Parenting

Kenapa Harus Membentak Bila Masih Sanggup Menasehati?

Saat marah, ada kalanya orangtua tak bisa menghindari untuk tak membentak anak. Akhirnya banyak orang yang bertanya-tanya, bagaimana caranya demi mencegah hal tersebut tak terjadi lagi. Apalagi, orangtua pasti pernah merasa sangat marah sampai seolah-olah murka akibat ulah buah hatinya. Belum lagi, usaha dalam mengendalikan amarah bukanlah hal yang mudah lho Bun.

Sebagai orangtua muda, teknik mengendalikan emosi jadi tantangan tersendiri. Namun ingat lagi Bun, kenapa Bunda harus membentak bila kita masih sanggup menasehati? Di lain sisi, kunci mengendalikan amarah sebenarnya tetap bisa kita lakukan. Akan tetapi, bila Bunda tak punya perencanaan atau strategi yang matang dalam mengatasi amarah, alih-alih menasehati, yang ada Bunda mungkin akan kian emosi.

Walaupun kami percaya, hanya segelintir orangtua yang terbiasa membentak anak. Sementara yang lain tentu masih berusaha mengatasi kebiasaan buruk ini. Lalu mesti bagaimana? Jika Bunda benar-benar ingin bisa berhenti membentak saat memarahi anak, tak peduli seberapa marah pun Anda, ada beberapa hal yang bisa dilakukan yang disarankan oleh Lifehacker.

Tinggalkan ‘Area Konflik’ Sejenak ya Bun

Biasanya anak-anak senang bikin ‘ulah’ bila sedang di rumah. Hal-hal seperti mengacak-acak mainan, corat coret tembok atau bidang kosong sudah jadi pemandangan lumrah bagi bunda. Bila hal ini sedang terjadi dan merasa emosi sudah mulai meluap, mintalah pasangan untuk mengambil alih.

Ya, Bunda perlu meninggalkan sejenak lokasi kejadian yang bisa disebut ‘area konflik’, hal ini bukan berarti Bunda melimpahkan masalah pada pasangan, melainkan mencari cara untuk mengontrol diri. Dengan pergi ke tempat yang lebih tenang sejenak, biasanya kepala mereka jadi lebih dingin.

Ketika situasi sebaliknya terjadi, jangan segan untuk segera mengambil alih masalah, ketika melihat terlebih bila pasangan mulai kewalahan.

Tak Apa, Biarkan Si Kecil Tahu Bundanya Sedang marah

Saat marah, alih-alih membentak, tarik napas panjang dan bilang pada anak, “Bunda sedang marah sekarang.” Ada tipikal anak yang mudah mengerti, sehingga saat Bunda mengatakan demikian, ia akan berhenti sejenak dari aktivitasnya.

Tapi seringnya, mereka akan melawan balik dan bilang, “Aku juga marah,” atau, “Tidak, bunda tak boleh marah.” (argumen ini biasanya dilontarkan oleh anak-anak yang lebih kecil). Namun apapun reaksi mereka, setidaknya hal ini sudah bisa menjalin komunikasi.

Setelahnya, Bunda bisa meninggalkan buah hati sejenak dan berikan waktu padanya untuk menenangkan diri. Atau Bunda bisa menggendong anak atau memangkunya dan bilang, “Coba kita sekarang diam dulu sebentar sampai tenang.” 

Sumitha Bhandakar, pendiri komunitas afineparent.com, menerapkan trik ini yang ia dapat dari buku Peaceful Parent, Happy Kids: How to Stop Yelling and Start Connecting. Berdasarkan pengalamannya, trik ini sukses membuat putrinya yang baru berusia 5 tahun jadi tenang usai mengamuk.

Jadikan Alasan Berkegiatan Lain Sebagai ‘Batas Waktu’ Konflik Antara Bunda dan Buah Hati

Belajarlah memberikan nasehat daripada marah-marah pada anak. Salah satu nasehat yang perlu Bunda lakukan, biarkan anak mengerti mengenai ‘batas waktu’ konflik antara Bunda dengan si kecil. Begini misalnya,

“Bunda sangat marah sekarang, jadi bunda akan mencuci piring dan mencoba menenangkan diri. Nanti pas bunda selesai, bunda tidak akan marah lagi.”

