Orangtua di zaman dulu beranggapan kalau anak perlu membaca, menulis, dan berhitung dalam usia sedini mungkin. Kalau si anak sudah pandai calistung sebelum masuk Sekolah Dasar, ada anggapan si kecil akan jadi sosok yang cemerlang di kelasnya. Hanya saja, para pakar pendidikan tak sepenuhnya benar.
Bahkan, mengajarkan calistung pada anak terlalu dini justru perlu dihindari, karena dapat berdampak negatif. Jadi di usia berapa sebaiknya si kecil mulai belajar calistung? Setidaknya Bunda perlu tahu dulu tahapan tumbuh kembang si kecil berdasarkan usianya.
1. Fase Pertama(0-24 bulan)
Pada fase ini, si Kecil paling membutuhkan stimulasi motorik, sebab ia perlu mengembangkan berbagai kemampuan motorik kasarnya mulai dari tengkurap, berguling, duduk, merangkak, dan berjalan. Hanya saja, tak Cuma stimulasi motorik, si kecil juga perlu diberi stimulasi bahasa sebagai bekal berinteraksi dengan lingkungannya.
2. Fase Kedua (2-3 Tahun)
Di masa ini, stimulasi yang paling ia butuhkan adalah stimulasi bahasa, Bun. Sesaat lagi ia akan memasuki usia 3 tahun dan mulai menyadari keberadaan orang-orang di sekitarnya serta belajar bersosialisasi dengan mereka.
3. Fase ketiga (4 Tahun)
Pada fase ini, si kecil mulai memasuki tahap mandiri sehingga stimulus yang paling dibutuhkan adalah latihan menjadi anak yang mandiri. Misalnya, Bunda bisa melatihnya atau membiasakannya untuk menentukan pilihan, berusaha memakai baju atau sepatu sendiri, dan sebagainya. Dengan cara ini, Bunda pun dapat mulai menanamkan nilai-nilai positif pada diri si Kecil.
4. Fase Keempat (5 Tahun)
Pada usia ini, Bunda bisa mulai mengajarinya beberapa pengetahuan dasar seperti nama-nama warna, bentuk bangun datar, simbol-simbol (termasuk angka), serta berbagai bentuk dan pola. Hal yang terpenting di fase ini adalah anak mulai bisa mengasosiasikan simbol-simbol tertentu dengan hal-hal yang ia temui dalam kesehariannya.
Di fase ini, Bunda juga mulai bisa mempersiapkannya memasuki bangku sekolah. Saat berbincang dengannya, pelan-pelan masukkan sedikit bahasan soal gambaran dunia sekolah, dan jelaskan padanya tentang beberapa aturan. Misalnya, saat berada di kelas, ia harus mendengarkan arahan guru dengan baik dan hanya berbicara ketika diberi kesempatan diskusi, atau mengungkapkan pendapatnya.
5. Fase kelima
Nah, ini adalah momen saat si kecil mulai “latihan bersekolah” di lembaga formal, seperti TK atau PAUD. Kenapa perlu sekolah semacam ini, sejatinya tujuannya untuk yaitu pemanasan bagi si Kecil sebelum ia menempuh pendidikan di tingkat Sekolah Dasar. Di fase ini, balita kesayangan Bunda mulai mengenal istilah “jam berangkat sekolah”, “jam pulang sekolah”, “guru”, “belajar”, “teman sekolah”, dan sebagainya.
Batas Usia Minimal si Kecil Diajari Calistung
Setelah memahami tahapan tumbuh kembang anak, yuk Bun, pertimbangkan dan perhatikan sudahkah si kecil siap untuk diajak aktif bercalistung? Pertama-tama, perlu diingat bahwa kemampuan membaca, menulis, dan berhitung adalah kemampuan yang sifatnya lanjutan. Artinya, ada kemampuan dasar yang perlu dikuasai anak dengan baik sebelum akhirnya bisa membaca, menulis, dan berhitung.
Jadi, sebelum mulai belajar membaca huruf, si Kecil harus terlebih dulu mampu “membaca” simbol. Sebelum mulai menulis, si Kecil harus sudah bisa menjumput dan memegang benda hanya dengan dua jari. Jadi, ia bisa memegang pensil dengan benar.
Mengutip dari Friso, Sebelum mulai mengerjakan operasi penjumlahan, si Kecil harus terlebih dulu memahami konsep one-to-one correspondent (maksudnya, ia paham bahwa sesuatu bisa dikatakan “satu” bila jumlahnya hanya sebuah, dan seterusnya. Hal ini bisa dipelajari lewat praktik langsung. Misalnya, minta si Kecil membagikan biji congklak sebutir demi sebutir ke dalam lubang). Jadi Bun, idealnya memberikan pelajaran calistung yaitu saat si kecil menguasai seluruh kemampuan dasarnya, setidaknya saat usianya 6 tahun Bun.
Sayangnya kita masih sering menemukan balita yang terlalu cepat diminta untuk mengerti soal calistung. Kendati memang belum dianggap cukup umur, si kecil bisa saja untuk tetap mengikuti pelajaran. Namun, ini berarti Bunda memaksanya mempelajari sesuatu yang belum saatnya ia pelajari.
Tak hanya itu, secara tidak langsung, Bunda juga mengambil waktu si Kecil yang seharusnya ia gunakan untuk melatih berbagai kemampuannya di luar calistung. Hal ini rentan membuat si Kecil tertekan dan stres, sehingga ke depannya minat belajar si kecil berkurang. Bun, pakai saja beberapa tips ini saat mengajari si kecil soal calistung:
- Tak perlu terburu-buru memulainya. Tunggulah hingga si Kecil menguasai seluruh kemampuan dasar calistung.
- Ajari ia secara bertahap dan lakukan dengan sabar.
- Hindari mengucapkan kalimat dan mengeluarkan ekspresi kecewa saat si kecil belum juga bisa membaca, apalagi di hadapannya. Hal ini bisa membuat si kecil bersedih.
