaran prioritas program vaksinasi Covid-19. Dikarenakan, ibu hamil memiliki risiko gejala berat apabila terinfeksi Covid-19. Selain melakukan vaksinasi, ibu hamil juga dihimbau untuk memenuhi kebutuhan dan kecukupan mineral dalam tubuh agar daya tahan tubuh tetap terjaga di tengah pandemi saat ini.
Mendukung upaya pemerintah Indonesia, Le Minerale bekerja sama dengan Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) cabang Jakarta dengan menghadirkan sentra vaksinasi bagi ibu hamil di wilayah Jabodetabek. Upaya ini dilakukan guna mempercepat proses vaksinasi bagi ibu hamil dan mencapai kekebalan kelompok.
Kementerian Kesehatan Indonesia melalui situs resminya merilis sejumlah pernyataan terkait perlunya vaksinasi Covid-19 yang diperlukan oleh ibu hamil. Vaksinasi Covid-19 kepada ibu hamil merupakan langkah tepat untuk melindungi ibu hamil dan bayi yang dikandungnya. Beberapa ibu hamil sempat dilaporkan yang terkonfirmasi positif Covid-19 berpotensi mengalami gejala berat bahkan meninggal dunia.
“Menanggapi kebijakan dari pemerintah, kami sudah siap untuk melakukan vaksinasi kepada seluruh ibu hamil. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh ibu hamil sebelum menerima vaksin Covid-19 yaitu pemberian dosis pertama pada trimester kedua kehamilan dan dosis kedua yang dilakukan sesuai dengan interval dari jenis vaksin,” ucap dr. Ulul Albab selaku Perwakilan POGI Cabang Jakarta.
Terdapat tiga jenis vaksin yang dapat diberikan kepada ibu hamil, antara lain seperti yaitu CoronaVac (Sinovac), Pfizer, dan Moderna. Ibu hamil direkomendasikan untuk menjaga pola hidup sehat sebelum menerima vaksin Covid-19.
dr. Ulul Albab menambahkan, “Program kerjasama ini diharapkan mampu meredam kekhawatiran akan infeksi virus Covid-19. Para ibu hamil juga tidak perlu ragu untuk menerima vaksin Covid-19. Karena vaksin Covid-19 ini sudah dipastikan aman dan tidak memiliki efek samping apapun untuk ibu hamil. Selain itu, pola hidup sehat dengan menjaga asupan gizi dan asupan air mineral dalam tubuh juga penting untuk proses kelancaran vaksinasi untuk ibu hamil. Selama ibu hamil memenuhi persyaratan penerima vaksin, selalu menjaga pola hidup sehat, mencukupi kebutuhan gizi dan asupan mineral maka dipastikan aman.”
Ibu hamil perlu memiliki imunitas tubuh yang kuat. Upaya meningkatkan imunitas tubuh dapat dilakukan dengan rutin konsumsi air mineral sebagai zat gizi mikro. Di sisi lain, mineral termasuk salah satu asupan yang berperan penting untuk menjaga daya tahan tubuh. Asupan mineral bisa didapatkan dari berbagai sumber, salah satunya melalui air minum mudah diserap oleh tubuh.
“Sebagai salah satu kelompok prioritas vaksinasi Covid-19, ibu hamil harus memiliki imunitas tubuh yang kuat. Oleh karena itu, kerja sama ini merupakan bentuk kepedulian kami terhadap ibu hamil dan kami ingin agar ibu hamil terfasilitasi secara cepat, mudah dan nyaman sehingga ibu hamil tidak perlu menunggu terlalu lama dengan tetap mengedepankan protokol kesehatan.Le Minerale akan terus mendorong dan mengedukasi masyarakat Indonesia untuk terus menerapkan pola hidup sehat baik dari asupan makanan dan juga kecukupan akan konsumsi air mineral,” ujar Dolphin Siregar selaku Regional Sales Promotion Manager Le Minerale.
Kedepannya, Le Minerale akan terus berkomitmen mendukung berbagai kegiatan positif demi masyarakat Indonesia yang lebih sehat. Le Minerale sebagai produk air mineral dalam kemasan memberikan produk air mineral berkualitas yang mengandung mineral alami, dikemas secara terproteksi sehingga aman dikonsumsi oleh seluruh anggota keluarga.
