Memilih untuk naik kendaraan pribadi khususnya roda dua, bukan tanpa alasan. Waktu dan materi mungkin jadi pertimbangan. Sebab meski biaya untuk naik commuterline atau transjakarta terbilang murah. Kadang kala, lokasi kerja yang jauh dari stasiun atau halte pemberhentian, jadi alasan mengapa kita akhirnya memilih untuk naik motor saja.
Sejalan dengan itu, bunda mungkin sering mendapat pujian atas kemampuan berkendara di jalanan ibukota yang hampir setiap pagi dan sore macet. Namun, disamping naik motor sendiri ini. Ada beberapa hal yang juga sering sekali kita alami. Kira-kira apa saja?
Sudah Berkendara Sesuai Aturan, Kadang-kadang Pengendara Lain Bersikap Menyebalkan
“Sudah berhenti di belakang zebra cross, tapi pengendara di belakang suruh maju karena dia juga ingin maju. Jika didiamkan, dibilangnya sok-sokan. Perintahnya diikutin, malah melanggar peraturan. Huh dilema kan”
Beberapa dari kita mungkin juga pernah merasakan hal yang serupa. Tapi ada baiknya, kita tetap pada aturan. Biarkan saja pengendara itu menggerutu sendiri, daripada ikut serta melanggar aturan kan malah menambah kesalahan. Ini masih satu contoh kasus, di beberapa cerita lain juga banyak sekali perilaku pengendara lain yang menguras emosi, menguji kesabaran, sampai menganggu keyakinan.
Tapi ya begitulah jalanan, ada banyak sekali pelajaran yang akan kita dapatkan. Tinggal bagaimana kita menyikapinya saja. Bertemu dengan pengendara yang salah, kita bisa jadi pihak yang menegurnya atau justru ikut melakukan hal yang salah. Terserah, bunda akan pilih yang mana?
Niatnya Sih Ingin Cari Jalan Pintas Lewat Gang, Tapi Ternyata Tetap Saja Macet dan Sulit Untuk Keluar
Sudah susah payah membuat strategi jalanan mana yang sekiranya bisa dilalui tanpa macet, eh seringnya malah bertemu dengan jalanan serupa. Karena kadang kala, macetnya Jakarta itu tak hanya di jalan raya yang besar saja. Tapi juga merambah pada jalan-jalan kecil yang harusnya bisa jadi jalan potong untuk para pengendara yang sedang buru-buru.
Jika sudah terjebak seperti ini, satu-satunya hal yang akan kita syukuri pastilah kendaraan roda dua yang kita naiki. Sebab dengan motor kita bisa meliuk-liuk di jalan pada sisi mana saja yang bisa dilalui. Ya, sedikit beruntung daripada mereka yang akan terjebak karena kendaraannya besar. Pengguna mobil misalnya.
Bunyi Klakson dan Teriakan Sumpah Serapah, Sepertinya Jadi Sarapan Pagi Untuk Kita
Barangkali ini akan jadi hal menyebalkan lain yang akan sudah setiap hari kita dengarkan. Sedikit berbeda dengan kota-kota besar lainnya, Jakarta memang dihuni oleh banyak orang yang tak punya kesabaran dalam berkendara.
Coba saja perhatikan pengendara di lampu merah. Petunjuk lampu masih berwarna kuning saja, kadang mereka sudah sibuk untuk menyalakan klakson serentak. Memang sih klakson berfungsi sebagai pemberi aba-aba kepada pengendara di depan, tapi kadang dipakai bukan pada peruntukannya. Maka, mencoba untuk menahan diri agar tak terbawa emosi karena suara berisik dari klakson adalah ujian untuk kita.
Benar Memang, Kita Untung dalam Pengeluaran Tapi Bau Badan Kadang Sulit Untuk Digambarkan
Jika harus dikalikan secara terang-terangan, pergi bekerja dengan naik motor memang jauh lebih memberi dampak baik pada isi saku. Apalagi jika posisi kantor bunda kebetulan jauh dari stasiun atau halte transjakarta, yang mau tak mau harus menyambung naik angkutan umum atau ojek online lagi.
Sedangkan naik motor sendiri bunda hanya butuh mengeluarkan uang untuk membeli bahan bakar bensin sebagai asupan setiap hari. Bahkan bicara waktu pun kadang kita lebih bisa sampai di kantor lebih cepat jika naik roda dua. Satu hal yang sulit untuk dihindari adalah, dampak berkendara pada tubuh kita. Apalagi jika bunda berangkat sudah menjelang sedikit siang. Panas matahari kadang membuatmu berkeringat, dan kadang sampai di kantor dengan bau yang menyengat.
Apalagi Jika Motor Mendadak Mati dan Tak Bisa Dinyalakan Lagi
Nah, masalah-masalah seperti ini memang kadang terjadi di luar kendali. Untuk itu ada baiknya kita memang rutin memerhatikan kendaraan sendiri. Coba belajar memahami bagian-bagian mana yang harus dirawat dengan baik. Agar si kuda besi tak menyusahkan kita setiap hari.
Tapi jika memang, motormu masih sulit dinyalakan dan sering mati mendadak di tengah jalan. Menggantinya dengan motor baru dari Suzuki baiknya jadi keputusan. Yap, agar tak terus menerus susah karena motor yang susah untuk dinyalakan lagi. bunda bisa memilih Suzuki Nex II sebagai teman berkendara di Jakarta setiap hari.
Karena di Suzuki Nex II ini bunda akan disuguhkan oleh fitur Elektrik Starter yang jadi fitur terbaru untuk mempermudah kita menyalakan kendaraan. Karena baterai dari Suzuki Nex II ini juga dirancang untuk tidak mudah habis, jadi kita tak perlu khawatir lagi.
Hal lain yang juga akan menjadi berita baiknya, Floorboarding atau sandaran kaki yang terdapat pada Suzuki Nex II ini lebih luas dan lebih lebar dari generasi Nex yang sebelumnya. Jadi meski harus bermacet-macetan setiap hari, kita tak perlu takut kewalahan dan merasa pegal. Karena ada sisi ruang untuk menaruh kaki yang luas.
Kalau di Nex sebelumnya hanya ada satu varian saja, Kini Suzuki Nex II hadir dengan 5 varian yang berbeda, mulai dari Sporty Runner, Fancy Dynamic, Elegant Premium, Elegant dan Standart. Yang juga memiliki kelangkapan dan fitur yang berbeda-beda. Jadi kita bisa menyesuaikan dengan masing-masing karakter yang sesuai dengan penampilan. Inilah yang disebut Suzuki sebagai #KerenCaraBaru.
Jika bunda adalah perempuan yang suka warna-warna cerah tanpa banyak desain grafis bunda bisa memilih varian standart. Sementara perempuan yang aktif bisa memilih sporty runner, dan yang lebih ingin terlihat stylish bisa memilih fancy dynamic. Selanjutnya ada pula Varian Elegant dan Elegant Premium untuk bunda yang suka kemewahan. Karena roda duamu adalah kawan yang akan menemani setiap perjalanan. Jadi pilihlah yang sesuai dengan karakter dan keinginan.
