Parenting

Karena Bencana Tak Tahu Datang Kapan, Ajak Si Kecil Belajar Simulasi Kebakaran dengan Cara Menyenangkan

Jangankan anak kecil, kita yang sudah dewasa sekalipun kerap bingung tatkala musibah datang tiba-tiba. Untuk bunda yang sudah pernah mengalaminya, menghadapi musibah memang jadi situasi yang cukup membingungkan. Jangankan untuk berusaha menyelamatkan diri, kadang kita justru terdiam karena tak tahu akan berbuat apa.

Masalahnya bukan karena gugup saja, hal ini bisa jadi karena kita juga tak begitu paham bagaimana langkah pertama untuk menghadapi suatu musibah. Walau mungkin jarang terpikirkan, sebenarnya hal ini jadi salah satu hal yang perlu kita ajarkan pada si kecil dirumah.

Tapi sebelum melangkah kesana, bunda juga perlu tahu. Bagaimana cara tepat untuk membekali mereka dalam hal menghadapi musibah. Sebab kadang anak-anak suka bertindak ceroboh, jangan sampai tindakannya nanti justru membahayakan dirinya sendiri. Sebisa mungkin ajak mereka dengan latihan yang menyenangkan agar mereka memahami dengan baik, apa yang akan kita ajarkan. 

Sebagai Langkah Awal, Beri tahu Mereka Jika Dalam Musibah, Keselamatan Jadi Hal Penting yang Harus Diutamakan

piotr-chrobot-278530-unsplash

Bunda perlu ingat, jika ini jadi tanggung jawab serius yang harus kita lakukan. Dan tarulah kali ini kita akan memberinya pemahaman akan musibah yang bisa datang dari api. Beritahu mereka, jika ini jadi salah satu musibah yang cukup serius dan sangat berhaya.

Pastikan pula jika mereka tahu resiko bermain sumber api, mulai dari korek api, lilin, obat nyamuk bakar, kompor gas hingga bahan lain yang mudah terbakar. Sebab pemahaman yang tidak mendalam, kadang membuat mereka terlalu menyepelekan bahaya yang bisa saja melukainya.

Tekankan pula, jika dalam kondisi seperti, menyelamatkan diri dari bahaya jadi hal paling penting yang harus dilakukan oleh mereka.

Kemudian Buatlah Rancangan Kecil Tentang Bahaya yang Datang dari Sebuah Musibah

80f70e1ff0fc6e02

 

Jika memang dirasa kurang lihai dalam menjelaskan apa saja itu bahaya api secara langsung. Bunda bisa mencari alternatif lain dengan mengajaknya bercerita lewat beberapa buku yang bisa menjelaskan. Gambar dan media seperti ini dinilai jadi sesuatu yang akan memudahkan langkah kita untuk membantunya memahami bahayanya.

Ajak ia untuk mendengarkan bunda bercerita, tentang bahaya apa yang akan terjadi jika ia tak berhati-hati dalam menghadapi situasi seperti ini. Mulai dari terkena luka bakar, hingga merenggut nyawa.

Lalu Ajak Mereka Berdiskusi dan Tanya Jawab Tentang Apa yang Seharusnya Dilakukan

Mother with daughters at home listening to them

Bunda mungkin tahu, jika pada 14 Februari 2018 lalu, di salah satu Sekolah Menengah Atas di Florida terjadi sebuah penembakan yang juga menewaskan 17 orang, yang sebagiannya adalah siswa. Ini memang bukanlah Insiden penembakan pertama yang pernah terjadi di Amerika. Sebelumnya, insiden serupa pernah terjadi di beberapa tempat seperti SD Sandy Hook, Columbine High School, Virginia Tech, Aurora, Orlando, serta Las Vegas.

Sebelum banyak insiden penembakan masal terutama di sekolah-sekolah Amerika, pemerintah bersama dengan beberapa asosiasi seperti AllSafe Defense Systems California menyediakan simulasi pertahanan diri dari senjata api. Kini, simulasi tersebut sudah semakin diaplikasikan ke sekolah-sekolah, dengan harapan ke depannya tidak akan memakan korban jiwa terutama anak-anak.

