Parenting

Kehangatan Keluarga Adalah Hak Setiap Anak

Lebih dari setengah populasi warga yang tinggal di kota-kota besar akan kembali ke keluarga saat mudik lebaran untuk bisa kembali kepada keluarga mereka. Setidaknya 9 dari 10 anak yang tinggal di Panti Asuhan juga memiliki harapan yang sama untuk bisa kembali tinggal di keluarga. Hal ini dikarenakan lebih dari 90% anak yang berada di panti asuhan setidaknya masih memiliki salah satu orang tua. Adanya gerakan Save the Children pun guna mendukung harapan anak-anak untuk bisa kembali pada keluarganya.

“Save the Children percaya bahwa keluarga merupakan tempat terbaik bagi anak untuk tumbuh dan berkembang, hal ini dibuktikan dari beberapa penelitian kami bahwa anak-anak yang berada di dalam pengasuhan keluarga meskipun berada di dalam keluarga yang mengalami kondisi kesulitan ekonomi bisa mendapatkan kasih sayang, perlindungan dan perhatian yang tidak bisa tergantikan dibandingkan lembaga pengasuhan yang terbaik sekalipun”, ujar Didiek Eko Yuana, Central Area Senior Manager Save the Children saat ditemui dalam Kegiatan Kampanye “Kembali Pulang, Kembali ke Keluarga” di Gedung Da’wah Muhamadiyah.

Save the Children sendiri merupakan bagian dari gerakan global internasional yang berfokus pada anak-anak dan beroperasi di lebih dari 120 negara di dunia. Di Indonesia dan di seluruh dunia, organisasi ini memastikan kesehatan anak-anak sejak dini, kesempatan untuk belajar, dan perlindungan terhadap bahaya.

Dalam kesempatan yang sama, Peri Sopian, Kepala Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Kuncup Harapan mengungkapkan anak-anak yang berada di panti asuhan karena harapan dari orangtua mereka untuk bisa mendapatkan pendidikan, ada harapan besar untuk kehidupan anak yang lebih baik dari orang tua ketika menitipkan anak-anak di panti asuhan, walaupun memisahkan anak dengan keluarga untuk mendapatkan pendidikan ataupun kehidupan yang lebih baik seharusnya merupakan sebuah pilihan yang tidak perlu dilakukan.

Semua anak memiliki hak untuk diasuh oleh orang tuanya. Bersama dengan orang tua, anak akan mendapatkan pengasuhan yang penuh dengan kasih sayang dan perlindungan.

“Tidak bisa dipungkiri, sebaik apapun LKSA, kasih sayang dari orang tua adalah hal yang paling utama. Anak-anak seharusnya tumbuh dalam lingkungan keluarga yang aman bagi mereka,” ujar Peri.

Nur (bukan nama sebenarnya), saat ini ia berusa 16 tahun, ia sudah tinggal di LKSA lebih dari 3 tahun. Bagi Nur dengan tinggal di Panti Asuhan ia bisa mendapatkan pendidikan yang layak, tetapi Nur juga mengungkapkan “Mungkin akan lebih baik jika tinggal bersama dengan keluarga, karena tidak ada anak yang tidak ingin tinggal dengan keluarganya”.

Keterpisahan anak dengan keluarganya dirasakan berat tidak hanya oleh anak tetapi juga oleh pihak keluarga. Hal ini dialami oleh SA (35), yang juga merasakan manfaat dari reuniikasi atau kembalinya anak pada keluarga dengan mengungkapkan,

“Mohon maaf sekali kepada anak saya, dulu kami terpaksa menitipkan dia ke Panti, tetapi sejak dia sudah bisa kembali tinggal ke rumah, kami begitu bahagia, dan saya begitu semangat untuk menjaga stabilitas keluarga, agar kami tidak perlu terpisah karena hal-hal yang tidak perlu.”

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.


