Parenting

Karena pola tidur yang baik akan mengembangakan kinerja otaknya, lakukan ini agar anak anda tidak tidur larut malam

Pola tidur anak memang sangat berpengaruh besar dalam perkembangannya, baik dalam perkembangan kejiwaannya ataupun perkembangan otaknya. Menurut seorang dokter anak yang banyak melakukan penelitian seputar masalah tidur pada anak, Judith A. Owens, M.D., MPH, anak balita membutuhkan 12-14 jam dalam sehari semalam untuk tidur. Jika si kecil tidur 10-12 jam diwaktu malam, Upayakan agar mereka tidur siang selama 2 jam. Seiring dengan pertambahan usia anak balita, jam tidur siang biasanya akan berkurang atau bahkan mereka tidak tidur siang lagi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 50% anak usia 4 tahun masih perlu tidur siang, sedang ketika usia mereka menginjak 5 tahun, 70% di antaranya sudah berhenti tidur siang.

 

Tetapi tidak terlepas dengan gangguan tidur yang dialami oleh anak, sehingga orang tua mempunyai tugas lebih untuk mengatasi supaya anak bisa tidur dengan pola yang teratur dan cukup sehingga tidak mengganggu perkembangan jiwa dan kesehatan anak.

 

Sebelum mengatasi, kenali dulu penyebab kenapa anak memiliki gangguan pola tidurnya

Ada berbagai macam penyebab mengapa anak anda memilih untuk tidur larut malam, seperti belum mengantk karena tidur siang yang terlalu lama, kekhawatiran berpisah dengan orang tua, ada tekanan emosi yang tidak bisa diungkapkan sehingga menyebabkan sang anak gelisah dan susah tidur atau kemungkinan anak anda sedang mengembangkan onotominya sehingga sang anak merasa punya kekuatan untuk mengatur dirinya sehingga dia mencoba melawan perintah orang lain. Dan untuk orang tua yang bekerja kemungkinan alasan anak suka tidur larut adalah menunggu kehadiran orang tuanya di rumah.

 

Selain susah tidur ada kemungkinan si anak terbangun di tengah malam, dan anda bisa atasi dengan cara ini

Ketika anak bisa tidur malam sesuai dengan waktunya, bukan berarti si anak tidak memiliki kemungkinan untuk gangguan tidurnya. Bisa jadi anak terbangun di tengah malam, hal ini wajar jika anak terbangun karena ingin buang air kecil atau haus. Akan tetapi ada juga yang terbangun dan tidak ingin kembali tidur, hal itu terjadi ada kemungkinan dia mengalami kekecewaan sebelum tertidur, bisa juga mimpi buruk sehingga tidak ingin kembali tidur, atau terlalu banyak makan sehingga pencernaan tetap bekerja, aktivitas di siang hari berlebihan sehingga membuat si anak susah tidur.

 

Setelah mengetahui penyebabnya, mulai lah atasi dengan baik sehingga pola tidurnya bisa teratur kembali

Setelah memperhatikan penyebab mengapa anak anda sulit tidur ataupun terbangun di tengah malam. Anda bisa mengatasi beberapa hal tersebut dengan beberapa cara seperti, lakukan pembiasaan waktu tidur yang teratur secara konsisten sehingga melatih jam biologis anak akan mengikuti, berikan waktu pada saat mengajak anak tidur seperti mengajaknya berganti piyama, cuci tangan serta menggosok giginya, membacakan cerita di tempat tidur juga bisa menjadi salah satu cara agar dia bisa terlelap.

Lakukan dengan suasana menjelang tidur yang mendukung seperti pencahayaan yang redup serta tidak ada lagi aktivitas yang memancing anak untuk aktif. Jangan lupa untuk memperhatikan kenyaman yang anak butuhkan di kamar untuk memancingnya agar terlelap dengan cepat. Dan hal yang tidak kalah penting adalah dengan memperhatikan jam tidur siang sang anak, karena semakin lama dia tidur di siang hari maka akan semakin lama dia mengantuk di malam hari.

 

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.