Ucapan ini biasanya akan memicu rengekan atau tangisan si kecil yang tak mau marah pada Bundanya. Setelahnya, jangan meninggalkan anak begitu saja ya Bun. Tapi jelaskan bahwa Bunda tak marah padanya dibarengi dengan ‘batasan waktu’ seperti ini misalnya, “Bunda tidak marah sama kamu, ibu masih sayang kamu. Tapi kamu enggak selesai-selesai makannya dari tadi, dan sekarang sudah malam sekali.”

Awalnya anak mungkin akan terus merengek karena keinginannya tidak terkabul. Tapi, biasanya setelah itu mereka akan diam dan melakukan apa yang Bunda minta. Setelah semuanya selesai, jangan lupa untuk memeluk anak untuk memastikan dia tahu semuanya baik-baik saja.

Bereskan Mood Bunda dengan Memakai Perspektif Bunda Saat Dulu Masih Kanak-kanak

Seringkali menenangkan diri adalah dengan menempatkan segalanya pada perspektif yang benar. Sebelum Bunda hilang sabar karena si kecil yang sukar dinasehati, ada baiknya Bunda berpikir lagi. Bukankah demikian adanya anak-anak yang sedang tumbuh?

Mereka begitu aktif dan enggan dikekang. Dulu, saat Bunda masih kecil pun pasti melakukan hal serupa. Tentu Bunda pun ingin terus bermain, kan. Memang begitulah anak-anak. Jadi, tidak ada gunanya marah-marah. Tarik napas panjang, dan pikirkan cara lain agar dia mau melakukan apa yang Bunda mau. Pelan-pelan, berikan nasehat yang bisa diingat dan diterapkan si kecil.

Bunda Juga Bisa Menggunakan Cerita yang Ada untuk Menghadapi Anak yang Tantrum 

Kebanyakan anak-anak suka sekali mendengar cerita. Sebagai orangtua, kemampuan bercerita sebenarnya perlu diasah orangtua setelah anak mereka lahir adalah, bagaimana mengarang cerita yang baik. Kenapa? Karena cerita bisa Bunda gunakan sebagai “senjata” saat menghadapi anak yang tantrum dan tidak mau mendengarkan Bunda.

Begini misalnya: Anggap saja tokoh kesukaan anak adalah Mickey Mouse. Jadi ketika anak sedang tidak mau tidur siang, tak peduli bagaimana pun Anda membujuknya. Lalu mulailah dengan mengatakan,

“Kamu tahu enggak apa yang terjadi pada Upin dan Ipin waktu mereka enggak mau tidur siang?”

Pancing anak untuk naik ke kasur, dan lanjutkan cerita saat kondisinya sudah berbaring. Saat cerita usai, biasanya anak juga sudah hanyut ke alam mimpi. Lakukan hal yang sama untuk kasus-kasus lain, seperti ketika anak tidak mau makan, tidak mau menggosok gigi, dan lain-lain yuk Bun.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.


Parenting

Tugas dan Tanggung Jawab yang Wajib Dilakukan Sebagai Orangtua

Setiap orang tua mempunyai tugas dan tanggung jawab tersendiri terhadap anak. Mengingat masa depan anak berawal dari tanggung jawab dan tugas yang dilakukan oleh orang tuanya. Dengan kata lain, mempunyai anak yang baik, tentu orang tua wajib memenuhi hak-hak anak. 

Pada umumnya ada lima tugas dan tanggung jawab orang tua terhadap anaknya yang harus dipenuhi. Kewajiban tersebut meliputi mengajarkan nilai-nilai agama, kepribadian dan lainnya. Selengkapnya mengenai apa saja kewajiban dan tugasnya, berikut penjelasan lengkapnya.

Mengajarkan Nilai-nilai Agama Kepada Anak Sedari Dini

Tugas dan kewajiban orang tua yang paling utama dan pertama yaitu mengajarkan nilai-nilai agama. Bahkan, ajaran ini harus diberikan kepada anak sejak dini agar saat menginjak remaja lebih mudah untuk mengarahkannya. 

