Extra

Memahami Gigi Bayi dan Seluk Beluk Pertumbuhannya

Gigi merupakan bagian tubuh yang sangat penting. Selain berfungsi untuk mengunyah, keberadaan gigi juga bisa menambah estetika wajah. Karena itu, setiap fase perkembangannya—mulai dari gigi bayi sampai dewasa—harus diperhatikan dengan baik, terutama oleh para ibu.

Gigi bayi atau gigi susu biasanya mulai berkembang sejak si kecil masih dalam kandungan. Namun, dalam kasus paling umum, gigi tidak akan muncul ke permukaan gusi sampai bayi berusia 6 hingga 12 bulan.

Kebanyakan anak-anak akan memiliki satu set gigi susu yang berjumlah 20 buah ketika mereka berusia 3 tahun. Saat memasuki umur 5 atau 6 tahun, gigi-gigi susu ini akan lepas dan berganti dengan gigi dewasa. Agar Bunda lebih memahami tentang gigi bayi, fase-fase pertumbuhan, hingga perawatannya, simak ulasan lengkapnya berikut ini.

Kapan Gigi Bayi Tumbuh?

Meskipun kebanyakan bayi mengalami tumbuh gigi pertama saat usianya 6-12 bulan, kondisi ini bisa bervariasi. Banyak bayi yang bahkan belum punya satu gigi pun saat ulang tahun pertamanya.

Memasuki usia 3 bulan, bayi akan mulai mengeksplorasi lingkungan di sekitarnya dengan menggunakan mulut mereka. Saat ini, bayi mulai memasukkan tangan ke dalam mulut. Banyak orang tua yang menyangka kebiasaan memasukkan tangan ke mulut adalah salah satu tanda anak akan tumbuh gigi. Faktanya, gigi pertama lebih sering muncul saat si kecil sudah berusia 6 bulan, bukan 3 bulan.

Untuk lebih memahami kapan gigi bayi tumbuh, Bunda bisa menyimak poin-poin di bawah ini:

  1. Gigi seri bawah. Gigi seri di bagian rahang bawah biasanya akan menjadi gigi pertama yang keluar. Umumnya, gigi seri bawah akan mulai tumbuh saat umur bayi 5-7 bulan.
  2. Gigi seri atas. Meskipun tidak selalu sama untuk setiap bayi, gigi seri atas biasanya akan menyusul gigi seri bawah. Gigi ini akan keluar pada usia 6-8 bulan.
  3. Gigi seri atas lateral (gigi yang tumbuh tepat di samping dua gigi seri atas). Gigi ini tumbuh sekitar usia 9-11 bulan.
  4. Gigi seri lateral bawah (gigi yang tumbuh tepat di sisi gigi seri bawah). Gigi ini tumbuh saat bayi menginjak usia 10-12 bulan.
  5. Molar pertama (gigi belakang). Gigi belakang pertama akan keluar sekitar usia 12 hingga 16 bulan.
  6. Gigi taring (di bagian belakang mulut). Biasanya, gigi ini akan tumbuh di usia 16-20 bulan.
  7. Molar kedua. Gigi ini akan tumbuh saat si kecil memasuki usia 20-30 bulan.

Poin-poin tersebut hanyalah hitungan secara kasar atau yang paling umum terjadi. Bunda tidak perlu cemas jika si kecil tidak mengalami tumbuh gigi sesuai dengan hitungan tersebut karena waktu tumbuh gigi setiap anak berbeda-beda.

Tanda Bayi Tumbuh Gigi

Meski pertumbuhan gigi bayi dinanti-nantikan oleh para bunda, proses yang harus dilalui terbilang tidak mudah. Pasalnya, banyak bayi yang jadi rewel saat proses tumbuh gigi. Selain itu, rasa tidak nyaman yang muncul di mulut mungkin akan membuat si kecil jadi enggan makan atau menyusu.

Saat tumbuh gigi, ada banyak sekali gejala atau tanda yang mungkin muncul. Selain rewel, waktu tidur si kecil juga akan terganggu. Gusi bengkak, air liur yang keluar lebih banyak dari biasanya, ruam di mulut, sampai diare adalah beberapa gejala yang sering dikeluhkan. 

Nah, berikut ini beberapa tanda gigi bayi tumbuh yang perlu Bunda perhatikan.

Mudah Marah atau Rewel

Si kecil sering rewel saat tumbuh gigi biasanya disebabkan oleh rasa tidak nyaman yang timbul di gusinya. Gigi pertama dan gigi geraham adalah dua gigi yang membuat mereka jadi sangat rewel.

Ketika si kecil mulai menangis dan gelisah, yang perlu Bunda lakukan adalah memeluknya. Saat dipeluk, mereka akan merasa lebih tenang dan rasa sakitnya terasa lebih ringan.