Parenting

9 Cara untuk Mendidik Anak Agar Tidak Bandel dan Tumbuh Jadi Anak Penyejuk jiwa

Kelakuan anak bandel, kerap kali buat orangtua kewalahan hingga bingung harus berbuat seperti apa. Maka, agar anak tumbuh jadi sosok penyejuk jiwa. Ada beberapa hal yang perlu kita lakukan sebagai orangtua, untuk mendidik mereka. Terutama pada masa-masa lucu usia dini, kelucuan anak hingga semua tingkah menggemaskannya menjadi penghibur bagi orang tua.

Hal yang Wajib Dilakukan Orangtua untuk Memiliki Anak Penyejuk jiwa

Seiring berjalannya waktu, si kecil mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Kelucuan anak mulai berkurang dan anak tumbuh remaja hingga dewasa. Karakter dan sifat si kecil pun terbentuk menjadi penyejuk jiwa atau sebaliknya, tergantung pendidikan dan pengarahan orang tua. Oleh karena itu, berikut ada beberapa cara didik agar anak mampu menjadi penyejuk hati orangtua. 

1. Didiklah Mereka Sedini Mungkin dengan Ajaran-ajaran yang Bisa Membuatnya Tumbuh Jadi Anak Baik

Orangtua perlu memiliki ilmu dalam mendidik anak. Tanpa hal ini sulit sekali membentuk pribadi penyejuk jiwa. Setelah mendapat ilmu, arahkan anak ke hal-hal positif dan bagus untuk pertumbuhan serta perkembangannya.

Harus mendidik anak sedini mungkin, jangan tunggu anak sampai besar baru mulai mengajarkannya. Sebab, semua didikan sejak kecil lebih mudah diingat dan dipraktikkan si kecil. Apalagi untuk menjadi si kecil penyejuk jiwa tidak bisa langsung berhasil begitu saja, perlu proses. 

2. Ajarkan Anak Anak Menjadi Anak yang Soleh/Soleha dengan Menanamkan Nilai-nilai Agama

Ciri-ciri anak penyejuk jiwa salah satunya soleh dan soleha. Karena itu, orangtua bertanggung jawab penuh dalam hal ini terutama saat anak masih kecil. Tanpa diajarkan, anak tidak akan tahu atau paham apa itu soleh dan soleha. 

Anak soleh soleha seakan menjadi tabungan pahala bagi kedua orangtua. Karena itu, semua suami istri menginginkan hal ini. Tidak ada orangtua yang menginginkan keburukan untuk si kecil. Pribadi anak soleh dan soleha lebih baik, sopan, santun, ramah dan tahu cara menghargai Ayah dan Ibunya. 

3. Tuntun dan Berikanlah Contoh Agar Anak Rajin Beribadah dan Berikan Perintah-perintah Agama

Beribadah seperti shalat, berpuasa di bulan ramadhan, membaca al quran dan kegiatan lainnya yang bernilai pahala. Semua amalan ini akan dihisab di akhirat nanti. Keluarga yang taat beribadah diberi keselamatan dunia dan akhirat. 

Anak yang rajin beribadah tanpa disuruh sangat menyenangkan mata dan menyejukkan hati orangtua. Tetapi, sejak kecil harus diajarkan dulu agar rajin beribadah. Tidak bisa langsung begitu saja. Jika orangtua tidak menanamkan pendidikan karakter ini, sulit sekali menemukan si kecil semangat ibadah.

4. Ajarkan Ia Bersyukur dan Selalu Mencintai Allah dan Rasulullah

Allah SWT adalah pencipta manusia dan Muhammad SAW merupakan rasul yang harus kita sayangi dan cintai. Hal ini berhubungan dengan tauhid dan wajib sekali diajarkan pada anak. Karena tanpa hal ini, rugi sekali hidup di dunia dan sulit mendidik si kecil menjadi anak penyejuk jiwa. 

Rasa cinta kepada Allah dan Rasulullah adalah pondasi keislaman yang harus dipahami oleh semua umat muslim dunia. Kenalkan sosok suri tauladan agar anak mengikuti perbuatan baik Rasul. Salah satu cara membuat pribadi anak lebih baik dan menyejukkan hati Ayah Ibu. 

