Pada akhir tahun, saya dirawat di Rumah Sakit di kota saya karena memiliki gejala pre-eklampsia. Setelah menghabiskan malam di rumah sakit dan melakukan USG, ternyata saya diberi tahu bahwa bayi saya tidak bergerak dan aliran darah melalui plasenta sudah banyak berkurang.
Saya dilarikan ke Rumah Sakit yang lebih lengkap fasilitasnya dengan menggunakan ambulan. Lalu, tubuh saya dipindai lagi untuk mendapat opini kedua dan kemudian disiapkan agar bisa melahirkan bayi. Saya baru mengandung selama 26 minggu dan rupanya janin telah berhenti tumbuh beberapa minggu sebelumnya. Bisa jadi, janin telah mengambil nutrisi dari plasenta, maka ia akan bertahan lebih awal, meski tidak mungkin untuk bertahan selama satu malam.
Kami berulang kali diingatkan oleh pihak rumah sakit bahwa anak kami, katakanlah namanya Riki, akan lahir dalam keadaan sakit. Ya, itu terjadi. Riki lahir dengan berat 780grams dan dibawa langsung ke bagian perawatan intensif neonatal.
Malam itu kursi roda saya didorong ke atas untuk melihat Riki. Ternyata tubuhnya sangat kecil, tertutup kabel-kabel pernafasan dan benda-benda medis yang lainnya, serta kulitnya sangat merah laksana kepiting rebus yang membuat saya bisa melihat bagian dalam kulitnya. Sepertinya Riki tidak perduli dengan semua alat kesehatan itu dan saya berharap nanti akan rajin membawanya ke posyandu setelah semua ini selesai.
Riki selamat melewati malam pertamanya dan kondisinya terus mengalami pasang surut sampai ia berusia 1 minggu. Kejadian ini adalah trauma besar pertama kami dan kami memiliki keluarga besar yang mulai mengatakan selamat tinggal, seakan-akan dia sudah meninggal. Tapi saya menolak. Saya tinggal di rumah sakit selama berminggu-minggu bersama suami saya sehingga kita bisa menjadi dekat dengan Riki.
Bayi itu Bernama Riki
Riki memiliki banyak infeksi di dalam dadanya, pneumonia, pendarahan di dalam dalam otak, paru-parunya yang terasa ditusuk, dan semua penyakit rasanya datang menyerangnya. Dia mendapatkan ASI melalui tabung, tapi hal ini kemudian dihentikan dan akan dimulai lagi tergantung pada kesehatannya.
Riki terus mengejutkan para dokter dengan kekuatannya untuk merespon, namun berat badannya masih rendah. Ia terkenal di unit neonatal saat ia membuat semua orang berhenti dan menatap boxnya yang membiru! Dia selalu dalam perawatan intensif dan tidak dapat dipindahkan ke ruang lain. Terlalu berbahaya untuk memindahkannya.
Seminggu lamanya, saya duduk sepanjang hari di unit memegang tangan Riki dan berbicara dengannya, sementara suami saya datang sebelum dan setelah bekerja untuk duduk di samping inkubator. Setelah 7 minggu berlalu, kami menemukan diri kami menangis ketika mengingat bagaimana kami tidak pernah bisa memberinya ciuman. Dokter membantu dengan memungkinkan kami untuk mendekap Riki yang pertama kalinya. Saya tidak bisa menjelaskan bagaimana fantastis perasaan itu dan kami berdua pun mendekapnya erat dan menghabiskan hari tersenyum.
Kami mampu membuat Riki keluar dari inkubator beberapa kali lagi, tapi setelah seminggu kami menyadari perutnya semakin membengkak. Riki didiagnosa dengan infeksi yang paling serius dan dipindahkan ke rumah sakit anak-anak untuk operasi. Kami diberitahu bahwa ia mungkin tidak bertahan dalam perjalanan ini, apalagi operasi. Ternyata anak pemberani saya selamat. Malam berikutnya ia dipindahkan kembali ke unit neonatal dimana ia dimonitor karena ia terlihat sangat sakit.
Keesokan harinya, ketika Riki persis berusia sembilan minggu. Kami diberitahu bahwa ia memiliki banyak titik rasa sakit dan kami harus membuat keputusan paling sulit dari hidupnya: mematikan mesin yang mendukung kehidupannya dan melepas semua alat bantu medisnya. Riki pun meninggal. Kami berdua memeluknya saat ia meninggal. Kemudian, bersama dengan perawat, ia dimandikan dan diberikan pakaian. Lalu kami membungkusnya dengan selimut dan membawanya pulang
Bayi mungil kami telah berada di tempat yang tidak mengenal rasa sakit. Enam tahun yang lalu. Kami telah menjalani begitu banyak hal dalam hidup, tapi waktu dengan keluarga adalah yang paling berharga dan saya tidak akan pernah mengubah hal itu.
Ini merupakan Kisah nyata, dengan nama dan lokasi yang telah diubah, tapi mungkin banyak kejadi lain menimpa riki-riki lain di Indonesia tercinta ini. Riki tentu punya akses ke fasilitas kesehatan dan di dampingi tenaga kesehatan yang terlatih. Bayangkan Ibu dan riki lainnya, mereka tak mendapat layanan dan fasilitas kesehatan baik.
Tahu kah Anda, jika saat ini di Indonesia ada 200 bayi baru lahir yang meninggal setiap harinya, berarti setiap #7Menit ada satu bayi meninggal sebelum mencapai usia 28 hari. Penyebab kematian bayi ini dapat dicegah dengan memastikan setiap ibu melahirkan dengan didampingi tenaga kesehatan yang terlatih.
Mari bersama mendorong pemerintah untuk memastikan jaminan persalinan bagi setiap ibu hamil dan jaminan kesehatan untuk ibu dan bayi baru lahir. Caranya? dengan mengisi petisi disini