Air Liur Meningkat dan Muncul Ruam pada Kulit

Tumbuh gigi dapat merangsang peningkatan produksi air liur. Ketika air liur bayi keluar dari mulut dan membasahi area sekitar bibir, pipi, dagu dan leher, ruam pada kulit biasanya akan timbul.

Kondisi ini disebabkan oleh bakteri yang bercampur dengan kotoran di permukaan kulit. Jadi, jagalah area-area tersebut agar tetap kering ya, Bunda.

Batuk

Jika Bunda menemukan si kecil terbatuk berulangkali, terutama saat posisi berbaring, ini bisa disebabkan karena dia tersedak air liurnya sendiri. Produksi air liur yang banyak tidak hanya bisa menyebabkan bayi tersedak dan terbatuk-batuk, tetapi juga bisa muntah sesekali.

Perlu diketahui bahwa batuk karena tumbuh gigi tidak disertai dengan gejala pilek, flu, atau demam. Jika si kecil mengalami demam dan gejala lainnya, segera hubungi unit kesehatan terdekat untuk mendapatkan penanganan.

Menggigit

Tekanan dari gigi yang akan keluar dari permukaan gusi akan membuat bayi merasa tidak nyaman. Inilah yang kemudian membuatnya mencari-cari sesuatu untuk digigit guna meredakan rasa tidak nyaman. Bunda bisa membantunya dengan memberikan teether atau potongan buah dingin. Jangan lupa tetap awasi si kecil saat dia menggigit benda yang Bunda berikan.

Demam Ringan

Tumbuh gigi juga kadang menyebabkan timbulnya demam ringan pada bayi. Ini umumnya terjadi karena si kecil memasukkan tangannya yang kotor ke dalam mulut.

Demam ringan ini tidak perlu dicemaskan jika suhunya belum melampaui 38 derajat Celcius. Jika suhu tubuh si kecil naik lebih tinggi, segera hubungi dokter.

Menggosok-gosok Pipi dan Menarik Telinga

Dua gerakan tersebut biasanya dilakukan si kecil karena rasa nyeri di gusi yang menjalar ke pipi dan telinga, terutama jika gigi yang tumbuh adalah geraham. Akibat kesakitan dan tidak nyaman, mereka akan mengusap atau menggosok area tersebut.

Untuk membantu si kecil mengatasi nyeri pada gusi, Bunda bisa mengusap dan memijat gusinya dengan lembut selama satu sampai dua menit. Pastikan tangan Bunda dalam keadaan bersih sebelum memasukkannya ke mulut si kecil, ya.

Perlu diingat bahwa menarik atau menggosok telinga juga bisa menjadi tanda adanya infeksi telinga. Jika bayi Bunda melakukan hal tersebut berulang-ulang dan disertai demam tinggi, segera konsultasikan pada dokter anak terdekat.

Banyak ibu yang percaya bahwa gigi bayi yang tumbuh bisa menyebabkan bayi mengalami diare. Pada dasarnya, diare tidak berhubungan dengan proses tumbuh gigi. Ini kemungkinan terjadi karena si kecil memasukkan tangan atau benda-benda yang kotor ke dalam mulut . Hal itu berisiko membuat sistem pencernaannya bermasalah dan menimbulkan diare.

Perlu diketahui bahwa diare bisa menjadi pertanda dari infeksi yang serius, terutama jika disertai dengan muntah, demam tinggi, dan berlangsung lebih dari tiga hari. Untuk menghindari dehidrasi dan komplikasi, segera bawa si kecil ke pusat kesehatan terdekat.

Perawatan Gigi Bayi

Merawat gigi bayi harus dilakukan sejak proses tumbuhnya gigi pertama. Ketika si kecil mengalami tumbuh gigi, Bunda bisa membantu merawat dan mengatasi rasa tidak nyaman yang dialaminya dengan berbagai cara.

Menurut dr. Ye Mon dari Cleveland Clinic, Bunda bisa melakukan langkah-langkah berikut saat bayi mulai tumbuh gigi:

  1. Gunakan kain basah. Ambil kain yang bersih dan lembut kemudian basahi dan diamkan sampai cukup dingin di lemari es (jangan sampai beku). Ambil kain tersebut kemudian gunakan untuk memijat gusi yang bengkak
  2. Makanan dingin. Sajikan makanan yang dingin seperti yogurt dan buah beku (untuk bayi yang sudah mulai mengonsumsi makanan padat).
  3. Teething biscuit. Bunda bisa memberikan biskuit khusus untuk tumbuh gigi ketika bayi memasuki usia 8 sampai 12 bulan. Namun, jangan lupa tetap memperhatikan kebersihan gusi agar tidak menyebabkan masalah gigi berlubang.
  4. Seka area gusi dan gigi yang sudah tumbuh dengan kain sampai bersih. Ketika jumlah giginya sudah cukup banyak, Bunda bisa memperkenalkan sikat gigi pada si kecil.
  5. Teether. Teether merupakan mainan yang dirancang untuk membantu si kecil menghadapi masa tumbuh gigi. Selain mudah dipegang, teether dapat memberikan tekanan yang cukup untuk meredakan sakit gusi. Pastikan Bunda memilihkan teether dari bahan yang lembut dan bebas BPA.