Sedangkan untuk mengajarkan nilai-nilai agama bisa dilakukan dengan berbagai cara seperti mengajar nya ke tempat ibadah, mengenalkan kitab suci dan mengajarkan doa harian. Saat anak masih kecil dan belum bisa menirukan, tapi dia akan merekamnya.

Membentuk Kepribadian Anak yang Baik

Kewajiban orang tua yang selanjutnya yaitu membentuk kepribadian anak. Mengingat orang tua merupakan pendidikan pertama dan utama bagi seorang anak, Orang tua harus menanamkan kepribadian yang baik kepada anak sejak dini.

Kepribadian baik yang dimaksudkan yaitu nilai-nilai moral. Sedangkan untuk membentuk kepribadian yang seperti ini caranya cukup mudah, orang tuanya perlu memberikan kasih sayang yang penuh dan menciptakan lingkungan keluarga nyaman serta memberikan contoh. 

Menanamkan Nilai-nilai Sosial yang Patut Ditiru Kepada Anak

Menanamkan nilai-nilai sosial sejak dini juga menjadi salah satu tanggung jawab orang tua terhadap anaknya. Nilai-nilai sosial yang harus ditanamkan seperti menjaga kebersihan lingkungan, gotong royong, menjaga kedamaian, saling menghormati dan tolong menolong.

Jika sejak dini sudah diajarkan beberapa nilai sosial tersebut, anak akan tumbuh menjadi seseorang yang lebih peduli terhadap sesama terutama keluarganya. Tentu saja nilai-nilai sosial ini akan tetap dibawa hingga dewasa. 

Mengajarkan Anak Tentang Apa itu Tanggung Jawab

Tugas dan tanggung jawab orang tua terhadap anak yang selanjutnya yaitu mengajarkan tanggung jawab. Setidaknya jika harus seperti ini sudah diajarkan sejak dini, kedepannya saat sudah dewasa anak akan lebih bertanggung jawab terhadap apa yang sudah dilakukannya.

Cara yang seperti ini bisa dilakukan dengan membuat batasan-batasan. Jadi, nantinya jika Anang melanggar batasan-batasan tersebut bisa diberikan hukuman atau penjelasan mengenai konsekuensi. Bahkan, Tidak ada salahnya juga untuk melibatkan anak dalam membuat Hukuman dan peraturan.

Mengajarkan Kemandirian

Tidak selamanya anak dapat bergantung dengan orang tuanya. Kenapa sejak dini penting untuk mengajarkan kemandirian terhadap anak. Lebih tepatnya kemandirian ini sudah bisa diajarkan saat anak mulai berusia 2 atau 5 tahun. 

Salah satu cara yang bisa diterapkan untuk mengajarkan kemandirian kepada anak yaitu mengajarkan keterampilan yang memang sesuai dengan usianya. Selain itu, ada juga untuk mengajarkan kepada anak jika mengendalikan emosi sangatlah penting. 

Membantu Anak Mengembangkan Bakatnya

Orang tua juga mempunyai tanggung jawab dan tugas untuk membantu anak dalam mengembangkan bakatnya. Dengan kata lain jika anak bisa mengembangkan bakatnya tentu dapat lebih mandiri ke depannya dan lebih bertanggung jawab.

Apalagi di usia tersebut anak belum memahami apa yang disukainya, sebagai orang tua bisa melihat dari apa yang paling sering dilakukannya. Jika melihat hal yang seperti itu, segera lakukan berbagai upaya untuk mengembangkan bakat tersebut dengan menyediakan berbagai media pendukung.

Dampak Negatif Orang Tua Tidak Melakukan Tugas dan Tanggung Jawabnya

Mengetahui apa saja tanggung jawab dan tugas orang tua terhadap anaknya, tentu kurang lengkap jika tidak mengetahui dampak negatif jika tidak melakukan tanggung jawab tersebut. Berikut ini beberapa dampak negatifnya yang bisa didapatkan.

Anak Akan Jadi Tidak Percaya Diri

Salah satu dampak negatif jika orang tua tidak melakukan tugas dan tanggung jawabnya terhadap anak yaitu kurang percaya diri, sehingga bisa menghambat keberhasilan. Anak yang seperti ini cenderung minder jika bergaul dengan orang yang ada di luar rumah. 