5. Tanamkan Perilaku Berbakti pada Orangtua dan Bagaimana Cara Menghormati Orang Lain yang Lebih Tua Darinya

Berbakti kepada orangtua merupakan kewajiban setiap anak. Ayah dan ibu sangat beruntung jika memiliki anak berbakti. Selain menyejukkan hati, anak juga tidak akan mendurhakai orang tuanya. Si kecil bersikap baik, lemah lembut, sayang dan patuh pada orang tua. 

Banyak sekali perilaku berbakti yang perlu dikenalkan pada anak. Sejak dini anak harus diberi pemahaman pentingnya berbakti. Supaya ketika dia beranjak dewasa, tanpa perintah pun anak memiliki kesadaran untuk memperlakukan orangtua dengan baik. 

6. Didik Anak untuk Berdoa Pada yang Maha Kuasa 

Panjatkan doa pada Allah SWT agar dianugerahkan anak soleh soleha mampu menyejukkan hati orang tua. Berdoa sebenarnya dimulai sebelum anak lahir atau masih dalam kandungan. Selain itu, ibu juga harus rajin membaca Alquran dan bershalawat. 

Hindari perbuatan negatif agar  tidak membawa pengaruhnya bagi anak. Kenalkan si kecil tentang azan dan iqamah, kalimat thayyibah. Meskipun hamil, selama masih bisa beribadah ibu seharusnya melakukannya. Perbanyak doa agar diwujudkan keinginan orangtua. 

7. Berikan Anak Pendidikan Karakter Sopan dan Ramah Selama dalam Masa Tumbuh Kembangnya 

Sopan santun dan ramah juga karakter yang mampu menyenangkan orang tua. Selain kepada orang tua, ajarkan juga si kecil mempraktikkan kepada teman dan orang lain. Perilaku sopan dan santun salah satu bentuk menghargai dan menghormati siapa saja yang ditemui anak. 

Pasti saat melihat anaknya memiliki sikap sopan santun juga ramah, orangtua sejuk hati melihatnya. Mulai dari cara bicara atau tutur kata hingga tindakannya selalu enak dilihat. Karena itu, penting bagi orangtua untuk menanamkan pendidikan karakter pada anak. 

8. Tanamkan Rasa Empati dalam Dirinya Sedari Kecil

Anak yang memiliki rasa empati juga menyejukkan hati orang tua. Sebab, si kecil memiliki rasa peduli kepada sesama manusia termasuk ayah dan ibu. Misalnya, orangtua sedang butuh sesuatu, anak bersedia dengan senang hati membantunya. 

Tidak ada keluhan ataupun umpatan keluar dari mulutnya karena hal itu dapat menyakiti perasaan orang lain. Perilaku ini juga dipraktikkan kepada teman sebayanya dan orang lain di luar rumah. Siapa saja yang melihatnya tentu bangga kepada orangtua karena berhasil mendidik si kecil dengan baik. 

9. Dan Ajarkan Ia untuk Tumbuh Jadi Anak yang Mandiri 

Sikap mandiri tentu tak kalah menyenangkan orang tua. Anak mandiri dapat melakukan tugas atau pekerjaannya dengan baik tanpa selalu bergantung kepada orang tua. Mungkin saja dia meminta bantuan tetapi pada hal yang sulit dilakukan. 

Anak yang mandiri diinginkan oleh semua orang tua. Karena mampu menyejukkan hati, pastilah membuat perasaan tenang pada orangtua terutama saat si kecil berada di luar rumah. Tidak banyak bertingkah dan berbuat hal memalukan. Sebab, citra orangtua selalu dijaga dengan baik.Itulah 9 cara dapat dipraktikkan orangtua untuk memiliki anak penyejuk jiwa. Ingat bahwa peran orangtua sangat besar dalam hal ini. Harus sabar, konsisten. Tidak boleh menginginkan hasil instan.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.