Hindari memberikan obat pereda nyeri pada si kecil tanpa petunjuk dari dokter, terutama obat-obatan yang mengandung benzocaine dan lidocaine. Kedua zat tersebut tidak hanya berbahaya, tetapi bisa menyebabkan efek fatal pada anak. Jangan memberikan benda yang berukuran terlalu kecil atau makanan yang berisiko membuat bayi tersedak.

dr. Ye Mon juga mengingatkan para ibu untuk berhati-hati dalam memberikan obat herbal untuk mengatasi nyeri akibat tumbuh gigi. Meskipun dibuat dari bahan alami, obat-obatan herbal tetaplah obat yang dimetabolisme oleh hati dan ginjal anak. Belum ada cukup penelitian untuk mengetahui risiko serta efek samping jangka panjangnya.

Selain itu, penggunaan asetaminofen atau ibuprofen juga sebaiknya diperhatikan dengan baik. Bisa dimulai dengan pemberian satu dosis saja. Jika pemberian dosis pertama tidak meredakan rasa sakit anak, jangan memberikan obat tambahan sebelum Bunda berkonsultasi dengan dokter.

Pada dasarnya, rasa sakit dan nyeri akibat tumbuh gigi bisa diatasi di rumah menggunakan cara nonmedis. Namun, jika bayi mengalami diare, ruam parah, demam tinggi, dan menangis terus-menerus, sebaiknya lakukan kunjungan ke dokter anak terdekat agar memperoleh penanganan terbaik.

Bagaimana Cara Merawat Gigi Bayi Setelah Tumbuh?

Memperhatikan kebersihan dan kesehatan mulut harus dilakukan sejak gigi bayi belum tumbuh. Seka permukaan gusi dua kali sehari, yakni setelah makan atau minum susu dan sebelum tidur. Pembersihan ini bisa mencegah penumpukan sisa-sisa makanan dan bakteri di mulut si kecil.

Ketika gigi pertama bayi muncul, gunakan sikat kecil berbulu halus untuk membersihkannya dua kali sehari. Ketika si kecil sudah belajar meludah (sekitar usia 3 tahun), oleskan pasta gigi berfluoride dengan ukuran tidak lebih besar dari sebutir beras saat menggosok giginya. Bunda bisa menambah jumlah pasta gigi yang digunakan seiring dengan pertambahan usia anak.

Bunda juga sebaiknya mulai mempertimbangkan untuk membawa si kecil melakukan pemeriksaan gigi secara teratur. American Dental Association dan American Academy of Pediatric Dentistry merekomendasikan penjadwalan kunjungan gigi pertama anak saat usianya mencapai satu tahun.

Mengapa Perawatan terhadap Gigi Bayi itu Penting?

Banyak orang yang beranggapan bahwa perawatan terhadap gigi susu tidak begitu penting. Meskipun gigi susu hanya digunakan sebentar, perannya sangat penting dalam mendukung pertumbuhan giginya di masa depan. Ada beberapa alasan mengapa Bunda harus memperhatikan dengan cermat perawatan gigi si kecil:

  1. Memberikan tampilan normal pada wajah. Gigi yang tidak dirawat sedari kecil akan menyebabkan pertumbuhan yang tidak sehat sehingga mengganggu penampilannya kelak.
  2. Membantu pertumbuhan dan perkembangan rahang. Gigi bayi akan membantu mendorong perkembangan dan pertumbuhan rahang yang benar. Dengan memastikan gigi tumbuh dengan baik, Bunda juga ikut memastikan rahang si kecil tumbuh dengan kuat.
  3. Membantu pengembangan pengucapan yang jelas. Karena pertumbuhan gigi berkontribusi pada perkembangan rahang, ini juga berpengaruh pada kemampuan bicara anak.
  4. Membantu si kecil memperoleh nutrisi yang baik. Gigi yang hilang atau rusak akan membuat anak susah mengunyah. Akibatnya, dia akan menolak makanan dan akhirnya kehilangan kesempatan untuk memperoleh nutrisi yang dia butuhkan.
  5. Membantu mempersiapkan pertumbuhan gigi permanen yang sehat. Jika gigi susu dibiarkan rusak dan mengalami infeksi, gigi dewasa atau gigi permanen yang berkembang di bawahnya juga akan terganggu.
  6. Membantu mencegah berbagai masalah kesehatan mulut. Merawat gigi si kecil sejak dini akan membantu akan menghindari berbagai masalah kesehatan seperti gigi yang berlubang.
  7. Membantu mengajarkan anak merawat kesehatan gigi dan mulut. Memperkenalkan cara membersihkan gigi sejak masih kecil adalah langkah awal membiasakan merawat kesehatan gigi dan mulut. Bunda juga bisa mengajarkan cara flossing (membersihkan sela-sela gigi dengan benang khusus), berkumur dengan mouthwash, dan menggosok gigi secara rutin setiap hari.