Nah, dari gambaran ini kita bisa belajar. Bahwa sesungguhnya memberi mereka pelajaran akan beberapa simulasi dari musibah sangat perlu untuk disampaikan. Untuk itu, bunda bisa mengajak mereka berdiskusi dan mencari jalan keluar jika suatu waktu terjadi musibah, dan salah satunya kebakaran. Berilah padanya gambaran, tentang kemana ia harus melangkah, dan benda apa yang harus diraihnya demi bisa melewati kebakaran yang terjadi.

Ingatkan pula, jika benda-benda kesukaannya jelas bisa diganti lagi. Namun nyawa tak akan pernah terganti. Pastikan ia paham, jika apa yang kita sampaikan itu adalah langkah-langkah awal yang perlu dilakukan.

 

Dan Jangan Lupa Pula Beri Mereka Pengetahuan dengan Contoh yang Mengasikkan

19ee2c11736f8e98

Dari serangkaian musibah-musibah yang akhir-akhir ini terjadi di negara kita. Mulai dari bencana banjir, erupsinya gunung, hingga kebakarang yang juga kerap terjadi. Kita belajar bahwa, sedari dini amatlah penting. Jika anak sudah mendapatkan pemahaman yang baik, akan simulasi bencana yang mungkin nanti akan dialaminya. Bukan berarto berdoa yang buruk ya bun, ini adalah rangkaian kenyataan yang kelak memang bisa saja mereka terima.

Akan tetapi, jika kita coba telisik pada angka musibah kebakaran dan pemahamannya menjadi sebuah pendidikan. Agaknya negara kita masih tergolong kurang. Padahal, menurut Injury Prevention for Children with Special Health Care Needs Work Group dalam jurnal “Case Study: Using a Virtual Reality Computer Game to Teach Fire Safety Skills to Children Diagnosed with Fetal Alcohol Syndrome”, luka bakar menjadi bahaya ketiga setelah kecelakaan bermotor dan tenggelam untuk anak usia 1-9 tahun. Berbekal dengan data ini, Indonesia seharusnya sudah bisa memulai untuk memberikan simulasi kepada anak, baik di sekolah maupun di rumah.

WhatsApp Image 2018-03-13 at 2.43.22 PM

Sayangnya, bunda pasti tahu kan jika simulasi kebakaran pada anak secara real akan sangat berbahaya. Banyak hal yang bisa terjadi seperti panik berlebih atau celaka saat proses evakuasi. Meski begitu, ternyata ada cara yang dinilai efektif untuk memberikan simulasi khusus kepada anak, yaitu dengan menggunakan teknologi Virtual Reality (VR). Alasannya, selain mampu mengurangi resiko terjadinya kecelakaan saat simulasi, cara ini dianggap akan memudahkan anak untuk mengerti tanda bahaya kebakaran dan mengenal jalur evakuasi.

Hal tersebut disampaikan melalui studi ilmiah “Using immersive game-based virtual reality to teach fire-safety skills to children”, bahwa penggunaan VR ini mampu meningkatkan motivasi kepada anak untuk melakukan simulasi kebakaran. Anak bisa diajak untuk tidak menjadi pembaca atau pelaksana pasif, tapi mampu memegang kuasa penuh untuk mengontrol simulasi secara virtual dan berinteraksi dengan objek virtual yang berkaitan dengan proses simulasi.

WhatsApp Image 2018-03-13 at 2.43.22 PM (1)

Dan berita baiknya, baru-baru bini  OmniVR selaku perusahaan yang bergerak di bidang Teknologi Virtual Reality (VR), ingin menyampaikan pemahaman baru kepada kita. Bahwa tak hanya penggunaan VR sebenarnya lebih dari sekadar gaming. Oleh karena itu, OmniVR mencoba untuk memperkenalkan VR ke dalam dunia edukasi dan training seperti melakukan Simulasi Kebakaran.