Lebih tepatnya orang yang seperti ini akan mengurangi interaksi dengan orang lain. Padahal yang namanya kehidupan bersosial menjalin interaksi dengan masyarakat sangat diperlukan, lagi menjelang dewasa hal tersebut sangat butuh..

Hubungan Anak dengan Orang Tua Tidak Terjalin

Dampak negatif lain yang didapatkan jika orang tua tidak melakukan tanggung jawabnya yaitu hubungan antara keduanya tidak terjalin dengan baik. Padahal sebenarnya orang tua menjadi tempat yang paling dibutuhkan anak untuk menceritakan pulang.

Jika hubungan antara keduanya tidak baik, maka tidak akan terjadi keterbukaan dan bisa menyebabkan emosional tidak dapat terkontrol. Ditambah lagi dengan perhatian orang tua yang tidak pernah diluangkan untuk anaknya, seperti ini akan lebih parah. 

Anak Bisa Mengalami Gangguan Perilaku

Tugas dan tanggung jawab orang tua terhadap anak memang cukup banyak, bukan berarti tidak bisa dilakukan. Jika saja orang tua menyepelekan tugas dan tanggung jawabnya, Salah satu dampak negatifnya yaitu anak mempunyai kekuatan berlaku.

Saya saja suka membuat onar untuk menarik perhatian banyak orang, bullying terhadap temannya dan suka mencuri. Tanpa disadari sebenarnya anak melakukan hal-hal yang seperti itu agar orang tuanya lebih perhatian.

Itulah penjelasan mengenai beberapa tanggung jawab dan tugas orang tua terhadap anaknya yang wajib untuk dilakukan. Tentu jika tanggung jawab tersebut terpenuhi, berpengaruh penting terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak di masa depan dan bisa dikatakan sebagai modalnya.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.


Parenting

Maksimalkan Perkembangan Kognitif Anak Sebelum Ia Berusia 5 Tahun

Mempunyai anak yang dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal merupakan impian setiap orang tua. Inilah kenapa diperlukan upaya memaksimalkan tahapan perkembangan kognitif anak usia 0-5 tahun. Jadi, disini peran orang tua sangatlah penting dalam perkembangan kognitif anak.

Pahami Dulu Apa Itu Pengertian Kemampuan Kognitif Anak

Sebelum membahas mengenai cara yang bisa dilakukan untuk memaksimalkan perkembangan kognitif anak, penting untuk mengetahui pengertiannya. Secara umum, kemampuan kognitif merupakan proses di mana anak dapat menerima pengetahuan dan informasi. 

Selain itu, kemampuan kognitif juga bisa diartikan sebagai keterampilan otak anak yang sangat diperlukan kan dalam menyelesaikan tugas sederhana sampai yang kompleks. Meskipun begitu, bukan berarti kemampuan tersebut dapat berkembang tanpa adanya upaya manusia. 

Inilah Kenapa sebagai orang tua penting untuk mengetahui kemampuan tersebut. Apalagi jika dibandingkan kemampuan yang dimiliki anak-anak dan orang dewasa sangatlah berbeda. Dengan kata lain, di sini orang tua harus memberikan dukungan atau stimulasi perkembangan kognitif. 

Cara Memaksimalkan Perkembangan Kognitif Anak 0-5 Tahun

Anak di usia 0-5 tahun mempunyai perkembangan kognitif yang berbeda. Contoh cara untuk memaksimalkan perkembangan tersebut di setiap tahunnya juga berbeda. Selengkapnya berikut ini penjelasan mengenai cara-caranya di setiap usia anak. 

1. Memaksimalkan Perkembangan Kognitif Usia 0-6 Bulan

Anak di usia 0-6 bulan sudah mulai menunjukkan kemampuannya dalam menunjukkan reaksi terhadap suara. Bahkan, di usia ini anak juga sudah mulai bisa mendekati sumber suara tersebut. Sedangkan untuk memaksimalkan perkembangan kognitifnya, terapkan beberapa cara ini.

  • Mengajak anak untuk berbicara agar dapat memastikan Apakah sudah bisa merespon dengan melihat wajah Anda.
  • Sering-seringlah membacakan buku kepada anak dan menunjuk gambarnya. 
  • Melakukan berbagai aktivitas yang tidak akan membuat bayi bosan dan rewel.
  • Berikan mainan dengan jarak jauh dan masih terlihat anak. 