Kolik pada bayi sering kali membuat orang tua panik dan kewalahan. Pada kondisi ini, bayi biasanya akan lebih sering menangis, rewel, dan sulit tidur nyenyak. Kolik akan mencapai puncaknya pada 6 minggu pertama kehidupan bayi dan menurun secara signifikan saat usianya menginjak 3 sampai 4 bulan.
Dilansir situs resmi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), kolik paling sering ditemukan pada bayi berumur 2 minggu hingga 4 bulan. Oleh karenanya, istilah medis lain untuk kondisi ini adalah sindrom 4 bulan atau kolik infantil. Selain itu, penelitian juga menunjukkan bahwa 1 dari 4 bayi yang baru lahir berisiko mengidap kolik.
Dalam praktiknya, terdapat tiga aturan dasar yang dipakai untuk mendefinisikan kolik pada bayi, yaitu:
1. Tangisan bayi yang berlangsung selama lebih dari 3 jam dalam sehari
2. Tangisan bayi yang terjadi selama lebih dari 3 hari dalam seminggu
3. Tangisan bayi yang terjadi selama lebih dari 3 seminggu.
Pada kebanyakan kasus, kolik akan hilang sendiri dan tidak memiliki dampak negatif terhadap kesehatan bayi. Namun, kondisi ini sering kali membuat orang tua merasa cemas. Untuk itu, simak pembahasan lengkapnya agar Bunda lebih mengenal kolik, gejala, serta cara penanganan yang tepat saat menghadapi kondisi tersebut.
Tanda-Tanda Bayi Kolik
Menangis dan rewel adalah sesuatu yang wajar pada bayi, khususnya di tiga bulan pertama kehidupannya. Namun, beberapa tanda atau gejala yang dilansir Mayo Clinic berikut ini dapat dijadikan patokan dalam mengidentifikasi apakah bayi mengalami kolik atau tidak.
Bayi menunjukkan tangisan intens, yang terdengar seperti teriakan atau ekspresi kesakitan.
Bayi menangis tanpa alasan yang jelas, tidak seperti saat mereka mengekspresikan rasa lapar atau keinginan untuk berganti popok.
Meski sudah berhenti menangis, bayi tetap menunjukkan tingkat kerewelan yang ekstrem.
Bayi hanya menangis di waktu-waktu tertentu, terutama saat sore atau malam hari menjelang tidur.
Terjadi perubahan warna pada wajah bayi, yang tampak memerah atau terlihat pucat di sekitar mulutnya.
Tubuh bayi tampak menegang dan menunjukkan gerakan seperti menarik kaki ke perut atau menjadi kaku, lengan yang kaku, tangan yang mengepal. punggung yang terlihat melengkung, atau perut yang terasa mengeras.
Terdengar suara bergemuruh di perut bayi.
Bayi sangat sulit untuk ditenangkan.
Semua tanda itu terkadang akan langsung mereda, segera setelah bayi buang air besar atau kentut. Akumulasi gas di perut bayi dapat disebabkan oleh udara yang tidak sengaja tertelan saat mereka menangis.
Penyebab Kolik pada Bayi
Sayangnya, tidak ada penjelasan pasti soal mengapa bayi bisa mengalami kolik. Teori umum hanya mengungkap bahwa kolik dapat dipicu oleh beberapa faktor, termasuk sistem pencernaan bayi yang belum sempurna ataupun alergi. Untuk itu, simak di bawah ini beberapa penyebab umum kolik pada bayi yang dipaparkan oleh IDAI.
Alergi Protein Susu Sapi
Alergi protein susu sapi dapat memicu kolik pada sebagian bayi. Untuk memastikannya, Bunda bisa mengecek riwayat alergi keluarga terdekat, seperti misalnya paman, tante, kakek, dan nenek.
Adapun cara lain untuk mengecek dugaan alergi pada bayi adalah dengan melihat apakah ada ruam di kulitnya, khususnya di area pipi. Bayi yang alergi protein susu sapi biasanya akan memiliki kulit pipi yang terasa bersisik.
Intoleransi Laktosa
Bunda dapat menemukan unsur laktosa, baik itu dalam susu formula ataupun ASI. Dalam prosesnya, enzim laktase dalam usus bayi akan mencerna laktosa dan mengubahnya jadi galaktosa dan glukosa; keduanya dibutuhkan dalam proses metabolisme tubuh.
Perkembangan sistem pencernaan bayi belum sempurna, karena itu beberapa dari mereka bisa mengalami intoleransi laktosa. Penyebab umum dari kondisi tersebut adalah karena asupan laktosa yang berlebihan atau kerja enzim laktase di usus bayi yang belum optimal.