Parenting

Yuk Bantu Anak untuk Mengolah Rasa Sedari Kecil Agar Anak Cerdas dalam Emosi yang Dimiliki

Sama halnya dengan tahapan tumbuh kembang anak yang lainnya, kemampuan emosi anak juga harus distimulasi agar dapat dikendalikan dengan benar. Karena ini dapat membantu anak-anak, untuk membangun hubungan yang kuat, membuat keputusan, dan menghadapi situasi sulit yang dihadapinya. 

Namun, jika diperhatikan anak-anak generasi sekarang cenderung lebih susah mengolah emosinya dengan baik. Hal ini justru kurang baik bagi tumbuh kembang mereka, untuk menghindarinya Ayah dan Bunda bisa mencoba cara agar anak cerdas emosi dan mengolahnya jadi energi positif.

Tips Parenting dan Cara Agar Anak Cerdas Emosi 

Anak-anak cenderung lebih cepat menyerap apa saja yang diajarkan kepada mereka. Oleh karena itu, penting bagi setiap orang tua untuk mulai menanamkan kecerdasan emosional anak sejak dini. Cerdas secara emosional artinya bisa mengolah perasaan menjadi lebih baik walaupun sedang bergemuruh dalam hati. Tidak mudah membuat anak tidak mengikuti emosi negatifnya. 

Berikut adalah beberapa hal yang bisa dilakukan orang tua untuk menuntun si kecil berpikir positif sejak dini.

1. Jangan Ragu-ragu Mengajari Anak untuk Mengenali Emosi yang Sedang Dirasakannya

Seringkali orang tua abai dalam melakukan pengenalan emosi kepada anak-anaknya. Saat dalam masa tumbuh kembang atau usia keemasannya, usahakan untuk mengajari si kecil mengenali jenis emosinya. Dengan mengetahui apa yang sedang dirasakan maka lebih mudah mengendalikannya.

Jangan hanya menuntut untuk diam ketika anak sedang kesal, namun pakailah kata-kata bijak misalkan “oh kakak marah ya, kesal ya karena makanannya dihabiskan adik, yuk mama temani beli lagi di warung depan” kalimat seperti itu justru lebih bagus dan bisa menyadarkan anak mengenal emosinya.

2. Selain Mengenali, Ajari dan Beri Contoh Anak untuk Selalu Mengendalikan Emosinya

Sebelum mengajarkan anak untuk mengenali setipa emosi yang dirasakannya lebih baik orangtua juga ikut mengendalikan emosi tersebut. Sederhananya, jangan terbawa kesal juga ketika sedang mengajari si kecil yang tidak kunjung memahami materi sedang diajarkan. Sebisa mungkin kontrol rasa kesalnya.

Jika masih merasa sulit mengendalikan emosi sebaiknya jangan menghadapi anak dulu. Usahakan melakukan kegiatan lain dulu untuk mengalihkan suasana hati menjadi baik kembali. Setelah itu barulah bisa kembali ke depan anak dan mengajarkan anak tentang materi olah rasa lainnya.

3. Hargai Usaha dan Upaya yang Dilakukannya, Beri Penghargaan Ketika Mereka Berhasil

Setiap anak pasti punya kemampuan yang berbeda-beda dalam menangkap sesuatu yang baru. Begitu pula dengan pengendalian emosi, jika si kecil berhasil mengendalikan emosi negatifnya jangan ragu untuk memberinya reward. Tidak perlu barang bagus atau mahal untuk menyampaikan apresiasi.

Cukup dengan pelukan atau berkata “Bunda bangga adek bisa nggak marah-marah walaupun kakak tadi nggak sengaja jatuhin makanan adek”. Katakan sambil memeluk si kecil agar dia tahu orang tuanya benar-benar memberikan apresiasi penuh atas sikap baiknya tadi saat berhasil mengendalikan marah.

