Sekarang ini kita sudah sangat jarang melihat anak memainkan permainan-permainan tradisional. Anak saat ini lebih banyak memainkan mainan-mainan berupa game digital baik di Komputer maupun di Smartphonenya.
Untuk mengingatkan kembali, berikan ini Mainan Anak yang Jarang Dimainkan oleh Anak Masa Kini dan Cara Memainkannya
Bola bekel
Salah satu permainan jadul yang mulai terlupakan adalah bola bekel. Permainan ini menggunakan bola karet yang bisa memantul dan juga biji logam yang harus ditangkap oleh pemain. Permainan bola bekel dimainkan berdasarkan level, semakin lama permainan akan menjadi semakin sulit, maka dari itu dibutuhkan keterampilan dan kesabaran. Kemampuan menangkap bola menjadi penentu permainan ini.
Congklak
Congklak atau disebut juga dakon di daerah Jawa ini merupakan permainan tertua di Indonesia dengan menggunakan papan dan juga biji – bijian. Papan panjang yang dilubangi menjadi wadah dan pemain harus memasukkan biji – biji ke dalamnya. Siapa yang memiliki biji terbanyak akan menjadi pemenangnya. Sayangnya, permainan ini hanya bisa dimainkan dengan dua orang saja.
Monopoli
Monopoli juga salah satu permainan papan paling terkenal di dunia lho! Setiap pemain melemparkan dadu secara bergiliran untuk memindahkan bidaknya, jika mendarat di petak yang belum dimiliki orang lain, pemain dapat membeli petak tersebut dengan harga yang ditentukan. Sebaliknya, jika petak tersebut sudah dimiliki pemain lain, kita harus membayar pemilik petak dengan uang sewa yang ditentukan.
Kelereng
Kelereng atau gundu ini merupakan permainan yang biasa dilakukan oleh anak laki – laki. Permainan dimulai dengan menggambar segitiga sama kaki di tanah kemudian para pemain meletakkan satu kelereng mereka di atas gambaran segitiga tersebut. Lalu, masing – masing pemain melempar kelereng mereka dari jarak 2 – 3 meter. Permainan ini minimal dimainkan oleh 3 orang dan maksimal 6 orang. Pemain yang mampu mengenai semua kelereng di dalam segitiga tersebut akan keluar sebagai pemenangnya.
Petak Umpet
Sesuai dengan namanya, petak umpet adalah permainan dimana 1 orang menjadi penjaga, biasanya menghadap tembok dan menutup matanya lalu mulai menghitung sampai 10 atau hitungan yang sudah disepakati bersama, sementara pemain lain akan bersembunyi di beberapa tempat. Setelah si penjaga selesai menghitung, penjaga akan mulai mencari pemain lain yang bersembunyi. Permainan ini dapat dilakukan dengan minimal 2 orang.
Tapak Gunung
Biasa disebut juga dengan engklek di Jawa ini merupakan permainan yang simpel dan tidak memerlukan banyak alat. Yang menjadi kunci utama permainan ini adalah kekuatan dan keseimbangan kaki si pemain. Setiap pemain harus menapakkan satu kakinya di tanah sementara kaki yang lain harus diangkat. Permainan dimulai dengan melemparkan sebuah batu dan tidak boleh keluar dari garis, pemain harus melompat sesuai dengan angka yang tertulis di tanah. Jika batu atau kaki pemain melewati garis maka pemain akan kehilangan giliran dan harus berhenti.
Lompat Tali
Lompat tali biasanya identik dengan kaum perempuan tapi, tak sedikit juga anak laki – laki yang ikut bermain. Permainan ini tergolong sederhana karena hanya melompati anyaman karet dengan ketinggian tertentu, mulai dari yang rendah sampai tertinggi. Namun, jika pemain gagal melompat maka pemain tersebut harus mengganti posisi dengan si pemegang tali hingga ada pemain lain yang juga gagal dan menggantikan posisinya.