Jika kolik pada bayi dipicu oleh intoleransi laktosa, kondisi ini biasanya disertai gejala lain seperti kulit di sekitar area anus yang terlihat memerah. Selain itu, terdengar bunyi krucuk-krucuk di perut, tinja berbentuk encer dan berbau asam, serta masalah perut kembung.
Refluks Gastroesofagus (GER)
Bayi baru lahir memiliki katup antara lambung dan kerongkongan yang belum berfungsi optimal. Akibatnya, ketika lambung bayi terisi susu, katup tersebut tetap terbuka dan memicu adanya aliran balik ke kerongkongan. Selain itu, proses pengosongan lambung bayi juga masih berjalan lambat, sehingga semakin memperbesar risiko aliran balik terjadi—yang dalam kehidupan sehari-hari disebut gumoh.
Kondisi Emosional Ibu dan Faktor Lingkungan
Beberapa ahli percaya bahwa kolik juga berkaitan erat dengan kondisi mental ibu dan faktor lingkungan. Menurut hasil studi yang diterbitkan oleh National Center for Biotechnology Information, U.S. National Library of Medicine, ibu dengan gejala depresi postpartum lebih mungkin memiliki bayi mengidap kolik dibandingkan yang tidak.
Hal ini karena ibu yang mengalami depresi postpartum umumnya mempunyai tingkat interaksi yang lebih rendah dengan bayinya. Maka itu, untuk merespons kebutuhannya akan kehangatan sentuhan ibu, bayi akan menangis secara berlebihan—yang akhirnya memicu kolik.
Selain kondisi emosional ibu, faktor lingkungan juga dapat membuat bayi mengidap kolik. Beberapa bayi membutuhkan waktu lebih lama untuk beradaptasi dengan lingkungan di luar rahim. Dalam proses adaptasi itu, bayi tentu akan merasakan ketidaknyamanan yang sering kali mereka respons dengan cara menangis dan rewel.
Penyebab Lain yang Dapat Memicu Kolik pada Bayi
Menurut beberapa teori dan pendapat, kolik juga bisa dipicu oleh beberapa faktor seperti berikut ini.
Pola Makan Ibu
Makanan tertentu dalam pola makan ibu juga bisa membuat bayi terserang kolik. Studi menemukan bahwa makanan tertentu yang dikonsumsi ibu menyusui, seperti brokoli, susu sapi, bawang, cokelat, dan kubis, dapat memicu kolik pada bayi.
Kandungan Kafein dan Nikotin dalam ASI
Kandungan kafein dan nikotin dalam ASI juga dikaitkan dengan masalah iritabilitas (sering menangis dan waktu tidur yang singkat) pada bayi. Hal ini karena bayi belum mampu membuang kedua zat tersebut secara efisien dari tubuhnya, sehingga itu memicu reaksi kolik.
Reaksi Bayi Terhadap Perasaan Kenyang
Beberapa bayi dapat memiliki reaksi yang berlebihan terhadap sensasi gas atau rasa kenyang yang baru pertama kali dirasakannya. Mereka mungkin menafsirkan perasaan tersebut sebagai sesuatu yang menyakitkan atau ketidaknyamanan. Kondisi inilah yang kemudian dapat memicu serangan kolik pada bayi.
Cara Mengatasi Kolik
Meski kolik akan hilang seiring pertambahan usia bayi, para orang tua tentunya tetap ingin tahu cara paling tepat untuk menangani kondisi tersebut. Karena itu, mari cermati rekomendasi penanganan kolik yang tepat pada bayi dari situs The American Academy of Family Physicians, IDAI, dan Mayo Clinic berikut ini.
Berikan Probiotik pada Bayi
Uji klinis membuktikan bahwa probiotik Lactobacillus reuteri—dengan strain DSM 17938—dapat mengurangi gejala kolik. Pun, tidak ada efek samping yang dilaporkan atas pemberian jenis probiotik ini. Hasil uji klinis tersebut juga mencatat bahwa pemberian lima tetes Lactobacillus reuteri per hari dapat menurunkan kolik secara signifikan pada bayi ASI, membuat waktu menangis jadi lebih singkat 61 menit per hari dalam 21 hari.