WhatsApp Image 2018-03-13 at 2.43.21 PM

Dibungkus dalam wadah yang menarik, bunda memberikan edukasi dan training simulasi kebakaran  melalui penggunaan VR yang terkesan seperti gaming. Sebab selain memberinya pemahaman baru, ini akan jadi pengalaman mengesankan yang juga bermanfaat untuk pengetahuannya akan simulasi kebakaran yang perlu diketahui oleh setiap orang.

Tapi Mengapa Hal Ini Bisa Efektif Untuk Anak?

ed63d4b96cbb0540

Materi simulasi kebakaran dalam Virtual Reality memang sudah disajikan dalam format yang menarik bagi anak-anak. Mereka mampu merasakan kesenangan dan keseruan dalam simulasi, sehingga memungkinkan mereka untuk belajar dengan inisiatif dan kemampuan mereka sendiri.

Dengan latihan yang berulang dan tetap berada dibawah pengawasan orangtua tentunya, hal ini akan menjadi sangat efektif dilakukan bagi anak-anak dimanapun mereka berada.Dan setidaknya menurut United State Fire Administrations ada beberapa hal yang akan didapat setelah dilaksanakannya simulasi kebakaran dengan menggunakan VR, yakni :

  1. Mampu mengidentifikasi bahaya dari api di rumah dan sekolah.
  2. Mampu meninggalkan rumah dengan cepat dan menggunakan jalur teraman.
  3. Menunggu adanya bala bantuan dan berdiri di luar rumah.

Oleh karena itu, simulasi kebakaran maupun bencana alam lainnya menjadi sangat penting terutama dilakukan di Indonesia. Dengan masih banyaknya korban jiwa terutama pada anak, perusahaan VR di Indonesia seperti OmniVR juga sudah membuat simulasi kebakaran yang ramah bagi anak. Dengan penggunaan VR, diharapkan anak mampu untuk mengerti dan mengaplikasikan apa yang sudah didapat selama simulasi dan mampu mengurangi adanya korban jiwa secara signifikan terutama bagi anak-anak.

Nah, untuk bunda yang penasaran demi memberi sang anak pemahaman dan menjajal sebuah permainan ini. Dijakarta sendiri, ada 3 lokasi yang bisa bunda kunjungi. Mulai dari Mainvrame Neo Soho Mall Podomoro City Lt.2, di Jakarta Barat, Mainvrame PIM 2 di lantai GF, Jakarta Selaran dan AEON MALL BSD CITY di Food Carnival, Tangerang.

 

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.


Parenting

Tugas dan Tanggung Jawab yang Wajib Dilakukan Sebagai Orangtua

Setiap orang tua mempunyai tugas dan tanggung jawab tersendiri terhadap anak. Mengingat masa depan anak berawal dari tanggung jawab dan tugas yang dilakukan oleh orang tuanya. Dengan kata lain, mempunyai anak yang baik, tentu orang tua wajib memenuhi hak-hak anak. 

Pada umumnya ada lima tugas dan tanggung jawab orang tua terhadap anaknya yang harus dipenuhi. Kewajiban tersebut meliputi mengajarkan nilai-nilai agama, kepribadian dan lainnya. Selengkapnya mengenai apa saja kewajiban dan tugasnya, berikut penjelasan lengkapnya.

Mengajarkan Nilai-nilai Agama Kepada Anak Sedari Dini

Tugas dan kewajiban orang tua yang paling utama dan pertama yaitu mengajarkan nilai-nilai agama. Bahkan, ajaran ini harus diberikan kepada anak sejak dini agar saat menginjak remaja lebih mudah untuk mengarahkannya. 

Sedangkan untuk mengajarkan nilai-nilai agama bisa dilakukan dengan berbagai cara seperti mengajar nya ke tempat ibadah, mengenalkan kitab suci dan mengajarkan doa harian. Saat anak masih kecil dan belum bisa menirukan, tapi dia akan merekamnya.

