“Ibu, dedek bayi asalnya dari mana sih?” Sudah pernah mendapat pertanyaan seperti itu dari si kecil? Duh, bingung ya jawabnya.
Bunda, saat mendapat pertanyaan seperti ini, jangan menghindar, apalagi memarahi anak. Seiring pertumbuhan nalarnya, anak pasti akan terdorong menanyakan hal-hal sensitif dan membingungkan orang tua. Salah satu pertanyaan yang bikin kening orang tua berkerut adalah terkait hubungan seks. Lalu bagaimana menghadapinya?
Pertama, tenang. Meski Bunda sudah tahu bahwa suatu saat anak akan bertanya seperti itu, tetap saja akan mengagetkan ketika tiba waktunya. Nah, saat anak penasaran tentang seks, maka diskusikan saja ya. Jangan dianggap tabu.
Perlu diketahui, rasa penasaran mengenai seks adalah langkah alami pertumbuhan anak untuk belajar tentang tubuhnya. Maka, pendidikan seks membantu anak untuk lebih memahami tubuhnya dan membantu mencintai tubuh mereka sendiri.
Centers for Disease Control and Prevention Amerika Serika menyebut berbagai studi menunjukkan, anak-anak yang mendapatkan pendidikan seks dari orang tuanya, cenderung tidak terlibat perilaku seksual berisiko. Sayangnya, hingga kini pendidikan seks di sekolah masih ditolak banyak pihak. Alasannya, pendidikan seks dicurigai sebagai kegiatan kontraproduktif dan mengarah pada pornografi.
Padahal, justru minimnya akses formal terhadap pendidikan seks di Indonesia membuat anak dan remaja cenderung memuaskan rasa ingin tahunya melalui saluran lain. Internet, film porno, dan teman sebaya adalah saluran yang umum jadi pilihan saat anak ingin tahu tentang seks. Sayangnya, hal-hal tersebut kerap memberikan informasi tidak tepat dan bisa jadi berbahaya.
Menurut advocatesforyouth.org, pendidikan seks yang komprehensif dan program pencegahan HIV/AIDS yang efektif, menunjukkan pengaruh terhadap perubahan perilaku dan berdampak positif pada kesehatan. Hal ini termasuk menunda melakukan seks pertama, penurunan kejadian seks tidak aman, peningkatan penggunaan kondom dan kontrasepsi, serta tingkat kehamilan dan angka kejadian infeksi menular seksual (IMS) yang jauh lebih rendah.
Nah, di sinilah peran orang tua dibutuhkan sebagai pendidik utama anak. Anak-anak perlu dilibatkan dalam diskusi seksualitas dan kesehatan reproduksi.
Memulai Pendidikan Seks di Rumah dengan 5 Cara Cerdas

Memang gampang-gampang susah menjelaskan seks pada anak-anak. Setidaknya, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Nah, ini dia cara yang bisa dilakukan saat memberikan pendidikan seks pada anak.
1. Diskusi Sesuai Umur Anak
Berikan pemahaman sedikit demi sedikit dan disesuaikan umur anak. Bunda tidak perlu langsung memberikan ‘kuliah’ dengan berbagai topik dalam satu waktu sekaligus.
Anak-anak cenderung menunjukkan rasa penasaran terhadap kehamilan dan bagaimana bayi “dibuat”, dibanding mekanisme berhubungan seks.
2. Hindari Penamaan Ambigu
Sejak kecil, anak sudah harus bisa mengetahui dan membedakan bagian tubuh, termasuk genitalia. Hindari penamaan ambigu seperti ‘anu’ yang merujuk pada alat kelamin atau ‘susu’ yang merujuk pada payudara. Ini penting agar anak belajar memahami tubuhnya sendiri.
Hal ini juga diperlukan agar anak bisa mengidentifikasi masalah dengan tepat saat orang tua mencurigai adanya kekerasan seksual yang terjadi pada mereka. Jadi, gunakan istilah yang benar sejak awal seperti menyebut payudara, dada, puting, penis, vulva, vagina, testis, dan lain-lain.
3. Apresiasi dan Gunakan Bahasa Sederhana
Jika anak balita bertanya dari mana bayi berasal, Bunda bisa terlebih dahulu memujinya dengan mengatakan misalnya, “Wah, pertanyaan yang bagus sekali.” Dengan demikian, anak akan merasa pertanyaannya bukan sesuatu yang aneh. Ke depannya dia akan nyaman untuk bertanya apa saja.
Kemudian, kita bisa memancingnya dengan bertanya balik, “Hm menurut kamu gimana?” Cara ini untuk mengetahui seberapa baik pemahamannya.
Bunda bisa menjelaskan dengan bahasa sederhana, seperti, “Bayi hidup di rahim bunda. Saat bayi sudah besar, ia keluar dari jalur lahir, namanya vagina.”

4. Kenalkan Konsep Pubertas
Hal penting lainnya adalah mengenalkan pada anak seputar konsep pubertas. Perlu dijelaskan pula bagaimana fisik tubuh berubah akibat pubertas.
Misalnya, “Dek, coba liat si kakak. Sekarang dia jenggotan (atau memiliki payudara) dan suaranya besar, kan? Nanti kamu kalau sudah besar juga akan seperti itu. Rambut juga akan tumbuh di penis (atau vagina) kamu, dan di ketiak kamu.”
5. Jangan Dimarahi
Jika anak remaja kedapatan menonton film porno, jangan panik, jangan pula memarahinya. Gunakan kesempatan ini sebagai pembuka diskusi mengenai apa saja yang telah dia lihat. Sampaikan padanya bahwa penasaran tentang seks itu adalah hal yang lumrah.
Sebagai orang tua, Bunda wajib menggunakan kesempatan ini untuk meluruskan ‘fantasi’ dan risiko di dunia nyata yang mungkin terjadi dari film-film porno. Perlu pula diberikan pemahaman bahwa hubungan seks adalah hal personal dan privat bagi orang dewasa.
Jelaskan juga bahwa tidak ada seorang pun yang harus merasa diwajibkan untuk berhubungan seks atas dasar paksaan atau ketakutan. Segala macam hubungan seks atas dasar paksaan adalah bentuk pemerkosaan, tidak peduli pelaku adalah orang asing maupun yang dikenal baik.
Selalu tekankan pada anak bahwa tidak adalah tidak, dan pengaruh alkohol maupun obat-obatan akan merusak kemampuannya dalam mengambil keputusan soal seks. Selain itu juga bisa berujung pada kekerasan seksual.
Nah, dengan cara tersebut, kita berupaya menjadi sumber pertama anak mengenai seks dan seksualitas. Ketika Bunda sebagai orang tua berbicara tentang seksualitas dengan anak, maka bisa memastikan bahwa informasi yang mereka dapatkan adalah informasi yang tepat.
Oh ya, khusus untuk anak yang memasuki fase remaja, ada trik tersendiri untuk berkomunikasi dengan mereka. Bunda bisa ikutan kelas online tentang mendampingi anak usia remaja di Kelasin.com.
Di kelas ini, Bunda akan punya bekal memahami dasar-dasar pendampingan untuk remaja, keterampilan berdialog hangat dengan remaja, serta bagaimana pola interaksi yang perlu dikembangkan anak dan remaja. Yuk ikutan dengan klik langsung link kelas ‘Mendampingi Anak Memasuki Usia Remaja’.
Sumber:
cdc.gov
advocatesforyouth.org