Parenting

Anak Membutuhkan Waktu Lebih Lama, Jika Tidur Larut Tidur Malam, ini 9 Efek yang harus Orang tua Ketahui

Sudah larut malam, tapi Anak Bunda susah tidur. Sudah jam 11 malam, dia malah masih aktif untuk lari – larian dan ingin main. Atau anak malah masih asik bermain handpone, menonton youtube.

Banyak riset membuktikan bahwa kebiasaan main handphone sebelum tidur memicu masalah anak susah tidur, anak tidur terlalu larut, dan anak kurang tidur.

Bunda tentu ingin anak cepat tidur. Waktu tidur anak-anak adalah momen yang berharga bagi orang tua. Anak tidur bisa dimanfaatkan untuk me time atau mengerjakan pekerjaan lain yang membutuhkan ketenangan. Betul kan? 

Sebenarnya, anak Bayi dan balita membutuhkan waktu lebih lama ketimbang usia lainnya. Bayi dan Balita butuh waktu tidur diatas 10 Jam 

Kenali Kebutuhan tidur anak-anak Berdasarkan usia: Bayi dan Balita butuh waktu tidur diatas 10 Jam 

Kebutuhan tidur anak-anak berbeda-beda sesuai dengan usianya. Pada bayi, waktu tidurnya akan lebih lama dari waktu bangunnya. Selain dengan tidur malam, kebutuhan tidur anak bisa dicukupi dengan tidur siang. Semakin besar, kebutuhan tidur anak akan berkurang.

Berikut ini waktu tidur yang dibutuhkan anak: 

– Bayi (4 hingga 12 bulan) membutuhkan 12 hingga 16 jam tidur (termasuk tidur siang);

– Balita (1 hingga 2 tahun) membutuhkan 11 hingga 14 jam tidur (termasuk tidur siang);

– Anak-anak (3 hingga 5 tahun) membutuhkan 10 hingga 13 jam (termasuk tidur siang);

– Anak-anak (6 hingga 12 tahun) membutuhkan 9 hingga 12 jam;

– Remaja (13 hingga 18 tahun) membutuhkan 8 hingga 12 jam. 

Anak membutuhkan waktu tidur cukup, Jangan biarkan anak tidur larut malam. Jika tetap tidur malam, ini efek yang harus diketahui: 

1. Tidur cukup adalah kunci meningkatkan kemampuan otak, Kurang tidur menurunkan kecerdasan otak

Saat anak terjaga, otaknya akan selalu bekerja untuk menemaninya beraktivitas seharian. Ketika waktu tidur tiba, otak akan berisitirahat dari tugasnya.

Penelitian menunjukkan, tidur dapat meningkatkan meningkatkan fungsi kognitif, terutama pada anak. Fungsi kognitif ini termasuk perhatian, memori, pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan.

Tidur yang nyenyak merupakan kunci meningkatkan kemampuan otak, mulai dari berpikir hingga mengingat. Bisa dibayangkan jika Si Kecil kurang tidur, kemampuan-kemampuan tersebut tentunya akan menurun. 

2. Tidur cukup penting untuk membangun sistem kekebalan tubuh balita. 

Tidur ternyata punya peran sangat penting dalam membangun sistem kekebalan tubuh balita. 

Melansir Mayo Clinic, tubuh melepaskan protein sitokin selama balita tertidur. Protein tersebut sangat diperlukan ketika balita sedang infeksi atau peradangan. Kurang tidur bisa mengganggu produksi protein sitokin yang menyebabkan antibodi dan sel untuk melawan infeksi turut berkurang.

Karena itulah, kebiasaan balita tidur malam bisa membuat kekebalan tubuhnya menurun sehingga gampang terkena infeksi dan penyakit.

2. Kurang tidur, dapat mengganggu produksi homor pertumbuhan loh

Hormon pertumbuhan  merupakan hormon yang secara alami dihasilkan oleh kelenjar pituitari di otak.  Hormon ini berfungsi untuk memastikan agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara normal.

Hormon pertumbuhan baru bisa diproduksi secara optimal saat balita tidur dengan nyenyak di malam hari loh. 

Menurut Judith Owens, direktur di Children’s National Medical Center, tubuh balita tidak bisa secara maksimal memproduksi berbagai hormon penting maupun menumbuhkan hubungan syaraf baru bila sering tidur larut malam. 