Membentuk Kepribadian Anak yang Baik

Kewajiban orang tua yang selanjutnya yaitu membentuk kepribadian anak. Mengingat orang tua merupakan pendidikan pertama dan utama bagi seorang anak, Orang tua harus menanamkan kepribadian yang baik kepada anak sejak dini.

Kepribadian baik yang dimaksudkan yaitu nilai-nilai moral. Sedangkan untuk membentuk kepribadian yang seperti ini caranya cukup mudah, orang tuanya perlu memberikan kasih sayang yang penuh dan menciptakan lingkungan keluarga nyaman serta memberikan contoh. 

Menanamkan Nilai-nilai Sosial yang Patut Ditiru Kepada Anak

Menanamkan nilai-nilai sosial sejak dini juga menjadi salah satu tanggung jawab orang tua terhadap anaknya. Nilai-nilai sosial yang harus ditanamkan seperti menjaga kebersihan lingkungan, gotong royong, menjaga kedamaian, saling menghormati dan tolong menolong.

Jika sejak dini sudah diajarkan beberapa nilai sosial tersebut, anak akan tumbuh menjadi seseorang yang lebih peduli terhadap sesama terutama keluarganya. Tentu saja nilai-nilai sosial ini akan tetap dibawa hingga dewasa. 

Mengajarkan Anak Tentang Apa itu Tanggung Jawab

Tugas dan tanggung jawab orang tua terhadap anak yang selanjutnya yaitu mengajarkan tanggung jawab. Setidaknya jika harus seperti ini sudah diajarkan sejak dini, kedepannya saat sudah dewasa anak akan lebih bertanggung jawab terhadap apa yang sudah dilakukannya.

Cara yang seperti ini bisa dilakukan dengan membuat batasan-batasan. Jadi, nantinya jika Anang melanggar batasan-batasan tersebut bisa diberikan hukuman atau penjelasan mengenai konsekuensi. Bahkan, Tidak ada salahnya juga untuk melibatkan anak dalam membuat Hukuman dan peraturan.

Mengajarkan Kemandirian

Tidak selamanya anak dapat bergantung dengan orang tuanya. Kenapa sejak dini penting untuk mengajarkan kemandirian terhadap anak. Lebih tepatnya kemandirian ini sudah bisa diajarkan saat anak mulai berusia 2 atau 5 tahun. 

Salah satu cara yang bisa diterapkan untuk mengajarkan kemandirian kepada anak yaitu mengajarkan keterampilan yang memang sesuai dengan usianya. Selain itu, ada juga untuk mengajarkan kepada anak jika mengendalikan emosi sangatlah penting. 

Membantu Anak Mengembangkan Bakatnya

Orang tua juga mempunyai tanggung jawab dan tugas untuk membantu anak dalam mengembangkan bakatnya. Dengan kata lain jika anak bisa mengembangkan bakatnya tentu dapat lebih mandiri ke depannya dan lebih bertanggung jawab.

Apalagi di usia tersebut anak belum memahami apa yang disukainya, sebagai orang tua bisa melihat dari apa yang paling sering dilakukannya. Jika melihat hal yang seperti itu, segera lakukan berbagai upaya untuk mengembangkan bakat tersebut dengan menyediakan berbagai media pendukung.

Dampak Negatif Orang Tua Tidak Melakukan Tugas dan Tanggung Jawabnya

Mengetahui apa saja tanggung jawab dan tugas orang tua terhadap anaknya, tentu kurang lengkap jika tidak mengetahui dampak negatif jika tidak melakukan tanggung jawab tersebut. Berikut ini beberapa dampak negatifnya yang bisa didapatkan.

Anak Akan Jadi Tidak Percaya Diri

Salah satu dampak negatif jika orang tua tidak melakukan tugas dan tanggung jawabnya terhadap anak yaitu kurang percaya diri, sehingga bisa menghambat keberhasilan. Anak yang seperti ini cenderung minder jika bergaul dengan orang yang ada di luar rumah. 