Dari hasil penelitian itu, para ahli juga menyimpulkan bahwa Lactobacillus reuteri dari strain DSM 17938 bisa menjadi salah satu alternatif pengobatan kolik yang efektif untuk bayi ASI, tetapi tidak direkomendasikan untuk bayi yang diberi susu formula.
Berikan Obat Kolik untuk Bayi
Simethicone adalah salah satu jenis obat yang aman dan dijual bebas untuk meredakan kolik. Mengandung agen antiflatulen, obat ini sangat efektif dalam mengurangi atau mencegah tumpukan gas berlebih di usus, yang dapat menyebabkan masalah perut kembung.
Untuk bayi, pilihlah simethicone berbentuk drops. Kemudian, cek dosis pemberian yang tepat untuk anak dengan melihat keterangannya di brosur obat. Dosis obat umumnya ditentukan berdasarkan usia dan berat badan anak.
Selain itu, selalu gunakan pipet atau spuit yang tersedia dalam kemasan saat menakar dosis obat. Jangan memakai sendok rumah ya, Bunda, karena itu tidak bisa memberikan takaran dosis yang tepat.
Beberapa produk simethicone juga dapat dicampur langsung ke susu formula bayi. Namun untuk lebih jelasnya, pastikan kembali hal ini kepada apoteker ataupun dokter agar lebih aman.
Berikan Larutan Gula
Jika Bunda merasa ragu memberikan obat pada si kecil, cara alami ini bisa dicoba. Berikan larutan gula untuk menenangkan bayi yang sedang kolik. Rasa manis dari gula memiliki efek analgesik yang dapat membantu meredakan rasa sakit.
Untuk membuat larutan ini, campurkan 1 sendok teh gula pasir dengan 100 ml air hangat. Tunggu sampai air dingin, lalu berikan larutan itu dalam takaran 1-2 ml kepada bayi. Namun, sebelum memberikan larutan ini pada bayi, ada baiknya berkonsultasi dulu pada dokter ya, Bunda.
Lakukan Pijatan Lembut
Sentuhan yang lembut dan menenangkan juga dapat membantu meredakan kolik pada bayi. Hal ini karena kontak kulit ke kulit dapat membawa banyak manfaat bagi bayi.
Selain dapat membantu menghangatkan bayi secara alamiah, skin-to-skin contact juga membantu membangun ikatan yang lebih kuat antara ibu dan anak. Beberapa studi juga membuktikan bahwa bayi yang mendapatkan pijatan lembut dari sang ibu dapat tidur lebih pulas dan lebih jarang menangis.
Karena itu, cobalah berikan pijatan lembut pada wajah, lengan, kaki, punggung, dan dada bayi untuk memberinya kenyamanan. Untuk mengatasi kembung pada bayi, pijat perutnya dengan gerakan searah jarum jam.
Kemudian, gerakan kedua kaki bayi secara bergantian selayaknya sedang mengayuh sepeda. Ulangi teknik memijat ini secara perlahan untuk membantu menenangkan bayi yang sedang kolik.
Susu Hipoalergenik untuk Bayi yang Alergi Susu Sapi
Jika bayi mengonsumsi susu formula dan ternyata alergi susu sapi, untuk sementara waktu gunakan produk yang bersifat hipoalergenik atau bebas laktosa. Namun, sebaiknya lakukan penggantian produk susu secara bertahap agar lambung bayi tidak kaget.
Caranya adalah dengan memberikan susu dari campuran formula biasa dan hipoalergenik selama empat hari. Setelah itu, bayi dapat mulai mengonsumsi susu formula hipoalergenik saja. Pemberian susu formula biasa dapat kembali dilakukan setelah bayi berumur tiga sampai enam bulan.
Hindari Makanan yang Mengandung Alergen bagi Ibu Menyusui
Ibu menyusui harus memperhatikan pola makannya karena beberapa bayi bisa sensitif terhadap makanan tertentu. Reaksi kolik pada si kecil bahkan dapat langsung terlihat paling cepat 2 jam setelah ibu mengonsumsi makanan yang mengandung alergen atau pemicu kolik.
Maka dari itu, sebaiknya ibu menyusui menghindari makanan yang berpotensi memicu kolik berikut ini.
Produk susu dan berbagai jenis olahannya
Kacang-kacangan
Gandum
Makanan atau minuman yang berkafein seperti cokelat, kopi, teh, dan jenis minuman ringan lainnya
Makanan pedas atau yang dapat memicu iritasi lambung
Makanan yang mengandung gas seperti bawang bombay, paprika, kubis, kembang kol, dan brokoli.