Bagaimana Jika Gigi Bayi Terlambat Tumbuh?

Gigi bayi adalah bagian yang sangat penting hingga dia tumbuh dewasa. Selain melakukan perawatan yang tepat, jangan lupa memberikan nutrisi tambahan pada anak. Beberapa jenis makanan, seperti ubi merah, susu, telur, sayuran hijau, kacang-kacangan, dan biji-bijian termasuk kacang hijau, bisa membantu merangsang pertumbuhan gigi anak.

Lantas, kapan Bunda harus merasa khawatir dengan pertumbuhan gigi bayi? Ketika usia si kecil sudah mencapai 15 bulan dan belum ada tanda-tanda giginya akan tumbuh, ada baiknya segera berkonsultasi ke dokter.

Gigi yang terlambat tumbuh bisa menjadi tanda berbagai masalah medis, termasuk Down syndrome. Masalah fisik pada gusi atau tulang rahang juga dapat menyebabkan gigi terlambat tumbuh. Dengan melakukan pemeriksaan sejak awal, Bunda bisa mengetahui masalah pada gigi anak dan melakukan langkah lanjutan untuk mengatasinya.

Semoga informasi mengenai gigi bayi ini bisa membantu Bunda mendampingi tumbuh kembang si kecil secara maksimal. Semoga bermanfaat!

Terima kasih sudah berlangganan Sayangi Anak Extra. Untuk mengakses konten - konten Sayangi Anak Extra. Untuk membaca konten Sayangi Anak Extra. Silakan kunjungi kategory Extra pada website Sayangianak.com atau klik disini

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.


Parenting

Tugas dan Tanggung Jawab yang Wajib Dilakukan Sebagai Orangtua

Setiap orang tua mempunyai tugas dan tanggung jawab tersendiri terhadap anak. Mengingat masa depan anak berawal dari tanggung jawab dan tugas yang dilakukan oleh orang tuanya. Dengan kata lain, mempunyai anak yang baik, tentu orang tua wajib memenuhi hak-hak anak. 

Pada umumnya ada lima tugas dan tanggung jawab orang tua terhadap anaknya yang harus dipenuhi. Kewajiban tersebut meliputi mengajarkan nilai-nilai agama, kepribadian dan lainnya. Selengkapnya mengenai apa saja kewajiban dan tugasnya, berikut penjelasan lengkapnya.

Mengajarkan Nilai-nilai Agama Kepada Anak Sedari Dini

Tugas dan kewajiban orang tua yang paling utama dan pertama yaitu mengajarkan nilai-nilai agama. Bahkan, ajaran ini harus diberikan kepada anak sejak dini agar saat menginjak remaja lebih mudah untuk mengarahkannya. 

Sedangkan untuk mengajarkan nilai-nilai agama bisa dilakukan dengan berbagai cara seperti mengajar nya ke tempat ibadah, mengenalkan kitab suci dan mengajarkan doa harian. Saat anak masih kecil dan belum bisa menirukan, tapi dia akan merekamnya.

Membentuk Kepribadian Anak yang Baik

Kewajiban orang tua yang selanjutnya yaitu membentuk kepribadian anak. Mengingat orang tua merupakan pendidikan pertama dan utama bagi seorang anak, Orang tua harus menanamkan kepribadian yang baik kepada anak sejak dini.

Kepribadian baik yang dimaksudkan yaitu nilai-nilai moral. Sedangkan untuk membentuk kepribadian yang seperti ini caranya cukup mudah, orang tuanya perlu memberikan kasih sayang yang penuh dan menciptakan lingkungan keluarga nyaman serta memberikan contoh. 

Menanamkan Nilai-nilai Sosial yang Patut Ditiru Kepada Anak

Menanamkan nilai-nilai sosial sejak dini juga menjadi salah satu tanggung jawab orang tua terhadap anaknya. Nilai-nilai sosial yang harus ditanamkan seperti menjaga kebersihan lingkungan, gotong royong, menjaga kedamaian, saling menghormati dan tolong menolong.