Lebih tepatnya orang yang seperti ini akan mengurangi interaksi dengan orang lain. Padahal yang namanya kehidupan bersosial menjalin interaksi dengan masyarakat sangat diperlukan, lagi menjelang dewasa hal tersebut sangat butuh..

Hubungan Anak dengan Orang Tua Tidak Terjalin

Dampak negatif lain yang didapatkan jika orang tua tidak melakukan tanggung jawabnya yaitu hubungan antara keduanya tidak terjalin dengan baik. Padahal sebenarnya orang tua menjadi tempat yang paling dibutuhkan anak untuk menceritakan pulang.

Jika hubungan antara keduanya tidak baik, maka tidak akan terjadi keterbukaan dan bisa menyebabkan emosional tidak dapat terkontrol. Ditambah lagi dengan perhatian orang tua yang tidak pernah diluangkan untuk anaknya, seperti ini akan lebih parah. 

Anak Bisa Mengalami Gangguan Perilaku

Tugas dan tanggung jawab orang tua terhadap anak memang cukup banyak, bukan berarti tidak bisa dilakukan. Jika saja orang tua menyepelekan tugas dan tanggung jawabnya, Salah satu dampak negatifnya yaitu anak mempunyai kekuatan berlaku.

Saya saja suka membuat onar untuk menarik perhatian banyak orang, bullying terhadap temannya dan suka mencuri. Tanpa disadari sebenarnya anak melakukan hal-hal yang seperti itu agar orang tuanya lebih perhatian.

Itulah penjelasan mengenai beberapa tanggung jawab dan tugas orang tua terhadap anaknya yang wajib untuk dilakukan. Tentu jika tanggung jawab tersebut terpenuhi, berpengaruh penting terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak di masa depan dan bisa dikatakan sebagai modalnya.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.


Parenting

9 Peran Orang Tua Menangani Anak Usia Dini yang Wajib Diketahui

Anak usia dini yang membutuhkan perhatian khusus dari orang tuanya. Karena di usia tersebut anak sudah mulai berinteraksi dengan lingkungan sekitar, sehingga mudah terpengaruh. Di sinilah peran orang tua diperlukan untuk menangani anak usia dini. Karena apa yang dilakukan oleh orangtua pada proses tumbuh kembang anak selama usia dini, akan berpengaruh pada kemampuannya kelak.

Untuk itu, pada usia ini orang tua mempunyai kewajiban untuk memberikan pendampingan maksimal kepada anak. Selengkapnya berikut ini peran-peran yang harus diterapkan. 

1. Menjadi Pengamat Anak

Salah satu peran orang tua dalam menangani anak usia dini yaitu menjadi pengamat. Peranan ini sangatlah diperlukan karena di usia tersebut, anak cenderung untuk melakukan apapun sesuai dengan keinginannya.

Tentu jika tidak dilakukan pengamatan, anak bisa keluar dari batas wajarnya. Apalagi di usia tersebut anak mudah terpengaruh dengan orang lain, tentu akan sangat beresiko. Di sisi lain, orang tua juga harus bisa memahami bagaimana permasalahan dan tanda-tanda yang terjadi pada anaknya. 

2. Jadi Pembimbing untuk Anak

Peran orang tua sebagai pembimbing memang sudah menjadi hal yang tidak asing lagi. Apalagi saat anak di usia tersebut mulai menghadapi berbagai masalah saat berinteraksi dengan teman di sekolahan atau lingkungan sekitarnya. 

Tentunya dalam menyikapi hal yang seperti ini, Orang tua harus mempunyai cara tersendiri. Misalnya saja dengan berusaha untuk menggali perasaan anak terkait masalahnya dan memahami masalah. Selebihnya orang tua hanya perlu memberikan arahan dan pengertian mengenai masalah tersebut.

3. Penghubung Anak

Menjadi penghubung anak dari berbagai permasalahan yang dialaminya juga menjadi peran orang tua. Tentunya dalam hal ini orang tua harus berusaha memahami bagaimana permasalahan yang berasal dari sumber lain. Hal ini dilakukan agar bisa mendapatkan informasi lebih jelas.