2. Memaksimalkan Perkembangan Kognitif Usia 6-9 Bulan

Tahapan perkembangan kognitif anak usia 0-5 tahun, terutama di usia 5-9 bulan sudah mulai mempunyai kemampuan seperti menggenggam benda. Bahkan, di usia ini anak juga sudah bisa memindahkan benda dari satu tangan ke tangan yang lainnya. Tentu untuk memaksimalkan perkembangan kognitif ini, terapkan beberapa cara berikut.

  • Saat anak mempunyai kemampuan atau keterampilan baru, berikan pujian.
  • Berikan mainan di sekeliling anak.
  • Membacakan buku kepada anak saat menjelang tidur atau waktu lainnya.
  • Memberikan permainan yang bisa meningkatkan kemampuan berpikir seperti memasukkan benda ke dalam lubang.
  • Mengajak anak untuk bernyanyi dan mendengarkan musik.

3. Memaksimalkan Perkembangan Kognitif Anak Usia 9-12 bulan

Anak di usia ini sudah bisa sudah mempunyai kemampuan membedakan benda sesuai dengan fungsinya. Misalnya saja cangkir untuk minum, sendok untuk makan dan lain sebagainya. Sedangkan untuk memaksimalkan perkembangan ini, orang tua wajib melakukan beberapa cara berikut. 

  • Memberikan anak berbagai mainan maupun benda.
  • Mengajak anak untuk bermain petak umpet dan bertepuk tangan.
  • Mengajak anak bermain mencari barang-barang yang hilang.
  • Mengajarkan pengetahuan baru mengenai sebab akibat. 

4. Memaksimalkan Perkembangan Kognitif Usia 1-2 tahun

Saat anak sudah berusia satu atau dua tahun, pengetahuannya mulai bertambah. Misalnya saja sudah memahami anggota tubuhnya. Bahkan, sudah paham mengenai benda-benda yang ada di sekitarnya. Sedangkan cara memaksimalkan perkembangan kognitif tersebut, berikut cara-caranya.

  • Mengajak anak untuk mewarnai gambar dengan bentuk tertentu.
  • Mengajak anak untuk mencari mainan yang disembunyikan. 
  • Sering-seringlah memberikan arahan kepada anak seperti ambil mainan itu.
  • Bisa juga memberikan arahan untuk memasukkan mainan ke dalam keranjang.

5. Memaksimalkan Perkembangan Kognitif Usia 3-4 Tahun

Saat anak sudah menginjak usia 3 sampai 4 tahun, biasanya sudah mulai bisa bermain dengan temannya. Namun, di usia ini belum bisa untuk berbagai mainan atau sejenisnya. Tentunya untuk memaksimalkan perkembangan tersebut, terapkan beberapa cara berikut ini.

  • Mengajak anak melakukan sesuatu atau bermain peran.
  • Mengajak anak bermain menjadi pemimpin.
  • Mengajarkan anak mengenai lagu-lagu.
  • Mengajak anak untuk membantu aktivitas orang tua seperti memasukkan mainan ke dalam keranjang.
  • Mulai ajarkan mengenal angka-angka dan berhitung. 

6. Memaksimalkan Perkembangan Kognitif Anak Usia 4-5 tahun

Saat anak di usia 4 sampai 5 tahun sudah mulai bisa memahami konsep waktu seperti pagi, nanti, kemarin dan lainnya. Tentu di tahapan usia ini anak sudah mulai mengalami perkembangan dalam kemampuannya. Sedangkan untuk memaksimalkannya, Orang tua harus menerapkan beberapa cara berikut ini.

  • Memancing agar anak dapat menceritakan aktivitasnya.
  • Biasakan anak untuk bisa mengambil keputusan dengan cara memberikan pilihan.
  • Membantu anak dalam meningkatkan kemampuannya dalam berbahasa dan mengenalkan kata-kata yang akan sering digunakan. 
  • Membantu anak agar bisa menggunakan frasa dan kata yang tepat.
  • Ajak anak untuk menggambar semua anggota keluarga. 