4. Fasilitasi Anak dengan Memberi Pilihan Penyaluran Emosi Secara Tepat dan Positif

Saat ada yang mengganjal di hatinya, seringkali anak akan marah-marah dan bisa saja melakukan tindakan lain seperti memukul atau merusak barang-barang di sekitar. Hal tersebut tentu saja kurang bagus karena bisa membuatnya jadi pribadi ringan tangan dan suka dengan kekerasan.

Agar tidak terjadi hal demikian cobalah untuk memberikan pilihan kepada anak untuk menyalurkan emosi tersebut ke dalam hal-hal lebih positif. Misalnya saja dengan pergi main ke museum bersama sambil belajar, atau ikut bunda memasak agar penyaluran emosi tidak hanya ke marah-marah saja.

5. Bantu Anak untuk Membangun Rasa Empati dalam Dirinya Sejak Dini

Empati merupakan salah satu rasa yang harus dimiliki setiap manusia. Bunda bisa mulai menanamkan ke anak dari usia dini. Sejak bagaimanapun dari rasa empati inilah anak bisa jadi pribadi lebih lembut juga peduli terhadap sesamanya. Baik orang lebih tua maupun sesama usianya.

Untuk membangun rasa empati pada anak agar lebih peka pada orang lain adalah dengan mendengarkannya ketika bercerita. Dari hal-hal sederhana seperti memberikan pemahaman bahwa kehilangan mainan adalah hal yang menyedihkan bagi anak seusianya.

6. Konsisten untuk Membiasakan Anak untuk Selalu Bisa Kooperatif dan Bekerja Sama

Banyak para ibu berpendapat jika masih anak-anak dan tidak akur dengan temannya tidak perlu dipaksakan. Bermain sendiri juga bukan masalah besar, namun anak akan tumbuh jadi pribadi yang pendiam dan susah untuk berbaur dengan lingkungan sekitarnya. Hal tersebut tentu kurang baik.

Mulai biasakan si kecil untuk kerja sama dan mau diajak gotong royong merupakan salah satu kemampuan yang bisa diajarkan langsung oleh para ayah dan bunda. Cukup dari hal-hal sederhana, misalnya membantu pekerjaan rumah ibu, seperti mencuci sayur atau pekerjaan ringan lainnya.

7. Dorong Anak Agar Lebih Berani Mengambil Keputusan Sendiri Sejak Dini

Olah emosi tidak hanya soal menghilangkan rasa marah yang ada di hati saja. melainkan juga mengolah perasaan agar bisa mengambil keputusan sesuai dengan kenyamanannya. Ajari anak agar ia bisa memutuskan sendiri keputusan mana harus diambil.

Bunda bisa mulai dari hal-hal simple terlebih dulu. Misalnya, saja saat anak bingung mainan mana yang harus dipilih. Bunda bisa membantunya untuk menjelaskan kelebihan serta kekurangan masing-masing jenisnya, nantinya biarkan anak memilih tipe mana yang akan dipilih jadi mainan favoritnya.

8. Selain Memberi Contoh, Jadilah Pendukung Setia untuk Anak Bisa Mengembangkan Rasa Percaya Dirinya

Agar si kecil mudah mengekspresikan emosinya tentunya ia harus punya rasa percaya diri yang tinggi Pupuklah hal tersebut sedari dini. Jangan biarkan anak merasa minder dengan kekurangannya, sampai sampai tidak berani menunjukkan ekspresinya sendiri.

Sejak usianya masih kecil cobalah temani anak untuk menunjukkan juga mengembangkan potensi yang dimilikinya. Misalnya saja ia suka bernyanyi atau menari, maka ajak anak untuk bergabung dengan komunitas tari dan menyanyi. Disana ia akan bertemu dengan orang-orang baru lagi.

Tumbuh kembang si kecil tentunya juga dipengaruhi oleh peran orang tua. Buat anak merasa nyaman dengan cara selalu ada dan bersikap seperti teman. Hal ini sangat bagus untuk membantu mereka merasa bebas berekspresi tanpa terlewat batasannya. 

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.


