Salah satu yang paling berbahaya yang dilakukan orangtua kepada anak adalah memberi label atau cap kepada anak. Karena dengan memberi label, anak anda telah mencap dirinya sebagai anak yang sesuai dengan label yang diberukan.
Mengacu pada sebuah definisi, label adalah suatu kata atau kalimat yang ditujukan untuk menggambarkan tentang keadaan seseorang terkait dengan perilaku, keadaan fisik atau keadaan intelektual.
Di kehidupan sosial kita memberikan labeling merupakan hal yang dianggap wajar. Masyarakat sudah terbiasa untuk memberikan label pada seseorang, tanpa memahami kondisi orang atau anak seutuhnya.
Panggilan sayang yang mengarah ke bentuk fisik adalah Labeling yang tanpa sadar telah dilakukan orangtua
Kata-kata labeling pada anak seperti, “Dasar kamu anak pemalas”, atau “Kamu kegemukan, makanya pakai baju apa saja tidak ada yang cocok”, atau “Kamu kok lemot sih, nggak pinter seperti kakakmu?”
Bentuk labeling yang tanpa sadar yang telah dilakukan oleh orangtua adalah memberikan julukan atau panggilan sayang yang mengarah ke bentuk fisik. misalnya sebutan “gemuk”, “chubby”, atau “tembam” yang dianggap lucu dan menggemaskan oleh para orangtua ternyata dapat menciptakan body image yang negatif.
Menurut Psikolog Anak dan Keluarga, Sutji Sosrowardojo seperti dikutid dari liputan6.com (1/8/2016) “Labeling sangat buruk efeknya untuk perkembangan anak. Sayang, labelling ini terkadang datang dari orangtua yang tanpa sadar memanggil anaknya dengan ‘sini anak mama yang gemuk’. Pada saat itu dia merasa body image-nya negatif, yang membuatnya merasa jelek, sehingga dapat mengganggu semuanya,”
Sekalipun di usia prasekolah anak belum memahami makna sebenarnya dari kata-kata label itu, namun anak bisa merasakan sesuatu yang tak nyaman dengan dilontarkannya label itu. Anak seakan-akan tak diterima dengan adanya label itu, ada sesuatu yang ditolak. Jadi, anak tak tahu apa itu label baginya. Ia hanya merasakan sebagai sesuatu yang tak mengenakkan, merasa tak nyaman.
Bentuk Protes anak ketika diberika labeling
Ketika diberi label, bukan berarti anak diam saja. Anak akan melampiaskan perasaan tak nyaman itu dengan berbagai cara sebagai bentuk protes.
Bentuk protesnya berbeda dengan anak remaja. Jika anak remaja ketika dibilang nakal maka sengaja akan dibuat nakal. Berbeda dengan balita, dalam bentuk mengompol (padahal sebelumnya anak sudah tak mengompol), mimpi buruk, menangis, menggigit-gigit kuku, menolak mengerjakan sesuatu, dan sebagainya.
Hati-hati, Ini Dampak Negatif dari Lebeling
Label negatif akan mengusik kepercayaan diri, harga diri dan konsep dirinya
Anak memandang dirinya sebagaimana yang orang lain pikirkan, apalagi jika ia menerima label tersebut dari orangtuanya sendiri. Anak akan yakin 100% bahwa apa yang disampaikan orangtua tentang dirinya adalah benar, sehingga mempengaruhi perilakunya.
Anak yang diberi label akan merasa ketakutan menjadi bahan ejekan, sehingga lebih cenderung menyendiri, akibatnya ia kurang terampil untuk bersosialisasi dengan orang lain.
“Memberikan label kepada anak bisa berbahaya bagi kepercayaan diri anak. Semakin hari jika orangtua sering mengatakan hal tersebut anak semakin yakin akan kebenaran kata-kata yang disampaikan orangtua,” terang pakar pengasuhan anak usia dini Komunitas Rumah Pencerah, Nurbaeti Rachman
Pemberian label negatif pada anak juga akan mengabaikan potensi yang ada pada anak
Misalnya saja ketika orangtua mengatakan “anak bodoh”, maka anak akan menyesuaikan dirinya dengan label tersebut sehingga tidak memiliki motivasi mengeksplorasi kemampuannya yang lain seperti kreativitasnya.