Jika sejak dini sudah diajarkan beberapa nilai sosial tersebut, anak akan tumbuh menjadi seseorang yang lebih peduli terhadap sesama terutama keluarganya. Tentu saja nilai-nilai sosial ini akan tetap dibawa hingga dewasa. 

Mengajarkan Anak Tentang Apa itu Tanggung Jawab

Tugas dan tanggung jawab orang tua terhadap anak yang selanjutnya yaitu mengajarkan tanggung jawab. Setidaknya jika harus seperti ini sudah diajarkan sejak dini, kedepannya saat sudah dewasa anak akan lebih bertanggung jawab terhadap apa yang sudah dilakukannya.

Cara yang seperti ini bisa dilakukan dengan membuat batasan-batasan. Jadi, nantinya jika Anang melanggar batasan-batasan tersebut bisa diberikan hukuman atau penjelasan mengenai konsekuensi. Bahkan, Tidak ada salahnya juga untuk melibatkan anak dalam membuat Hukuman dan peraturan.

Mengajarkan Kemandirian

Tidak selamanya anak dapat bergantung dengan orang tuanya. Kenapa sejak dini penting untuk mengajarkan kemandirian terhadap anak. Lebih tepatnya kemandirian ini sudah bisa diajarkan saat anak mulai berusia 2 atau 5 tahun. 

Salah satu cara yang bisa diterapkan untuk mengajarkan kemandirian kepada anak yaitu mengajarkan keterampilan yang memang sesuai dengan usianya. Selain itu, ada juga untuk mengajarkan kepada anak jika mengendalikan emosi sangatlah penting. 

Membantu Anak Mengembangkan Bakatnya

Orang tua juga mempunyai tanggung jawab dan tugas untuk membantu anak dalam mengembangkan bakatnya. Dengan kata lain jika anak bisa mengembangkan bakatnya tentu dapat lebih mandiri ke depannya dan lebih bertanggung jawab.

Apalagi di usia tersebut anak belum memahami apa yang disukainya, sebagai orang tua bisa melihat dari apa yang paling sering dilakukannya. Jika melihat hal yang seperti itu, segera lakukan berbagai upaya untuk mengembangkan bakat tersebut dengan menyediakan berbagai media pendukung.

Dampak Negatif Orang Tua Tidak Melakukan Tugas dan Tanggung Jawabnya

Mengetahui apa saja tanggung jawab dan tugas orang tua terhadap anaknya, tentu kurang lengkap jika tidak mengetahui dampak negatif jika tidak melakukan tanggung jawab tersebut. Berikut ini beberapa dampak negatifnya yang bisa didapatkan.

Anak Akan Jadi Tidak Percaya Diri

Salah satu dampak negatif jika orang tua tidak melakukan tugas dan tanggung jawabnya terhadap anak yaitu kurang percaya diri, sehingga bisa menghambat keberhasilan. Anak yang seperti ini cenderung minder jika bergaul dengan orang yang ada di luar rumah. 

Lebih tepatnya orang yang seperti ini akan mengurangi interaksi dengan orang lain. Padahal yang namanya kehidupan bersosial menjalin interaksi dengan masyarakat sangat diperlukan, lagi menjelang dewasa hal tersebut sangat butuh..

Hubungan Anak dengan Orang Tua Tidak Terjalin

Dampak negatif lain yang didapatkan jika orang tua tidak melakukan tanggung jawabnya yaitu hubungan antara keduanya tidak terjalin dengan baik. Padahal sebenarnya orang tua menjadi tempat yang paling dibutuhkan anak untuk menceritakan pulang.

Jika hubungan antara keduanya tidak baik, maka tidak akan terjadi keterbukaan dan bisa menyebabkan emosional tidak dapat terkontrol. Ditambah lagi dengan perhatian orang tua yang tidak pernah diluangkan untuk anaknya, seperti ini akan lebih parah. 

Anak Bisa Mengalami Gangguan Perilaku

Tugas dan tanggung jawab orang tua terhadap anak memang cukup banyak, bukan berarti tidak bisa dilakukan. Jika saja orang tua menyepelekan tugas dan tanggung jawabnya, Salah satu dampak negatifnya yaitu anak mempunyai kekuatan berlaku.

Saya saja suka membuat onar untuk menarik perhatian banyak orang, bullying terhadap temannya dan suka mencuri. Tanpa disadari sebenarnya anak melakukan hal-hal yang seperti itu agar orang tuanya lebih perhatian.

Itulah penjelasan mengenai beberapa tanggung jawab dan tugas orang tua terhadap anaknya yang wajib untuk dilakukan. Tentu jika tanggung jawab tersebut terpenuhi, berpengaruh penting terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak di masa depan dan bisa dikatakan sebagai modalnya.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.