3. Kurang tidur membuat daya ingat dan menyerap informasi menurun

Anak-anak yang kurang tidur bisa mengalami gangguan pada kognitif dan perilakunya. Salah satunya, kesulitan dalam menerima dan memproses informasi. 

Para ahli syaraf dan pakar pendidikan dari University of Masschusetts Amherst setuju kalau tidur berperan penting dalam membantu pembelajaran anak.

Dalam sebuah penelitian yang mereka lakukan, kebiasaan balita tidur larut malam ternyata bisa mengganggu penyerapan informasi baru sekaligus mengurangi kemampuan daya ingat balita sebanyak 15%.

Menurut studi di Amerika Serikat, para orangtua melaporkan anak-anak usia tujuh tahun yang kurang tidur saat mereka masih balita, lebih memiliki banyak masalah dibandingkan anak-anak yang tidurnya cukup.

4. Anak jadi sulit berkonsentrasi dan cendrung hiperaktif

Kebiasaan balita tidur larut malam juga membuat si kecil jadi cenderung lebih ceroboh dan kurang awas.

Balita berusia dibawah 3 tahun yang tidur malamnya kurang dari 10 jam menjadi sulit berkonsentrasi dan memiliki resiko tiga kali lebih besar mengalami masalah hiperaktif dan impulsif di usia 6 tahun.

Bahkan, sebuah penelitian di Tiongkok menemukan bahwa anak yang sering tidur kurang dari 9 jam di malam hari rentan mengalami cidera serius lebih dari dua kali dalam setahun.

5. Anak tidur larut malam punya kecendrungan kegemukan 

Anak rentan untuk mengalami obesitas jika sering tidur larut malam. Sebab ada penelitian yang mengungkap bahwa pola tidur yang buruk bisa meningkatkan risiko alami obesitas, termasuk pada anak.

Obesitas merupakan salah satu dampak yang diakibatkan dari pengaruh tidur larut malam. Hubungan antara tidur larut malam dengan bertambahnya berat badan pada anak sangat kuat.

Anak-anak yang sering tidur larut malam rata-rata memiliki BMI (Body Mass Indeks) yang besar dan juga tidak sehat.Anak yang mengalami tidur jangka pendek memungkinkan gangguan hormon pada selera makan.

6. Anak kurang tidur dapat mengganggu proses mengubah zat gizi menjadi energi dalam tibuh

Jika tubuh bekerja secara terus-menerus saat sudah memasuki waktu istirahat, otak dan organ akan menjadi rusak. Hal tersebut dikarenakan tidak mendapatkan waktu yang cukup untuk dapat rehat istirahat dan proses metabolisme tubuh untuk bekerja. 

Anak kurang tidur  akan dapat mengganggu metabolisme tubuh. Metabolisme adalah proses ketika tubuh mengubah zat gizi dari makanan dan minuman menjadi energi. Beberapa orang memiliki laju metabolisme yang cepat, tetapi ada pula yang lebih lambat. 

7. Anak kurang tidur akan jadi pribadi yang mudah tertekan dan depresi

MenurutSleep Health Foundation, rendahnya kualitas tidur memiliki hubungan dengan tingkat depresi.

Jika Anak kurang tidur atau kualitas tidurnya kurang baik, ia akan jadi pribadi yang mudah tertekan.

Ketika mudah tertekan, Anak akan memiliki kualitas tidur yang buruk. Ini menjadi sebuah siklus yang tidak bisa diputus dan akan terus berputar.

Depresi yang parah, akan memengaruhi aspek psikologis anak sehingga dampak jangka panjangnya akan memengaruhi kemampuan sosialnya juga. 

8. Anak yang sering tidur larut malam dan memiliki kualitas tidur yang buruk tampak terlihat lemah dan lelah

Anak   terlihat lemah dan lelah? Coba cek pola tidurnya. Anak yang sering tidur larut malam dan memiliki kualitas tidur yang buruk tampak terlihat lemah dan lelah lho. 

Jadi jika anak terlihat tidak bersemangat dalam menjalani aktivitasnya, koreksi waktu tidur anak kembali ya!