Perbaiki Pelekatan saat Menyusui
Pelekatan yang tidak tepat juga bisa membuat bayi mengalami kolik. Posisi menyusu yang salah akan membawa lebih banyak udara masuk ke dalam perut bayi dan membuatnya menderita kembung.
Memperbaiki cara bayi menyusu perlu dilakukan agar terhindar dari kolik. Pertama, peluk bayi dengan posisi hidung sejajar dengan puting. Kemudian, biarkan kepalanya miring sedikit ke arah belakang untuk membuat mulut bayi terbuka lebih lebar.
Setelah itu, pastikan dagu bayi sudah dapat menyentuh payudara. Jika bayi sudah mulai menyusu, pastikan areola bagian bawah atau area berwarna gelap kecokelatan yang mengelilingi puting masuk lebih banyak ke mulut bayi.
Bila pelekatan sudah tepat, bayi tidak akan mengeluarkan suara berdecak saat menyusu. Bayi juga akan menyusu secara perlahan dan tidak tampak tergesa-gesa.
Jangan Lupa untuk Menyendawakan Bayi
Agar tidak kembung dan terkena kolik, selalu sendawakan bayi setelah menyusu. Meski terlihat simpel, bersendawa dapat membantu menghilangkan udara yang tidak sengaja ditelan bayi saat menyusu. Nah, berikut ini 3 metode menyendawakan bayi yang direkomendasikan oleh Kids Health.
Metode 1
Duduk tegak, lalu peluk bayi di dada. Pastikan dagu bayi sudah bertumpu pada bahu ketika Bunda menopangnya dengan satu tangan. Kemudian dengan tangan yang lain, tepuk-tepuk punggung bayi dengan lembut.
Metode 2
Dudukkan bayi di pangkuan atau di atas kedua lutut Bunda. Topang dada dan kepalanya dengan satu tangan. Caranya adalah dengan menyangga dagu bayi di telapak tangan.
Jadi, letakkan tumit tangan Bunda di dada bayi, tetapi berhati-hatilah. Sangga dagu bayi, bukan tenggorokannya. Kemudian gunakan tangan lainnya untuk menepuk punggung bayi dengan lembut.
Metode 3
Baringkan bayi dalam posisi tengkurap di atas pangkuan. Lalu sangga kepala bayi agar posisinya lebih tinggi daripada dadanya. Setelah itu, mulai tepuk-tepuk punggungnya dengan lembut.
Jika bayi mengonsumsi susu formula, sebaiknya sendawakan si kecil setiap habis minum 60 hingga 90 ml. Namun, apabila bayi tidak kunjung bersendawa setelah Bunda mencobanya selama beberapa menit, ubah posisi bayi dan coba lagi selama beberapa menit sebelum sesi menyusu berikutnya dilakukan.
Keluarkan Bunyi Ssshh… untuk Menenangkan Bayi
Untuk menenangkan bayi yang sedang kolik, gendong dan buatlah bunyi ssshh.. tepat di telinga si kecil. Keluarkan bunyi ssshh… sedikit lebih keras sambil terus menimang-nimang si kecil, ya.
Mengapa bunyi sshh… efektif untuk menenangkan bayi yang sedang kolik? Bayi terbiasa mendengar banyak gelombang suara sekaligus dalam satu waktu, dan bunyi ssshh.. dapat menghasilkan efek yang sama pada si kecil. Di sisi lain, bunyi itu juga dapat membuat bayi baru lahir merasa lebih aman, terlindungi, dan lebih dekat dengan sang ibu.
Demikian ulasan tentang kolik pada bayi dan cara tepat untuk mengatasi kondisi tersebut. Merawat bayi yang sedang kolik tentu sangat melelahkan dan bisa membuat stres, bahkan bagi orang tua yang sudah berpengalaman sekalipun.
Karena itu, jangan pernah menghakimi diri sendiri atau bahkan merasa gagal sebagai orang tua, saat bayi jadi lebih rewel dan sering menangis akibat kolik. Ingatlah, kolik tidak berbahaya dan akan membaik dengan sendirinya setelah bayi berumur 3 atau 4 bulan ya, Bunda.
Referensi:
Kids Health. Burping Your Baby. <https://kidshealth.org/en/parents/burping.html#:~:text=Burping%20helps%20to%20get%20rid,or%20seem%20cranky%20or%20gassy> diakses pada tanggal 28 Februari 2021.