Ular Naga
Permainan ini dilakukan secara berkelompok yang biasa dimainkan di luar rumah pada sore hari. Permainan ular naga akan lebih menyenangkan jika dilakukan di area yang luas seperti lapangan atau taman dengan diikuti 5 – 10 orang pemain. Para pemain berbaris melewati ‘gerbang’ yakni dua pemain yang berdiri berhadapan dan saling berpegangan tangan di atas kepala. Sambil menyanyikan lagu, pemain yang berbaris akan berjalan melewati si ‘gerbang’ sampai akhirnya salah satu pemain akan ditangkap oleh ‘gerbang’ dan memilih ‘gerbang’ mana yang menjadi pilihan.
Layang – Layang
Layang – layang, layangan atau wau adalah lembaran bahan tipis berkerangka yang terhubungkan dengan tali atau benang ke daratan atau pengendali yang kemudian diterbangkan ke udara dengan memanfaatkan kekuatan hembusan angin sebagai alat pengangkatnya. Selain terkenal sebagai permainan, layangan juga memiliki fungsi ritual, alat bantu memancing atau menjerat, alat bantu penelitian ilmiah, serta media energi alternatif.
Gasing
Disebut juga gasing, gangsing atau panggal, merupakan permainan yang bisa berputar pada poros dan seimbang pada suatu titik. Cara memainkannya tidak lah sulit, yang terpenting adalah si pemain tidak boleh ragu – ragu saat melemparkan gasing ke tanah.
Patah Pinggang
Cara memainkannya: Cari satu buah batu yang gepeng, yang bisa diposisikan berdiri di atas tanah. Dan satu batu yang gepeng pula yang jadikan senjata untuk masing-masing anak. Kemudian sekumpulan anak beradu dengan hompimpa untuk mengundi urutan siapa yang akan bermain duluan. Setelah ditemukan urutan anak yang akan bermain, maka dimulailah permainan dengan meletakkan batu milik masing-masing anak di atas punggung kaki, kemudian dengan jarak yang ditentukan, kaki tersebut diayunkan kemudian diarahkan ke batu gepeng yang posisinya berdiri di atas tanah sebagai titik acuan, jika batu gepeng yang di atas tanah tersebut jatuh hingga posisinya tertidur, maka anak tersebut boleh melanjutkan permainan dengan gaya lempar batu gepeng hingga sampai pada posisi yang namanya patah pinggang. Namun jika belum berhasil, anak tersebut akan digantikan oleh teman lain dengan urutan selanjutnya, dan anak yang kalah tadi harus mengantri lagi pada urutan terakhir. Posisi patah pinggang tersebut adalah seperti posisi menungging, namun posisi menunggingnya terbalik, kepala di arahkan ke belakang mengarah pada punggung belakang kita, kemudian dengan posisi tersebutlah seorang anak melempar batu gepengnya ke arah batu gepeng acuan dengan pandangan seperti kaki di kepala, kepala di kaki.
Kuda Loncat
Cara memaninkannya: Satu orang anak diposisikan sebagai tiang yang akan diadu untuk suit pada lawan. Satu anak yang kalah pada sesi hompimpa harus bersedia memposisikan dirinya seperti kuda yang tertunduk seperti hendak rukuk pada saat sholat, dan tangannya bersandar pada anak yang menjadi tiang tadi. Lalu anak-anak lain yang menang pada sesi hompimpa, mereka berbaris satu persatu untuk menaiki punggung si kuda tadi secara bergantian, kemudian adu suit pada si anak tiang, jika si anak yang menunggang menang, maka dia harus berbaris lagi di belakang teman yang lain untuk menunggangi kuda lagi, namun jika si anak yang menunggangi kuda tersebut kalah, maka dialah yang akan berganti menjadi kuda. Begitu seterusnya.