Informasi yang didapatkan bisa berasal dari berbagai sumber seperti teman, guru dan lainnya. Hal ini dilakukan agar orang tua tidak terfokus membela anak sebelum mengetahui kebenarannya. Sekalipun anak yang melakukan salah, Orang tua harus mengingatkan dan memberikan pengertian.

4. Membantu Anak Memecahkan Masalah dan Mengajarinya

Anak usia dini masih termasuk labil, sehingga belum terlalu bisa mengontrol emosionalnya. Begitu juga saat terjadi semua masalah sederhana dengan temannya, biasanya saya anak usia dini akan langsung melampiaskan emosionalnya tanpa berpikir terlebih dahulu.

Tentu sebagai orang tua dalam hal ini penting untuk memecahkan masalah tersebut dengan menerapkan beberapa hal. Seperti halnya mendampingi anak, mengarahkannya agar tidak melakukan hal yang buruk dan menjelaskan konsekuensi negatif dan positif terhadap apa yang dilakukan. 

5. Memberikan Dasar Pendidikan Bagi Anak

Peran orang tua menangani anak usia dini yang selanjutnya yaitu memberikan dasar pendidikan. Tentunya jika dasar pendidikan sudah diberikan sejak dini, maka akan semakin mudah anak mandarin ayah begitu juga dalam menerapkannya di kehidupan sehari-hari.

Dasar pendidikan yang wajib diberikan sejak kapan hari ini seperti budi pekerti, pendidikan agama, sopan santun, kasih sayang, mematuhi, estetika, rasa aman dan lain sebagainya. Selain itu, orang tua juga wajib untuk memberikan pola asuh yang tepat agar pertumbuhan anak lebih maksimal. 

6. Tidak Melakukan Hal Buruk di Depan Anak

Tidak melakukan hal buruk di depan anak juga menjadi salah satu peran orang tua yang wajib untuk dilakukan dalam menangani anak usia dini. Mengingat anak diusia tersebut merupakan sebaik-baiknya peniru, sehingga apapun yang dilakukan oleh orang tuanya akan langsung ditiru.

Maka dari dari itu, penting sekali untuk berhati-hati dalam berbuat apapun. Justru akan lebih baik lagi jika orang tua memberikan contoh yang baik di depan orang agar ditiru. Misalnya saja cara berinteraksi dengan orang yang lebih tua, melakukan tanggung jawab dan lainnya.

7. Menjadi Pendengar yang Baik

Salah satu cara yang bisa kita lakukan untuk menangani anak usia dini sebagai salah satu peran orang tua yaitu menjadi pendengar. Mengingat orang tua merupakan tempat pulang, sehingga harus bisa memberikan kenyamanan kepada anak dalam berbagai hal terutama bercerita.

Jangan terburu-buru memberikan respon, tapi biarkan anak bercerita hingga selesai. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar anak merasa dihargai dan perasaan didengarkan. Tidak ada salahnya juga dalam hal ini memberikan pujian, pelukan dan kasih sayang kepada anak. 

8. Bertanggung Jawab Memberi Kenyamanan untuk Anak

Upaya lain yang harus dilakukan orang tua dalam mewujudkan perannya yaitu memberikan kenyamanan. Kenyamanan yang diciptakan ini sangat diperlukan agar nantinya anak menjadikan orang tua sebagai sahabat terbaiknya dalam berbagai hal.

Bahkan, kenyamanan ini juga memberikan kesempatan kepada anak untuk tidak canggung bercerita kepada orang tuanya. Tentu dengan kondisi yang seperti itu, orang tua akan lebih mudah untuk memahami bagaimana karakter anak dan cara mengarahkannya. 

9. Meluangkan Waktu yang Cukup untuk Anak

Cara menangani anak usia dini yang selanjutnya yaitu meluangkan waktu. Entah itu belum kan waktu untuk menemani anak belajar atau sekedar bermain. Tentu jika orang tua bisa dijadikan sebagai teman, anak tidak akan merasa canggung dan tentunya nyaman.

