Setiap orang pasti pernah memiliki rasa takut tak terkecuali anak-anak kita, rasa takut terhadap binatang, bayangan hantu dan hal-hal lain yang menurut mereka itu menyeramkan. Tak sering pula rasa takut yang dimiliki anak membuat kita orangtua sering kelabakan untuk menghadapinya, karena rasa takut yang dimilikinya membuatnya takut ketika sendiri, takut ke kamar mandi, takut gelap bahkan akan menangis histeris jika mengunjungi tempat baru. Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa sifat penakut pada anak bisa jadi disebabkan oleh kebiasaan orangtua yang membuat anak selalu ragu dan panik menjadi lebih mandiri.
Seorang Psikolog bernama Jodie Benveniste juga mengatakan bahwa kurangnya kehangatan yang diberikan orang tua bisa membuat anak merasa ketakutan hingga cemas. Atau justru sebaliknya, ketika orang tua terlalu protektif dan mendikte buah hatinya, si kecil akan tumbuh menjadi anak yang takut bertindak sesuai dengan kehendaknya. Dan tanpa sadar ternyata rasa takut yang dimiliki anak disebabkan oleh kebiasaan kita dalam mendidik mereka yang ternyata salah.
Berpikir Bahwa Mengontrol Anak Dengan Cara Berlebihan Adalah Baik Justru Malah Sebaliknya
Terbiasa tergantung pada orang tua membuat anak kita mengalami cemas berlebih ketika ia akan melakukan suatu kegiatan. Peran kita yang selalu ada untuknya dalam segala hal, bahkan tak pernah meninggalkannya untuk menyelesaikan suatu masalah yang dibuatnya menjadi kebiasaan. Yang tadinya kita pikir adalah peranan baik bagi orangtua ternyata menjadi alasan mengapa anak menjadi penakut. Mereka terbiasa bergantung kepada kita untuk segala sesuatunya, sehingga ketika menghadapi sesuatu yang diluar kemampuannya dia akan cenderung merasakan takut yang berlebihan. Meski pada dasarnya membantu anak menyelesaikan suatu masalahnya itu sah-sah saja, tapi kita perlu melihat situasi dan kondisinya. Sehingga dia memiliki ruang gerak untuk terbiasa menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa perlu merasa cemas atau takut lagi.
Menakut-nakuti Anak Yang Sering Kita Gunakan Jadi Solusi Ketika Mereka Susah Di Atur
Hal ini pasti sering kita lakukan, menakut-nakuti anak untuk sesuatu yang sebenarnya bukan jadi ketakutan, misalnya kita sering sekali berkata “Kalau kakak ga mau makan nanti disuntik dokter loh” kalimat yang kita pikir akan menbantunya untuk bisa makan lebih mudah, perlahan akan membentuknya menjadi anak yang memiliki pandangan bahwa seorang dokter itu adalah sosok yang akan menyakitinya dengan jarum suntik jika dia tidak mau makan dan perlu ditakuti. Yang sering berujung anak akan merasa takut sekali ketika harus bertemu sosok dokter, yang dalam pikirannya ia akan disakiti dengan jarum suntik, padahal belum tentu.
Tidak Menghargai dan Mengabaikan Pendapat Yang Sering Mereka Kemukakan
Sebagai orangtua kita pasti sering mendengarkan berbagai macam keinginan dan pendapat yang sering dilontarkan oleh anak, alih-alih merasa apa yang diungkapkanya kadang tidak penting kita malah mengabaikannya atau memintanya berhenti untuk mengungkap hal-hal yang sering diucapkannya itu. Ini akan membuatnya merasa patah semangat dan takut untuk mengungkapkan keinginannya lagi, ada baiknya kita berikan dia waktu untuk mengungkapkan pendapatnya dan mendengarkannya. Jika sekiranya hal-hal yang di utarakannya tidak penting, cobalah beri dia pengertian dengan bahawa yang mudah dipahaminya.
Memberinya Hukuman Untuk Beberapa Kesalahannya Mungkin Baik, Tapi Akan Berbeda Jika Hukumannya Terlalu Berlebihan
Memberi anak pelajaran ketika dia melakukan sebuah kesalahan memang wajar, tapi dengan hukuman yang berlebihan akan membuatnya menjadi sangat takut untuk mengulangi kesalahan yang sama. Bahkan ia akan memilih untuk tidak berbuat apa-apa lagi demi menghindari hukuman yang akan diterimanya, karena rasa cemas dan trauma yang telah dialaminya. Bebaskan dia melakukan sesuatu yang dia inginkan tapi tetap berdasarkan aturan yang disesuaikan, karena megekangnya hanya akan mengurasi rasa pencaya diri yang dimilikinya.
Coba Ingat Kembali Mungkin Saja Anak Kita Memiliki Pengalaman Pribadi Yang Memang Membuatnya Takut
Pengalaman tidak menyenangkan yang pernah di alami oleh anak juga menjadi salah satu faktor yang perlu kita perhatikan untuk penyebab mengapa ia menjadi penakut. Mungkin anak kita pernah dicakar kucing, atau di gigit serangga dan berbagai kejadian lain yang menyakitinya. Hal tersebut masuk dan terekam dalam memorynya sehingga ketika dai coba mengingat kembali hal tersebut ia akan merasa takut karena benda atau binatang itu pernah mencelakainya.
Kebiasaan Kita Dalam Menceritakan Kisah dan Cerita Fiktif Setan Yang Terlalu Menyeramkan
Memberikan anak cerita memang adalah salah satu yang perlu dilakukan, termaksud cerita-cerita fiktif yang bercerita tentang setan demi menumbuhkan rasa berani dalam dirinya. Akan tetapi kebiasaan kita yang sering menggambarkan setan dengan bentuk yang sangat menyeramkan membuat anak berimajinasi bahwa setan sangat menyeramkan dan menakutkan. Ini akan membuat mereka terbayang-bayang dan akan mempengaruhi rasa takut yang mereka miliki,
Niat Orangtua Yang Ingin Memotivasi Dengan Memberikan Perbandingan Malah Berujung Pada Rasa Takut
Sering menjadikan anak sebagai objek untuk perbandingan dengan anak lain malah mungkin bisa jadi salah satu cara untuk memotivasinya. Tapi jika hal ini dilakukan dengan salah hasilnya malah membuat anak menjadi kurang percaya diri dan takut untuk mulai melakukan sesuatu yang baru lagi. Ia akan merasakan bahwa akan ada teman lain yang akan lebih hebat dairnya dan selalu menjadi bahan perbandingan denganya. Biarkan ia melakukan banyak hal meski salah, justru dari kesalah itu dia akan belajar banyak. Kita hanya perlu mengawasi dan membimbingnya.
Untuk menghilangkan rasa takut yang berlebihan pada anak kita perlu memerhatikan pendidikan yang diterimanya, baik dari guru disekolah dan dari kita orangtuanya dirumah. Jangan biarkan rasa takut membuat dirinya enggan untuk melakukan hal-hal baru yang penting bagi perkembangannya. Dan berhentilah untuk menakutinya hanya karena dia tak mengikuti kemauan kita, tanamkan kepada mereka bahwa kita sebagai orangtua siap untuk membantu dan mendukungnya untuk menjadi anak yang lebih berani lagi dengan penuh cinta.