Parenting

Tips Ajarkan Dua Bahasa pada Anak

Selain bahasa ibu alias bahasa Indonesia, kini banyak orangtua yang mengutamakan buah hatinya agar memiliki kemampuan berbahasa asing misalnya saja bahasa Inggris. Orangtua berpikir, dengan memiliki kemampuan tersebut, maka akan memudahkan buah hatinya meniti karier di masa depan. Namun kapan sebaiknya mengajari si kecil berbahasa asing? Sejatinya belajar bahasa asing pada anak-anak bisa dilakukan sedini mungkin. Hal ini supaya mereka lebih mudah menyerap kosa kata dan pola bahasa yang dipelajari.

Sebagai contoh, Bun, anak kecil saja bila menonton kartun berbahasa inggris lambat laun tak akan asing bahkan mulai berani berbicara dalam bahasa Inggris. Nah, mengutip Very Well Family, sekitar 12 persen anak di atas usai 5 tahun merupakan bilingual atau bisa berbicara dalam dua bahasa.

Sebuah penelitian menunjukkan, mengajarkan anak dalam dua bahasa jauh lebih mudah jika dilakukan sejak dini. American Speech-Language-Hearing Association menjelaskan ada beberapa keuntungan mengajarkan dua bahasa kepada anak. Mulai dari bisa belajar kata-kata baru dengan cepat, meningkatkan kemampuan mempelajari informasi baru, lebih mudah menyelesaikan masalah, serta punya keterampilan mendengarkan lebih baik.

Sebagai panduannya, berikut ini cara yang tepat yang dapat Bunda lakukan untuk mengajarkan dua bahasa pada anak.

Perdengarkan Suara-suara yang Unik ya Bun

Pada usia dua atau tiga tahun, anak biasanya sedang dalam proses mengenali pola bicara, Bun. Untuk itu cobalah untuk mengajarkan dua bahasa padanya dengan suara-suara yang unik. Di usia tersebut, mereka dengan mudah lebih mengenali suara. Selain itu, menurut Francois Thibaut, Director of the Language Workshop for Children, di New York City, Anda bisa mengajarkan mereka dengan cara memperdengarkan musik lho.

Usahakan Bunda Menciptakan Lingkungan Belajar yang Santai Untuknya

Thibaut mengatakan, cara terbaik untuk mengajarkan bahasa baru pada anak adalah dengan membiarkannya mendengarkan percakapan seseorang yang sudah lancar berbahasa tersebut. Kelak secara alami ia akan mencoba untuk bicara juga. Apalagi anak yang berusia 2 atau 3 tahun juga suka meniru apa yang mereka dengar.

Namun pastikan Bunda dan pasangan pun juga sudah fasih berbicara dengan bahasa yang ingin diajarkan pada anak ya Bun. Hal itu untuk memudahkan si kecil memahami arti dari kata-kata dan frasa yang pendek yang Bunda ucapkan.

Ajarkan Kata Demi Kata

Jika tidak ingin melakukan pelajaran formal kepada anak, Bunda bisa memperkenalkan dasar-dasar bahasa tersebut dengan menunjukkan suatu benda memiliki dua bahasa. Manfaatkan kartu-kartu permainan yang punya dua bahasa dilengkapi dengan gambar. Selain itu, Bunda juga bisa menggunakan video-video tutorial untuk mengajarkan dua bahasa pada anak di YouTube. Jangan lupa untuk terus mengulang pelajaran tersebut sesering mungkin, agar anak cepat memahami.

Meski begitu, ada beberapa hal yang perlu Anda pertimbangkan sebelum mengajarkan si kecil lebih dari satu bahasa. Kunci terpenting, Bunda dapat mengajarkan si kecil belajar bahasa asing sebagai bahasa kedua setelah ia menguasai banyak kosakata dari bahasa ibu, ya Bun. Dengan begitu anak tidak kesulitan membedakan kosakata dari bahasa ibu dengan kosakata dari bahasa asing.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Most Share

To Top