Parenting

Jangan Langsung Mengajarkan Dua Bahasa, itu menyebabkan Speech Delay pada anak, Begini Waktu ideal Mengajarkan Bahasa pada Anak

Banyak keluarga muda yang kini membesarkan anak dengan dua bahasa atau lebih. Alasannya sangat beragam. Ada yang karena pasang orang asing, mendadak harus tinggal di luar negeri, atau sekadar ingin agar anak mengenal bahasa asing sejak dini agar siap menghadapi era globalisasi.

Banyak pula orangtua yang meyakini, mengajarkan bahasa baru pada anak sejak dini lebih menguntungkan. Alasannya, karena anak-anak lebih mudah menyerap bahasa baru tanpa upaya keras.

Namun memaksa anak untuk belajar dua bahasa atau lebih terlalu dini juga tidak baik

Boleh-boleh saja berharap anak tumbuh menjadi pribadi dengan kemampuan berbicara dalam sejumlah bahasa. Namun memaksa anak untuk belajar dua bahasa atau lebih terlalu dini juga tidak baik. Ada penelitian yang menemukan bahwa bilingual menjadi salah satu faktor risiko terjadinya speech delay pada anak.

kidsspeaking

Akan lebih baik, bila anak diajari satu bahasa saja terlebih dahulu. Pilihan bahasa diberikan sepenuhnya kepada orang tua. Bisa dengan mengajarkan bahasa ibunya sendiri.

Waktu Ideal Mengajarkan bahasa kepada anak yaitu 0 -3 tahun

Waktu ideal untuk mengajarkan bahasa baru pada anak ini adalah sejak mereka lahir hingga usia 3 tahun. Rentang usia ini bertepatan dengan masa ketika anak memang belajar berbicara, dimana pikirannya masih terbuka dan fleksibel.

4 hingga 7 tahun juga menjadi waktu terbaik untuk mengajarkan bahasa kedua untuk anak

Karena mereka masih memproses beberapa bahasa dalam satu jalur. Artinya, mereka membangun sistem bahasa kedua bersamaan dengan yang pertama, dan belajar kedua bahasa tersebut seperti penduduk aslinya.

Anak di atas 7 tahun sebenarnya belum terlalu terlambat untuk belajar bahasa kedua. Sebab, waktu ideal ketiga untuk memelajari bahasa kedua adalah sekitar usia 8 hingga masa pubertas.

Setelah memasuki pubertas, bahasa-bahasa baru anak harus menerjemahkan lebih dulu bahasa tersebut

Menurut penelitian, setelah memasuki pubertas, bahasa-bahasa baru akan disimpan dalam area yang terpisah di dalam otak. Sebagai hasilnya, anak harus menerjemahkan lebih dulu bahasa tersebut, atau menggunakan bahasa pertamanya sebagai jalur menuju bahasa baru.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.


Parenting

Anak Mudah Bergaul Jadi Nilai Positif, Ini 5 Cara Orangtua Tingkatkan Keterampilan Sosial Si Keci

Seiring dengan bertambahnya usia Si Kecil, kemampuannya untuk bersosial atau mudah bergaul, tentu semakin baik. Ketika ia memasuki usia sekolah, Si Kecil diharapkan sudah mampu untuk mudah berteman, tanpa perlu ditemani orang tua lagi.

Namun sebagian anak mudah bergaul dengan teman sebayanya, namun ada juga yang kesulitan mencari teman dengan minat yang sama. Hal ini dapat diatasi dengan mengajarkan keterampilan bergaul pada si kecil sehingga tantangan untuk mengawali menyapa dan memperkenalkan diri dapat dilalui. 

Bunda Perlu Cari Tahu, Apa Hal yang Menyebabkan Anak Susah Bergaul?

Anak susah bergaul disebabkan oleh banyak faktor. Mengetahui penyebabnya memudahkan orang tua mengambil langkah mengatasinya. Umumnya ada 5 penyebab si kecil sudah bersosialisasi yaitu: 

1. Si Kecil Tak Leluasa untuk Memulai Hubungan dengan Orang Lain Karena Orang Tua Terlalu Over Protektif

Orang tua memang bertanggung jawab atas keselamatan dan keamanan si kecil. Tetapi, tidak boleh terlalu protektif sampai anak merasa dikekang. Akibatnya anak tertekan dan cemas dalam hal bergaul. Apalagi jika orang tua sering kali melarang si kecil keluar rumah menghambatnya bertemu orang lain. 

Kesempatan membangun hubungan sosial menurun. Karena itu, saat ada anak sebayanya, si kecil tidak tahu harus menujukkan sikap seperti apa. Hal ini disebabkan orang tua hanya membiarkan anak bermain di rumah dengan semua mainannya. 

2. Anak Terlalu Pemalu untuk Berani Berbaur dengan Teman Seusia dan Lingkungan Bermainnya 

Sifat pemalu memang sering kali dialami si kecil saat bertemu orang baru. Makanya ketika bertemu anak lain yang seusianya, si kecil bersembunyi di samping atau di belakang orang tua. Merasa malu memulai percakapan dan berteman dengan orang lain. 

Anak ingin mempunyai teman tetapi karena rasa malunya lebih besar, membuatnya sulit untuk menyapa atau mengajak berkenalan. Mungkin hanya menampakkan senyuman, jelas sekali cara ini tidak dapat meningkatkan kemampuan sosial si kecil. 

3. Pernah Mendapat Penolakan Hingga Membuatnya Takut untuk Memulainya Lagi

Anak yang pernah mendapat penolakan cenderung susah bergaul. Sebab pengalaman ditolak tersebut tersimpan di memori si kecil. Takut ditolak muncul lagi saat hendak memulai hubungan pertemanan. Jika rasa takut ini tidak bisa dikalahkan, otomatis sulit mendapat teman.