Parenting

9 Peran Orang Tua Menangani Anak Usia Dini yang Wajib Diketahui

Anak usia dini yang membutuhkan perhatian khusus dari orang tuanya. Karena di usia tersebut anak sudah mulai berinteraksi dengan lingkungan sekitar, sehingga mudah terpengaruh. Di sinilah peran orang tua diperlukan untuk menangani anak usia dini. Karena apa yang dilakukan oleh orangtua pada proses tumbuh kembang anak selama usia dini, akan berpengaruh pada kemampuannya kelak.

Untuk itu, pada usia ini orang tua mempunyai kewajiban untuk memberikan pendampingan maksimal kepada anak. Selengkapnya berikut ini peran-peran yang harus diterapkan. 

1. Menjadi Pengamat Anak

Salah satu peran orang tua dalam menangani anak usia dini yaitu menjadi pengamat. Peranan ini sangatlah diperlukan karena di usia tersebut, anak cenderung untuk melakukan apapun sesuai dengan keinginannya.

Tentu jika tidak dilakukan pengamatan, anak bisa keluar dari batas wajarnya. Apalagi di usia tersebut anak mudah terpengaruh dengan orang lain, tentu akan sangat beresiko. Di sisi lain, orang tua juga harus bisa memahami bagaimana permasalahan dan tanda-tanda yang terjadi pada anaknya. 

2. Jadi Pembimbing untuk Anak

Peran orang tua sebagai pembimbing memang sudah menjadi hal yang tidak asing lagi. Apalagi saat anak di usia tersebut mulai menghadapi berbagai masalah saat berinteraksi dengan teman di sekolahan atau lingkungan sekitarnya. 

Tentunya dalam menyikapi hal yang seperti ini, Orang tua harus mempunyai cara tersendiri. Misalnya saja dengan berusaha untuk menggali perasaan anak terkait masalahnya dan memahami masalah. Selebihnya orang tua hanya perlu memberikan arahan dan pengertian mengenai masalah tersebut.

3. Penghubung Anak

Menjadi penghubung anak dari berbagai permasalahan yang dialaminya juga menjadi peran orang tua. Tentunya dalam hal ini orang tua harus berusaha memahami bagaimana permasalahan yang berasal dari sumber lain. Hal ini dilakukan agar bisa mendapatkan informasi lebih jelas.

Informasi yang didapatkan bisa berasal dari berbagai sumber seperti teman, guru dan lainnya. Hal ini dilakukan agar orang tua tidak terfokus membela anak sebelum mengetahui kebenarannya. Sekalipun anak yang melakukan salah, Orang tua harus mengingatkan dan memberikan pengertian.

4. Membantu Anak Memecahkan Masalah dan Mengajarinya

Anak usia dini masih termasuk labil, sehingga belum terlalu bisa mengontrol emosionalnya. Begitu juga saat terjadi semua masalah sederhana dengan temannya, biasanya saya anak usia dini akan langsung melampiaskan emosionalnya tanpa berpikir terlebih dahulu.

Tentu sebagai orang tua dalam hal ini penting untuk memecahkan masalah tersebut dengan menerapkan beberapa hal. Seperti halnya mendampingi anak, mengarahkannya agar tidak melakukan hal yang buruk dan menjelaskan konsekuensi negatif dan positif terhadap apa yang dilakukan. 

5. Memberikan Dasar Pendidikan Bagi Anak

Peran orang tua menangani anak usia dini yang selanjutnya yaitu memberikan dasar pendidikan. Tentunya jika dasar pendidikan sudah diberikan sejak dini, maka akan semakin mudah anak mandarin ayah begitu juga dalam menerapkannya di kehidupan sehari-hari.

Dasar pendidikan yang wajib diberikan sejak kapan hari ini seperti budi pekerti, pendidikan agama, sopan santun, kasih sayang, mematuhi, estetika, rasa aman dan lain sebagainya. Selain itu, orang tua juga wajib untuk memberikan pola asuh yang tepat agar pertumbuhan anak lebih maksimal. 

6. Tidak Melakukan Hal Buruk di Depan Anak

Tidak melakukan hal buruk di depan anak juga menjadi salah satu peran orang tua yang wajib untuk dilakukan dalam menangani anak usia dini. Mengingat anak diusia tersebut merupakan sebaik-baiknya peniru, sehingga apapun yang dilakukan oleh orang tuanya akan langsung ditiru.

Maka dari dari itu, penting sekali untuk berhati-hati dalam berbuat apapun. Justru akan lebih baik lagi jika orang tua memberikan contoh yang baik di depan orang agar ditiru. Misalnya saja cara berinteraksi dengan orang yang lebih tua, melakukan tanggung jawab dan lainnya.