United Kingdom National Health Service. Breastfeeding: positioning and attachment. <https://www.nhs.uk/conditions/baby/breastfeeding-and-bottle-feeding/breastfeeding/positioning-and-attachment/> diakses pada tanggal 28 Februari 2021.
American Family Physician. Infantile Colic. <https://www.aafp.org/afp/2004/0815/p735.html> diakses pada tanggal 1 Maret 2021.
Mayo Clinic. Colic. <https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/colic/symptoms-causes/syc-20371074#:~:text=Fussing%20and%20crying%20are%20normal,for%20three%20or%20more%20weeks> diakses pada tanggal 1 Maret 2021.
Johns Hopkins Medicine. Colic. <https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/colic> diakses pada tanggal 28 Februari 2021.
Better Health Channel. Colic. <https://www.betterhealth.vic.gov.au/health/HealthyLiving/colic> diakses pada tanggal 2 Maret 2021.
IDAI. Kolik pada Bayi (Bagian 1). <https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/kolik-pada-bayi-bagian-1> diakses pada tanggal 28 Februari 2021.
IDAI. Kolik pada Bayi (Bagian 2). <https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/kolik-pada-bayi-bagian-2> diakses pada tanggal 28 Februari 2021.
National Center for Biotechnology Information, U.S. National Library of Medicine. Mothers’ postpartum psychological adjustment and infantile colic. <https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2082735/#:~:text=Postpartum%20maternal%20depressive%20symptoms%20and,both%20the%20mother%20and%20infant> diakses pada tanggal 2 Maret 2021.
Tahun kedua, pandemi COVID-19 belum menunjukan tanda akan berakhir dalam waktu dekat. Terlebih kehadiran berbagai varian baru COVID-19 di Indonesia yang dianggap lebih mudah menular membuat berbagai kebijakan seperti penerapan protokol kesehatan hingga realisasi program vaksinasi semakin diperkuat. Meski begitu, masih banyak aktivitas dan rutinitas yang harus dijalankan di era new normal dengan tetap memperhatikan tingkat imun tubuh. Memahami kebutuhan tersebut, hemaviton meluncurkan hemaviton Action TOTAL CARE IMUNUP yang dapat memperkuat imun tubuh serta membantu menjaga stamina dan kesegaran untuk mendukung gaya hidup masyarakat Indonesia yang aktif dan sehat dalam situasi dan kondisi apapun, termasuk saat pandemi.
Diana Theodora selaku Senior Head of Brand Communication & Content Strategy hemavitonmenjelaskan berbekal semangat #ImunUPSiapAction, hemaviton meluncurkan hemaviton Action TOTAL CARE IMUNUP yang merupakan perpaduan menyeluruh untuk mendukung daya tahan atau imunitas, stamina serta kesegaran tubuh, sehingga memberikan 3 Action Benefit yang bermanfaat bagi masyarakat. “Hadirnya produk hemaviton Action yang dilengkapi formula TOTAL CARE IMUNUP ini menjadi solusi praktis, karena mengandung komposisi Buffered Vitamin C, Vitamin D3 dan Zinc yang saat ini memang sangat dibutuhkan untuk memperkuat imunitas tubuh khususnya di masa pandemi yang tidak menentu, selain benefit menjaga stamina dan kesegaran,” jelas Diana.
Menjalani aktivitas dan rutinitas di masa pandemi tentu berbeda dengan sebelumnya. Selain harus menerapkan protokol kesehatan yang berlaku, kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga daya tahan tubuh pun harus semakin ditingkatkan. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan hemaviton melalui media sosial kepada ribuan followersnya selaku responden menyatakan bahwa 83% telah menyadari pentingnya menjaga imun tubuh dan 75% mengatakan masih terus aktif di masa pandemi.