Begitu juga sebaliknya, jika orang tua memberikan perhatian penuh terhadap anak, maka respon anak pada setiap arahan dan bimbingan orang tua menjadi lebih baik. Contohnya ajari anak bagaimana cara bersosialisasi yang baik, beretika dan lain sebagainya. 

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.


Parenting

Maksimalkan Perkembangan Kognitif Anak Sebelum Ia Berusia 5 Tahun

Mempunyai anak yang dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal merupakan impian setiap orang tua. Inilah kenapa diperlukan upaya memaksimalkan tahapan perkembangan kognitif anak usia 0-5 tahun. Jadi, disini peran orang tua sangatlah penting dalam perkembangan kognitif anak.

Pahami Dulu Apa Itu Pengertian Kemampuan Kognitif Anak

Sebelum membahas mengenai cara yang bisa dilakukan untuk memaksimalkan perkembangan kognitif anak, penting untuk mengetahui pengertiannya. Secara umum, kemampuan kognitif merupakan proses di mana anak dapat menerima pengetahuan dan informasi. 

Selain itu, kemampuan kognitif juga bisa diartikan sebagai keterampilan otak anak yang sangat diperlukan kan dalam menyelesaikan tugas sederhana sampai yang kompleks. Meskipun begitu, bukan berarti kemampuan tersebut dapat berkembang tanpa adanya upaya manusia. 

Inilah Kenapa sebagai orang tua penting untuk mengetahui kemampuan tersebut. Apalagi jika dibandingkan kemampuan yang dimiliki anak-anak dan orang dewasa sangatlah berbeda. Dengan kata lain, di sini orang tua harus memberikan dukungan atau stimulasi perkembangan kognitif. 

Cara Memaksimalkan Perkembangan Kognitif Anak 0-5 Tahun

Anak di usia 0-5 tahun mempunyai perkembangan kognitif yang berbeda. Contoh cara untuk memaksimalkan perkembangan tersebut di setiap tahunnya juga berbeda. Selengkapnya berikut ini penjelasan mengenai cara-caranya di setiap usia anak. 

1. Memaksimalkan Perkembangan Kognitif Usia 0-6 Bulan

Anak di usia 0-6 bulan sudah mulai menunjukkan kemampuannya dalam menunjukkan reaksi terhadap suara. Bahkan, di usia ini anak juga sudah mulai bisa mendekati sumber suara tersebut. Sedangkan untuk memaksimalkan perkembangan kognitifnya, terapkan beberapa cara ini.

  • Mengajak anak untuk berbicara agar dapat memastikan Apakah sudah bisa merespon dengan melihat wajah Anda.
  • Sering-seringlah membacakan buku kepada anak dan menunjuk gambarnya. 
  • Melakukan berbagai aktivitas yang tidak akan membuat bayi bosan dan rewel.
  • Berikan mainan dengan jarak jauh dan masih terlihat anak. 

2. Memaksimalkan Perkembangan Kognitif Usia 6-9 Bulan

Tahapan perkembangan kognitif anak usia 0-5 tahun, terutama di usia 5-9 bulan sudah mulai mempunyai kemampuan seperti menggenggam benda. Bahkan, di usia ini anak juga sudah bisa memindahkan benda dari satu tangan ke tangan yang lainnya. Tentu untuk memaksimalkan perkembangan kognitif ini, terapkan beberapa cara berikut.

  • Saat anak mempunyai kemampuan atau keterampilan baru, berikan pujian.
  • Berikan mainan di sekeliling anak.
  • Membacakan buku kepada anak saat menjelang tidur atau waktu lainnya.
  • Memberikan permainan yang bisa meningkatkan kemampuan berpikir seperti memasukkan benda ke dalam lubang.
  • Mengajak anak untuk bernyanyi dan mendengarkan musik.