7. Menjadi Pendengar yang Baik

Salah satu cara yang bisa kita lakukan untuk menangani anak usia dini sebagai salah satu peran orang tua yaitu menjadi pendengar. Mengingat orang tua merupakan tempat pulang, sehingga harus bisa memberikan kenyamanan kepada anak dalam berbagai hal terutama bercerita.

Jangan terburu-buru memberikan respon, tapi biarkan anak bercerita hingga selesai. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar anak merasa dihargai dan perasaan didengarkan. Tidak ada salahnya juga dalam hal ini memberikan pujian, pelukan dan kasih sayang kepada anak. 

8. Bertanggung Jawab Memberi Kenyamanan untuk Anak

Upaya lain yang harus dilakukan orang tua dalam mewujudkan perannya yaitu memberikan kenyamanan. Kenyamanan yang diciptakan ini sangat diperlukan agar nantinya anak menjadikan orang tua sebagai sahabat terbaiknya dalam berbagai hal.

Bahkan, kenyamanan ini juga memberikan kesempatan kepada anak untuk tidak canggung bercerita kepada orang tuanya. Tentu dengan kondisi yang seperti itu, orang tua akan lebih mudah untuk memahami bagaimana karakter anak dan cara mengarahkannya. 

9. Meluangkan Waktu yang Cukup untuk Anak

Cara menangani anak usia dini yang selanjutnya yaitu meluangkan waktu. Entah itu belum kan waktu untuk menemani anak belajar atau sekedar bermain. Tentu jika orang tua bisa dijadikan sebagai teman, anak tidak akan merasa canggung dan tentunya nyaman.

Begitu juga sebaliknya, jika orang tua memberikan perhatian penuh terhadap anak, maka respon anak pada setiap arahan dan bimbingan orang tua menjadi lebih baik. Contohnya ajari anak bagaimana cara bersosialisasi yang baik, beretika dan lain sebagainya. 

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.


Parenting

Maksimalkan Perkembangan Kognitif Anak Sebelum Ia Berusia 5 Tahun

Mempunyai anak yang dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal merupakan impian setiap orang tua. Inilah kenapa diperlukan upaya memaksimalkan tahapan perkembangan kognitif anak usia 0-5 tahun. Jadi, disini peran orang tua sangatlah penting dalam perkembangan kognitif anak.

Pahami Dulu Apa Itu Pengertian Kemampuan Kognitif Anak

Sebelum membahas mengenai cara yang bisa dilakukan untuk memaksimalkan perkembangan kognitif anak, penting untuk mengetahui pengertiannya. Secara umum, kemampuan kognitif merupakan proses di mana anak dapat menerima pengetahuan dan informasi. 

Selain itu, kemampuan kognitif juga bisa diartikan sebagai keterampilan otak anak yang sangat diperlukan kan dalam menyelesaikan tugas sederhana sampai yang kompleks. Meskipun begitu, bukan berarti kemampuan tersebut dapat berkembang tanpa adanya upaya manusia. 

Inilah Kenapa sebagai orang tua penting untuk mengetahui kemampuan tersebut. Apalagi jika dibandingkan kemampuan yang dimiliki anak-anak dan orang dewasa sangatlah berbeda. Dengan kata lain, di sini orang tua harus memberikan dukungan atau stimulasi perkembangan kognitif. 

Cara Memaksimalkan Perkembangan Kognitif Anak 0-5 Tahun

Anak di usia 0-5 tahun mempunyai perkembangan kognitif yang berbeda. Contoh cara untuk memaksimalkan perkembangan tersebut di setiap tahunnya juga berbeda. Selengkapnya berikut ini penjelasan mengenai cara-caranya di setiap usia anak. 

1. Memaksimalkan Perkembangan Kognitif Usia 0-6 Bulan

Anak di usia 0-6 bulan sudah mulai menunjukkan kemampuannya dalam menunjukkan reaksi terhadap suara. Bahkan, di usia ini anak juga sudah mulai bisa mendekati sumber suara tersebut. Sedangkan untuk memaksimalkan perkembangan kognitifnya, terapkan beberapa cara ini.

  • Mengajak anak untuk berbicara agar dapat memastikan Apakah sudah bisa merespon dengan melihat wajah Anda.
  • Sering-seringlah membacakan buku kepada anak dan menunjuk gambarnya. 
  • Melakukan berbagai aktivitas yang tidak akan membuat bayi bosan dan rewel.
  • Berikan mainan dengan jarak jauh dan masih terlihat anak. 