Pentingnya Peran Orang Tua dalam Perkembangan Kognitif Anak

Dari penjelasan sebelumnya bisa diambil garis besar jika peran orang tua dalam perkembangan kognitif anak sangatlah penting. Dengan kata lain, tanpa bantuan dari orang tuanya terutama ibu, perkembangan kognitif anak tidak akan berkembang optimal.

Di sini, orang tua berperan sebagai pembimbing dan mengarahkan anak agar melakukan sesuatu yang nantinya bisa menjadi kebiasaan. Misalnya saja memimpin anak untuk bisa dispilin, mandiri dan membuat keputusan sendiri.

Tentunya untuk meningkatkan perkembangan kognitif anak bisa dilakukan sesuai dengan tahapan usianya. Mengingat setiap usia anak, mempunyai kemampuan tersendiri dan tentunya tidak dapat dipaksakan sama dengan usia yang selanjutnya. 

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.


Parenting

Hal yang Harus Orang Dewasa Lakukan dalam Membangun Kecerdasan Anak Usia 0-2 Tahun

Tahukah Anda jika peran orang dewasa dalam membangun pengetahuan anak usia 0-2 tahun, ternyata sangat diperlukan. Mengingat tanpa peran dari orang dewasa, pengetahuan yang anda miliki tidak akan berkembang dan begitu juga sebaliknya.

Kemampuan Sensorik dan Motorik Anak

Perlu diketahui jika perkembangan anak yang berusia 0-2 tahun berada di tahapan sensori motorik. Dengan kata lain pada usia tersebut, dalam membangun pengetahuannya anak akan mengandalkan aktivitas sensorik dan motorik. Selengkapnya berikut ini penjelasan mengenai perbedaan keduanya.

1. Kemampuan Sensorik

Kemampuan sensor merupakan kemampuan yang dimiliki seorang anak dengan memanfaatkan inderanya sebagai sarana untuk menangkap apapun yang ada di sekitarnya. Lebih tepatnya berikut ini 7 Indra yang sangat berperan penting dalam pengembangan sistem saraf anak. 

  • Taste merupakan stimulasi yang dimiliki anak atau manusia pada umumnya dan berhubungan dengan rangsangan indra pengecap. Tentu Indra yang satu ini sangat penting dalam pengembangan sistem saraf anak, karena dapat memperkenalkan rasa.
  • Taktil merupakan stimulasi yang dimiliki dan berhubungan dengan Indra peraba. Tentunya Indra ini sangat penting dalam pengembangan sistem saraf anak dan bisa dilakukan melalui tekanan maupun sentuhan.
  • Pendengaran merupakan rangsangan dari indra pendengaran dan termasuk stimulasi auditori. Jadi antara stimulasi auditori dan indra pendengaran sangat berhubungan. 
  • Penglihatan merupakan stimulasi visual yang saling berhubungan dengan rangsangan berasal dari indera penglihatan.
  • Penciuman merupakan stimulasi olfaktori yang sangat berhubungan dengan rangsangan berasal dari indera penciuman. Stimulasi ini terjadi dengan memberikan aroma wewangian atau sebaliknya.
  • Proprioception merupakan stimulasi yang sangat berkaitan dengan rangsangan pada persendian tubuh. Rangsangan ini menimbulkan adanya gerakan otot secara perlahan.
  • Vestiblular merupakan stimulasi yang sangat berkaitan dengan adanya rangsangan terhadap keseimbangan tubuh. Sedangkan untuk melakukan stimulasi ini bisa dengan cara memberikan rangsangan seperti melakukan ayunan lembut.

2. Kemampuan Motorik

Kemampuan motorik merupakan kemampuan yang dimiliki anak dalam bergerak. Kemampuan motorik dibagi menjadi dua kategori yaitu motorik halus dan motorik kasar. Tentu keduanya mempunyai perbedaan tersendiri, sehingga penting untuk mengetahuinya pada penjelasan ini. 