3. Memaksimalkan Perkembangan Kognitif Anak Usia 9-12 bulan

Anak di usia ini sudah bisa sudah mempunyai kemampuan membedakan benda sesuai dengan fungsinya. Misalnya saja cangkir untuk minum, sendok untuk makan dan lain sebagainya. Sedangkan untuk memaksimalkan perkembangan ini, orang tua wajib melakukan beberapa cara berikut. 

  • Memberikan anak berbagai mainan maupun benda.
  • Mengajak anak untuk bermain petak umpet dan bertepuk tangan.
  • Mengajak anak bermain mencari barang-barang yang hilang.
  • Mengajarkan pengetahuan baru mengenai sebab akibat. 

4. Memaksimalkan Perkembangan Kognitif Usia 1-2 tahun

Saat anak sudah berusia satu atau dua tahun, pengetahuannya mulai bertambah. Misalnya saja sudah memahami anggota tubuhnya. Bahkan, sudah paham mengenai benda-benda yang ada di sekitarnya. Sedangkan cara memaksimalkan perkembangan kognitif tersebut, berikut cara-caranya.

  • Mengajak anak untuk mewarnai gambar dengan bentuk tertentu.
  • Mengajak anak untuk mencari mainan yang disembunyikan. 
  • Sering-seringlah memberikan arahan kepada anak seperti ambil mainan itu.
  • Bisa juga memberikan arahan untuk memasukkan mainan ke dalam keranjang.

5. Memaksimalkan Perkembangan Kognitif Usia 3-4 Tahun

Saat anak sudah menginjak usia 3 sampai 4 tahun, biasanya sudah mulai bisa bermain dengan temannya. Namun, di usia ini belum bisa untuk berbagai mainan atau sejenisnya. Tentunya untuk memaksimalkan perkembangan tersebut, terapkan beberapa cara berikut ini.

  • Mengajak anak melakukan sesuatu atau bermain peran.
  • Mengajak anak bermain menjadi pemimpin.
  • Mengajarkan anak mengenai lagu-lagu.
  • Mengajak anak untuk membantu aktivitas orang tua seperti memasukkan mainan ke dalam keranjang.
  • Mulai ajarkan mengenal angka-angka dan berhitung. 

6. Memaksimalkan Perkembangan Kognitif Anak Usia 4-5 tahun

Saat anak di usia 4 sampai 5 tahun sudah mulai bisa memahami konsep waktu seperti pagi, nanti, kemarin dan lainnya. Tentu di tahapan usia ini anak sudah mulai mengalami perkembangan dalam kemampuannya. Sedangkan untuk memaksimalkannya, Orang tua harus menerapkan beberapa cara berikut ini.

  • Memancing agar anak dapat menceritakan aktivitasnya.
  • Biasakan anak untuk bisa mengambil keputusan dengan cara memberikan pilihan.
  • Membantu anak dalam meningkatkan kemampuannya dalam berbahasa dan mengenalkan kata-kata yang akan sering digunakan. 
  • Membantu anak agar bisa menggunakan frasa dan kata yang tepat.
  • Ajak anak untuk menggambar semua anggota keluarga. 

Pentingnya Peran Orang Tua dalam Perkembangan Kognitif Anak

Dari penjelasan sebelumnya bisa diambil garis besar jika peran orang tua dalam perkembangan kognitif anak sangatlah penting. Dengan kata lain, tanpa bantuan dari orang tuanya terutama ibu, perkembangan kognitif anak tidak akan berkembang optimal.

Di sini, orang tua berperan sebagai pembimbing dan mengarahkan anak agar melakukan sesuatu yang nantinya bisa menjadi kebiasaan. Misalnya saja memimpin anak untuk bisa dispilin, mandiri dan membuat keputusan sendiri.

Tentunya untuk meningkatkan perkembangan kognitif anak bisa dilakukan sesuai dengan tahapan usianya. Mengingat setiap usia anak, mempunyai kemampuan tersendiri dan tentunya tidak dapat dipaksakan sama dengan usia yang selanjutnya. 

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Most Share

To Top