2. Memaksimalkan Perkembangan Kognitif Usia 6-9 Bulan

Tahapan perkembangan kognitif anak usia 0-5 tahun, terutama di usia 5-9 bulan sudah mulai mempunyai kemampuan seperti menggenggam benda. Bahkan, di usia ini anak juga sudah bisa memindahkan benda dari satu tangan ke tangan yang lainnya. Tentu untuk memaksimalkan perkembangan kognitif ini, terapkan beberapa cara berikut.

  • Saat anak mempunyai kemampuan atau keterampilan baru, berikan pujian.
  • Berikan mainan di sekeliling anak.
  • Membacakan buku kepada anak saat menjelang tidur atau waktu lainnya.
  • Memberikan permainan yang bisa meningkatkan kemampuan berpikir seperti memasukkan benda ke dalam lubang.
  • Mengajak anak untuk bernyanyi dan mendengarkan musik.

3. Memaksimalkan Perkembangan Kognitif Anak Usia 9-12 bulan

Anak di usia ini sudah bisa sudah mempunyai kemampuan membedakan benda sesuai dengan fungsinya. Misalnya saja cangkir untuk minum, sendok untuk makan dan lain sebagainya. Sedangkan untuk memaksimalkan perkembangan ini, orang tua wajib melakukan beberapa cara berikut. 

  • Memberikan anak berbagai mainan maupun benda.
  • Mengajak anak untuk bermain petak umpet dan bertepuk tangan.
  • Mengajak anak bermain mencari barang-barang yang hilang.
  • Mengajarkan pengetahuan baru mengenai sebab akibat. 

4. Memaksimalkan Perkembangan Kognitif Usia 1-2 tahun

Saat anak sudah berusia satu atau dua tahun, pengetahuannya mulai bertambah. Misalnya saja sudah memahami anggota tubuhnya. Bahkan, sudah paham mengenai benda-benda yang ada di sekitarnya. Sedangkan cara memaksimalkan perkembangan kognitif tersebut, berikut cara-caranya.

  • Mengajak anak untuk mewarnai gambar dengan bentuk tertentu.
  • Mengajak anak untuk mencari mainan yang disembunyikan. 
  • Sering-seringlah memberikan arahan kepada anak seperti ambil mainan itu.
  • Bisa juga memberikan arahan untuk memasukkan mainan ke dalam keranjang.

5. Memaksimalkan Perkembangan Kognitif Usia 3-4 Tahun

Saat anak sudah menginjak usia 3 sampai 4 tahun, biasanya sudah mulai bisa bermain dengan temannya. Namun, di usia ini belum bisa untuk berbagai mainan atau sejenisnya. Tentunya untuk memaksimalkan perkembangan tersebut, terapkan beberapa cara berikut ini.

  • Mengajak anak melakukan sesuatu atau bermain peran.
  • Mengajak anak bermain menjadi pemimpin.
  • Mengajarkan anak mengenai lagu-lagu.
  • Mengajak anak untuk membantu aktivitas orang tua seperti memasukkan mainan ke dalam keranjang.
  • Mulai ajarkan mengenal angka-angka dan berhitung. 

6. Memaksimalkan Perkembangan Kognitif Anak Usia 4-5 tahun

Saat anak di usia 4 sampai 5 tahun sudah mulai bisa memahami konsep waktu seperti pagi, nanti, kemarin dan lainnya. Tentu di tahapan usia ini anak sudah mulai mengalami perkembangan dalam kemampuannya. Sedangkan untuk memaksimalkannya, Orang tua harus menerapkan beberapa cara berikut ini.

  • Memancing agar anak dapat menceritakan aktivitasnya.
  • Biasakan anak untuk bisa mengambil keputusan dengan cara memberikan pilihan.
  • Membantu anak dalam meningkatkan kemampuannya dalam berbahasa dan mengenalkan kata-kata yang akan sering digunakan. 
  • Membantu anak agar bisa menggunakan frasa dan kata yang tepat.
  • Ajak anak untuk menggambar semua anggota keluarga. 

Pentingnya Peran Orang Tua dalam Perkembangan Kognitif Anak

Dari penjelasan sebelumnya bisa diambil garis besar jika peran orang tua dalam perkembangan kognitif anak sangatlah penting. Dengan kata lain, tanpa bantuan dari orang tuanya terutama ibu, perkembangan kognitif anak tidak akan berkembang optimal.

Di sini, orang tua berperan sebagai pembimbing dan mengarahkan anak agar melakukan sesuatu yang nantinya bisa menjadi kebiasaan. Misalnya saja memimpin anak untuk bisa dispilin, mandiri dan membuat keputusan sendiri.

Tentunya untuk meningkatkan perkembangan kognitif anak bisa dilakukan sesuai dengan tahapan usianya. Mengingat setiap usia anak, mempunyai kemampuan tersendiri dan tentunya tidak dapat dipaksakan sama dengan usia yang selanjutnya. 

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Most Share

To Top