Menanggapi tentang pentingnya menjaga daya tahan tubuh dalamberaktivitas selama pandemi, dr.Tities Anggraeni Indra, Sp.PD. selaku dokter Spesialis Penyakit Dalam mengatakan bahwa selain melakukan pola hidup sehat dan juga istirahat yang cukup, tentunya kebutuhan vitamin dan mineral harus terpenuhi agar tetap fit serta terhindar dari berbagai macam penyakit. “Ada tiga macam vitamin yang menjadi kebutuhan utama di masa pandemi ini, yaitu Vitamin C, Vitamin D3, dan Zinc. Dengan mengkonsumsi multivitamin tersebut secara rutin dapat menjadi salah satu cara untuk meningkatkan imunitas tubuh sehingga dapat tetap melakukan aktivitas dan menurunkan resiko terinfeksi COVID-19 serta virus lainnya,” terang Tities.
hemaviton Action TOTAL CARE IMUNUP mengandung Buffered Vitamin C 500 mg, Vitamin D3, dan Zinc yang bekerja secara sinergis dalam perlindungan berbagai lapisan tubuh guna menjaga imunitas. Kandungan Buffered Vitamin C tersebut merupakan kombinasi dari Ascorbic Acid dan Sodium Ascorbate yang bersifat Less Acidic atau lebih tidak asam sehingga lebih nyaman untuk lambung.
hemaviton Action TOTAL CARE IMUNUP juga diperkaya dengan Ginseng extract dan Vitamin B Kompleks yang berfungsi untuk meningkatkan stamina serta membantu mengatasi kelelahan fisik dan mental. Dalam membantu proses pembentukan energi, produk ini mengandung Guaranine untuk membantu meningkatkan kesegaran tubuh. hemaviton Action TOTAL CARE IMUNUP juga telah mendapatkan sertifikasi Halal oleh MUI sehingga aman dan nyaman dikonsumsi oleh seluruh masyarakat.
Beragam kelebihan hemaviton Action TOTAL CARE IMUNUP yang diyakini dapat memberikan banyak manfaat untuk masyarakat membuat Chicco Jerikho dan Putri Marino bersemangat dan bangga untuk bergabung dengan keluarga besar hemaviton Action TOTAL CARE IMUNUP sebagai Brand Ambassador. Menanggapi akan pentingnya menjaga imunitas tubuh di masa pandemi, Chicco Jerikhopun menyatakan bahwa dirinya bersama Putri Marino yang berkecimpung di dunia seni peran merasa di masa pandemi ini selalu dituntut untuk terus aktif dengan tetap mematuhi protokol kesehatan yang berlaku.
Agar kondisi tubuh selalu prima, selain mengkonsumsi makanan bergizi dan berolahraga, dukungan multivitamin yang memiliki kandungan vitamin dan mineral yang lengkap juga sangat penting. “hemaviton Action TOTAL CARE IMUNUP ini merupakan multivitamin yang lengkap untuk dikonsumsi harian bila perlu. Selain dapat memelihara daya tahan tubuh, dengan adanya Ginseng extract, Guaranine, dan Vitamin B Kompleks mampu membantu menghasilkan energi yang dibutuhkan untuk menjalankan aktivitas saya dan Putri Marino sehari-hari,” jelas Chicco.
Produk hemaviton Action TOTAL CARE IMUNUP telah tersedia di minimarket dan gerai farmasi di seluruh Indonesia serta dapat dibeli secara online melalui Tempo Scan Home Delivery Service serta kanal e-Commerce Official Tempo Store lainya. di Tokopedia, Blibli, Lazada dan Shopee. hemaviton Action TOTAL CARE IMUNUP hadir dalam beragam kemasan mulai dari kemasan sleeve berisi 5 kapsul yang praktis, kemasan boks berisi 10 strip, serta kemasan botol berisi 30 kapsul, dengan harga yang terjangkau.
Selain hemaviton Action TOTAL CARE IMUNUP, hemaviton juga memiliki lini produk lainnya seperti hemaviton C1000, hemaviton Stamina Plus, hemaviton Cardio, hemaviton JointCare MAX, hemaviton Neuro Forte, hemaviton Jreng, serta hemaviton Energy Drink yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan gaya hidup masyarakat Indonesia.
Sebagai bagian dari PT Tempo Scan Pacific, Tbk., hemaviton senantiasa mendukung misi perusahaan untuk dapat terus menghadirkan produk berkualitas dengan inovasi yang berkesinambungan. “Hadirnya produk hemaviton Action dengan formula baru TOTAL CARE IMUNUP merupakan wujud komitmen perusahaan yang telah dibangun sejak tahun 1977 untuk terus melakukan inovasi di semua lini kategori produk kesehatan. Kami berharap hemaviton Action TOTAL CARE IMUNUP dapat diterima dengan baik oleh masyarakat Indonesia dan dapat terus menemani aktivitas dan rutinitas di masa pandemi. #ImunUPSiapAction!” tutup Diana.