9. Anak kurang tidur cendrung lebih rewel, sering menangis, dan sering marah.

Kurang tidur pada anak juga bisa menimbulkan dampak buruk pada suasana hatinya. Anak yang kurang tidur cenderung lebih rewel, sering menangis, dan sering marah.

Pada anak-anak yang berusia di bawah 4 tahun, kurang tidur akan membuat mereka lebih mudah mengalami tantrum. Sedangkan pada anak-anak usia sekolah menengah, tidur kurang dari 6 jam berisiko menyebabkan kecemasan dan depresi.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.


Parenting

Si Kecil Sering Menangis Histeris Tengah Malam, Kenapa Ya Bun?

Terbangun tengah malam karena si kecil menangis, memang sudah jadi hal lumrah untuk orangtua. Hal yang membuat frustasi adalah ketika Bunda tidak tahu apa yang membuat si kecil menangis, tengah malam pula. Eits, jangan dulu berpikir yang tidak tidak ya Bun. Karena jika cermati lagi, pasti ada beberapa pemicu yang membuat si kecil sering histeris tengah malam. 

Nah, daripada terbawa emosi saat menghadapi kondisi ini, karena mungkin Bunda juga sedang mengantuk dan tak bisa mengontrol diri. Mari, pahami dan teliti lagi, apa sih yang membuat anak sering terbangun dan menangis di tengah malam.

Bisa Jadi si Kecil Sedang Mengalami Mimpi Buruk

Tidak hanya orang dewasa saja, anak kecil juga bisa mengalami mimpi buruk loh Bun. Apa yang dialaminya, kemungkinan membuatnya terjaga hingga tak lagi bisa tidur atau justru menangis karena memang benar benar takut. Karena mimpi buruk yang dialaminya bisa jadi terasa begitu nyata. 

Dan tidak hanya membuatnya terbangun, mimpi buruk juga bisa membuatnya merasa selalu ada yang menganggunya saat akan tertidur. Alhasil, si kecil menjadi lebih cemas atau bahkan merasa trauma hingga membuatnya histeris. 

Terlalu Capek Karena Aktivitasnya Seharian

Ayo Bun, coba ingat lagi. Di malah si kecil menangis histeris, apakah siangnya dia bergerak teralalu banyak? Atau mungkin juga ia menjalani aktivitas yang benar benar padat sampai membuatnya kelelahan. Jika ternyata Iya, hal tersebut bisa jadi faktor pemicunya. 

Untuk kondisi ini, salah satu cara yang bisa segera Bunda lakukan adalah memahaminya. Coba tanyakan pada si kecil, bagian tubuhnya mana yang terasa sakit. Dengan begitu Bunda bisa memberinya pijitan sederhana untuk menghilangkan rasa kram atau lelah di bagian tubuhnya karena terlalu banyak bergerak. 

Suasana Dan yang Ia Gunakan di Tempat Tidurnya Tidak Nyaman

Harus diakui, kenyamanan adalah poin penting yang harus Bunda perhatikan ketika si kecil sedang tidur. Karena pada rentang usia tersebut, si kecil masih sangat sensitif terhadap sesuatu yang ada di sekitarnya. Untuk menghindari ia menangis di tengah malam, maka Bunda perlu memerhatikan lagi.

Apakah tempat tidurnya sudah nyaman, bagaimana bahan selimut dan pakaian tidur yang ia gunakan, hingga pada udara ruangan tempat ia tidur. Jika ternyata kamarnya terlalu panas, bukan tak mungkin jika ia bisa mendadak terbangun lalu histeris tengah malam. 

Dan Gangguan Malam Lain yang Mungkin Sedang Dirasakannya 

Yap, ini jadi pemicu atas gangguan tidur yang banyak dialami si kecil hingga membuatnya bangun dan histeris di tengah malam. Gangguan yang dimaksud tidak hanya membuat ia terbangun, tapi juga ketika mendadak berbicara hingga berteriak sendiri. 