Sambar Elang
Cara memaninkannya: Dua anak yang kalah pada saat mengundi hompimpa harus mengambil posisi jongkok dengan tangan saling membentang, kedua anak ini memposisikan tubuh mereka seperti pintu gerbang. Kemudian kedua anak tersebut mengepak-ngepakkan tangan mereka layaknya seekor burung elang dengan gerakan yang berlawanan. Lalu anak-anak lain bergantian melompati kepakan tangan kedua anak tersebut, lompatan tersebut tidak boleh mengenai kepangan tangan sang elang, bila terkena harus menggantikan salah satu dari anak yang tadinya menjadi elang.
Patok Lele
Cara memaninkannya Sekumpulan anak dibagi menjadi dua kelompok, yang kemudian mencari potongan kayu dalam dua bagian, yang panjang menjadi induk dan yang pendek menjadi anak. Kemudian menggalih lubang kecil di atas tanah, setelah itu letakkan anak kayu di atas lubang, lalu kelompok anak yang mendapat giliran untuk main harus melayangkan anak kayu dengan sabetan induk kayu ke arah lawan yang sudah berpencar mengatur posisi untuk menangkap anak kayu yang akan terlempar. Jika anak kayu tertangkap oleh kelompok lawan, maka posisi main digantikan oleh lawan.
Tak Tik Bum Wer
Cara memaninkannya: Empat orang anak membentuk lingkaran dan duduk di atas lantai, masing-masing anak memegang alih julukan hukuman, diantaranya tak, tik, bum dan wer. Kemudian saling menghempaskan jari tangan ataupun jari kaki ke atas lantai setelah dikatakan secara serentak kalimat tak tik bum wer, yang artinya tak berarti jitak, tik berarti selintik, bum berarti terkena bum namun bum di sini diartikan bahwa telapak tangan akan dipukul dengan gumpalan satu tangan, wer berarti jewer. Jika hitungan jari berhenti di kata wer, maka anak yang mengambil alih kata wer anakn menjewer tiga anak lainnya. Begitu seterusnya.
Yaoma-Yaoma
Cara memaninkannya: Ini merupakan permainan yang saling mengadu nyanyian. Dua kelompok anak masing-masing bergandeng dengan kelompoknya lalu secara bergantian menyanyikan semboyan Kami ini orang kaya yaoma-yaoma. Kemudian kelompok lain membalas Kami ini orang miskin yaoma-yaoma. Titik penghabisan permainan ini adalah ketika salah satu kelompok yang mengaku miskin menyanyikan semboyan bahwa mereka menginginkan anak dari kelompok yang kaya, atau sebaliknya. Diantara yang kaya dan yang miskin sama-sama boleh meminta anak ataupun memberikan anak. Hingga habislah anak mereka, permainan akan diulang kembali.
Kereta Api
Cara memaninkannya: Sekelompok anak mengundi dengan hompimpa, dua anak yang terakhir kalah dalam hompimpa harus bersedia menjadi gerbong gereta api dengan saling merekatkan tangan mereka berdua dan saling berhadapan lalu dibentangkan ke atas. Kemudian anak-anak lain saling membahu mengitari gerbong kereta api tersebut sembari menyanyikan lagu naik kereta api. Kemudian setelah lagu kereta apinya selesai maka dua anak yang menjadi gerbong kereta api tersebut akan menangkap salah satu dari anak yang mengitari gerbong kereta. Kemudian dua anak yang menjadi gerbong kereta api tadi berkompromi untuk memilih satu diantara kata benda yang telah disepekati untuk menjadi kata kunci yang akan ditawarkan pada anak yang tertangkap tadi. maka anak tersebut harus memilih satu diantara dua kata kunci, kata lunci yang dipilih akan menentukan siapa yang akan menjadi induknya setelah permainan kereta api ini usai. Karena setelah anak-anak yang tertangkap memilih induknya, maka akan diadu kembali dengan induk lawan dengan cara bermain tarik tambang.