  • Motorik halus sangat berhubungan erat dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil. Jadi motorik halus merupakan aktivitas yang membutuhkan koordinasi secara matang. Sedangkan untuk mengasah kemampuan motorik halus bisa dengan cara menyusun puzzle, balok dan menggambar. 
  • Motorik kasar sangat berhubungan erat dengan otot besar dalam melakukan koordinasi anggota tubuh. Kemampuan motorik kasar bisa dicontohkan dengan beberapa aktivitas seperti berlari, melompat, berjalan dan yang lainnya.

Peran Orang Dewasa dalam Membangun Pengetahuan Anak

Perlu diketahui jika peran orang dewasa dalam membangun pengetahuan anak usia 0-2 tahun sangatlah penting dan tentunya dibutuhkan. Mengingat untuk membangun pengetahuan diperlukan perkembangan otak, sehingga perlu adanya stimulasi. Selengkapnya berikut ini beberapa peran yang harus dilakukan. 

1. Menyediakan Permainan yang Interaktif

Cara pertama yang bisa dilakukan orang dewasa dalam membangun pengetahuan anak di usia 0 sampai 2 tahun yaitu menyediakan permainan interaktif. Dengan kata lain permainan ini dapat mengaktifkan panca indera anak. Seperti halnya berikut ini contoh permainannya.

  • Permainan yang bisa meningkatkan kemampuan motorik kasar anak seperti melempar dan menangkap bola. 
  • Permainan Playdough maupun adonan tepung untuk meningkatkan imajinasi anak. Mengingat dengan permainan tersebut anak akan mencoba untuk meremas pasir dan membentuknya sesuai dengan keinginan.
  • Permainan dari pasir juga sangat berguna untuk membangun pengetahuan anak.
  • Bermain kain sutra atau amplas untuk yang meningkatkan kemampuan dalam meraba kasar halusnya suatu benda.
  • Bermain petak umpet untuk meningkatkan kemampuan anak mencari tahu.
  • Permainan mengambil bola juga bisa meningkatkan kemampuan dan pengetahuannya, karena anak tertarik untuk meraih bola tersebut. 

2. Menyediakan Lingkungan yang Nyaman

Orang dewasa juga mempunyai peranan penting untuk menyediakan lingkungan yang nyaman agar bayi di usia tersebut dapat bereksplorasi lebih leluasa. Misalnya saja menyediakan lingkungan yang sangat aman untuk bayi merangkak, tengkurap atau melakukan aktivitas lainnya. 

Meskipun begitu, dalam upaya Ini juga masih diperlukan pengawasan dari orang dewasa. Mengingat terkadang ada beberapa hal yang memungkinkan terjadinya sesuatu tidak diinginkan. Intinya peran ini diperlukan untuk memberikan keamanan pada bayi.

3. Menyediakan Lingkungan Kaya Bahasa

Menyediakan lingkungan dengan gaya bahasa juga menjadi salah satu peran dari orang dewasa dalam membangun pengetahuan anak usia 0-2 tahun. Maksudnya, dalam hari ini orang dewasa mempunyai peranan untuk selalu aktif dalam mengajak anak berinteraksi.

Penerapan ini bisa dilakukan dengan cara yang cukup sederhana seperti mengajaknya berbicara atau melakukan permainan tertentu yang bisa meningkatkan kemampuan berbahasanya. Cara ini juga sangat berguna agar pengetahuan anak bisa meningkat. 

4. Mengenalkan Tempat Benda

Peran orang dewasa dalam membangun pengetahuan anak usia 0-2 tahun yang selanjutnya yaitu mengenalkan tempat atau posisi benda. Dalam hal ini penting juga untuk melakukan penataan lingkungan rumah yang baik dan rapi, agar anak mempunyai kemampuan untuk melakukannya.

Keuntungan yang didapatkan jika melakukan penataan lingkungan seperti ini yaitu dapat mendorong kemampuan anak dalam menemukan hal-hal baru. Misalnya saja mengetahui tempat untuk menyimpan mainan, sepatu, pakaian dan lain sebagainya. Cara ini juga dapat membiasakan anak disiplin.

Demikian penjelasan mengenai peran orang tua dalam membangun pengetahuan anak di bawah usia 2 tahun. Penjelasan ini tentu akan sangat bermanfaat karena pertumbuhan dan perkembangan anak di usia dini tentu tidak terlepas dari peran orang tua atau orang dewasa.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Most Share

To Top