Kondisi ini bisa disebabkan oleh jam tidurnya yang tidak teratur, sehingga istirahat malamnya kurang berkualitas. Untuk menghindari terjadinya gangguan tidur saat malam seperti ini, Bunda perlu memastikan jika si kecil tidak beraktivitas secara berlebihan saat siang hari. Hindari pula kegiatan berlebihan lain sebelum ia tidur, seperti menatap layar gadget terlalu lama. 

Dan sebaliknya, sebagai orangtua Bunda perlu menjamin jika ia bisa terhindar dari kondisi tersebut dan bisa tidur dengan situasi dan kondisi yang nyaman. Sebagai tambahan, Bunda bisa membuat suasana kamar tidurnya lebih bersahabat untuk mendukung aktivitas tidurnya. Mulai dari mengatur pencahayaan, menambah wangi wangian di ruangan, dan memastikannya tidur dengan aman dan nyaman. 

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.


Mom Life

Bun, Saat Si Kecil Menolak Tidur Sendiri, Terapkan Metode Ferber Yuk

Bun, membiasakan anak untuk tidur sendiri tentu bukan perkara mudah. Anak-anak seringkali merasa takut bila diminta tidur sendirian. Banyak faktor yang membuat si kecil takut. Bisa jadi karena banyak pikiran buruk yang kemudian memicu munculnya rasa takut, sehingga datang pikiran-pikiran yang buruk.

Nah, disinilah tantangan Bunda untuk melatih kemandirian si kecil. Ketakutan yang dialami si kecil membuat banyak orangtua akhirnya mencari cara agar si kecil mau tidur sendiri.

Salah satu buku terkenal yang sering menjadi panduan bagi orangtua tentang bagaimana cara melatih anak tidur sendiri adalah Solve Your Child’s Sleep Problems yang ditulis oleh Richard Ferber, seorang dokter anak. Nah berikut ini beberapa hal yang perlu disimak saat hendak menerapkan Metode Ferber seperti dikutip dari health line.

Lakukanlah Sleep Association atau Asosiasi Tidur

Berdasarkan ungkapan para ahli, asosiasi tidur adalah suatu hal yang dapat membuat anak-anak tidur nyenyak sepanjang hari. Asosiasi tidur ini berkaitan dengan benda atau perilaku yang biasanya digunakan anak saat ia tidur di malam hari. Misalnya saja anak terbiasa memeluk boneka kesayangannya sebelum tidur atau tertidur di dekat Bunda sebelum tidur di dalam ranjang bayinya.

Nah, yang jadi masalah yaitu ketika asosiasi tidur anak berhubungan dengan orangtua atau orang lain. Saat terbangun di malam hari, anak kemungkinan akan merasa kesulitan untuk tidur kembali tanpa adanya peranan dari orang tersebut. Nah, di sinilah latihan dengan metode Ferber akan dimulai.

Secara umum, konsep dasar metode Ferber adalah membuat anak yang mengalami masalah beranjak tidur, bisa menenangkan dirinya sendiri saat rasa kantuk menyerang atau ketika terjaga di malam hari alias “self-soothing”. Pendekatan ini bisa dilakukan dengan cara meninggalkan anak sendirian di ranjangnya saat ia sudah mulai mengantuk.

Nah, saat si kecil menangis, Bunda boleh menenangkannya sejenak dengan interval waktu yang meningkat. Misalnya saja per tiga, lima atau 10 menit dengan waktu “kunjungan” yang singkat yaitu satu atau dua menit saja. Metode Ferber ini akan berhasil bila dilakukan secara konsisten, setidaknya dalam empat malam berturut-turut.

Dari hasil 19 penelitian yang dilakukan pasca pendekatan ini diperkenalkan pada masyarakat, American Academy Sleep Medicine hasilnya terdapat perubahan signifikan. Anak-anak dan bayi cenderung tidak banyak terbangun di malam hari.

Tapi perlu diingat ya Bun, sekalipun metode ini telah terbukti efektif pada banyak anak, namun bisa saja metode ini belum efektif untuk anak yang lain. Kunci dari metode ini pun sejatinya bukan membiarkan si kecil menangis sepanjang malam, namun mengajarkan agar ia tetap merasa aman sekalipun sendirian di kamar.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Most Share

To Top