Penolakan dapat terjadi dari yang halus sampai berat. Anak akan menarik diri dari pergaulan untuk melindungi dan menenangkan dirinya. Tempat ternyaman baginya adalah di rumah bersama keluarga. Peran orang tua sangat penting untuk meningkatkan keberanian si kecil menghadapi ketakutan ini. 

4. Ada Masalah Temperamen Bawaan Pada Si Kecil

Setiap anak memiliki pembawaan sifat masing-masing seperti slow to warm up dan easy going. Temperamen easy going mudah sekali berbaur dengan anak lain sehingga sebentar saja banyak sekali teman diperoleh. 

Berbeda pada anak slow to warm up, merasa cemas berpisah dengan orang tua dan bertemu orang baru. Situasi pergaulan dirasa tidak familiar sehingga harus adaptasi terlebih dulu. Memang membutuhkan waktu yang lama namun adanya pendekatan dari orang sekitar membuat anak nyaman dengan lingkungan baru. 

Memahami Hal-hal yang Harus Dilakukan Orang Tua agar Anak Mudah Bergaul

Orang tua ingin anak mudah bergaul karena bagus untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Belajar bergaul merupakan keterampilan penting yang harus diajarkan sejak dini. Peran orang tua sangat penting dengan menerapkan cara berikut. 

1. Jadi Pendengar yang Baik untuk Semua Hal yang Ingin Diceritakan Si Kecil 

Orang tua harus menjadi pendengar yang baik supaya anak bersedia menyampaikan semua hal. Terutama saat si kecil mengalami masalah dengan teman-temannya. Sekecil apapun masalah tersebut jangan menganggapnya sepele di depan anak. 

Dengarkan dulu apa yang dirasakan anak selanjutnya cari solusi atas masalahnya. Harus diingat bahwa orang tua tidak turun tangan langsung menyelesaikan masalah. Tetapi, sampaikan langkah seharusnya dilakukan anak agar bisa berbaikan dengan temannya. 

2. Bantu Si Kecil Mulai Percakapan Ketika Sedang Berada Pada Keramaian atau Sedang Bermain Bersama Teman

Anak sulit memulai percakapan, tidak mudah mendapatkan teman. Malu dan tidak tahu cara menyapa merupakan masalah yang harus diatasi. Orang tua dapat membantu membuka perkenalan agar si kecil terlibat. 

Kemudian biarkan anak melanjutkan perbincangan dengan teman barunya. Tinggalkan si kecil agar lebih mandiri tidak bergantung pada orang tua selama bersama orang lain. Jadi, orang tua tidak membantu si kecil berbicara dari awal hingga akhir. 

3. Ajarkan Bagaimana Cara Bergaul dan Menjadi Seorang Teman Bagi Orang Lain

Cara bergaul sering kali tidak diketahui si kecil sehingga saat bertemu orang lain, lebih banyak diam atau sibuk sendiri. Latih anak cara menyapa dengan ramah dan sopan. Praktikkan agar mudah ditiru si kecil, misalnya saat orang tua bertemu sahabat.

Si kecil mudah sekali mengikuti perbuatan orang tua termasuk dalam bergaul. Memberikan contoh dapat mempengaruhi si kecil mempelajari tindakan bersosialisasi. Sebenarnya tempat pertama bagi anak untuk bersosial adalah orang tua. 

4. Lakukan Hal-hal yang Dapat Membantu Anak Bangkitkan Rasa Percaya Dirinya

Rasa malu menghambat keterampilan bergaul si kecil. Meskipun begitu malu seolah sifat bawaan karena hampir semua anak merasakannya. Orang tua harus mengatasi hal ini dengan membantu tingkatkan rasa percaya diri si kecil. 

Anak harus percaya pada kemampuan sendiri. Latih si kecil berani terbuka dan mencoba hal baru termasuk bergaul. Hubungan pertemanan tidak akan berjalan jika si kecil terus memelihara rasa malunya. Karena itu, sejak dini harus dilatih untuk mengaplikasikan rasa malu sesuai tempatnya.

5. Jauhkan Si Kecil dari Gadget dan Ajak Ia Mulai Membangun Interaksi Nyata dengan Orang Sekitar

Menggunakan smartphone, tablet, menonton televisi sepanjang hari mampu menghambat keterampilan bergaul anak. Sebab aktivitas ini hanya melibatkan anak dengan perangkat elektronik. Tidak ada interaksi sosial dengan orang lain. 

Orang tua harus membatasi penggunaan gadget si kecil. Libatkan anak melakukan aktivitas di luar rumah supaya si kecil mudah berinteraksi dengan teman sebayanya. Anak yang terlalu lama berada dalam rumah kesulitan beradaptasi saat beraktivitas di luar. Itulah hal yang dapat dilakukan orang tua untuk membentuk membentuk pribadi anak mudah bergaul. Keterampilan sosial ini harus dilatih supaya dapat dibiasakan dari kecil. Sebab, mudah bergaul bukan hal yang mudah dilakukan oleh sebagian anak kecil.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.


Parenting

Kemampuan Nalar Anak Jadi Salah Satu Pendukung Kecerdasan, Berikut 7 Hal Penting Merancang Kecerdasan Anak

Anak cerdas dan berprestasi merupakan salah satu hal yang sangat luar biasa membanggakan untuk orang tua. Melalui segala macam aspek akan mampu memberikan banyak harapan bagi anak mencapai sebuah prestasi untuk mengasah kemampuannya. Anak yang masih berada dalam masa pertumbuhan dan perkembangan adalah waktu yang sangat tepat untuk memperkenalkan kepada mereka tentang segala macam hal. 

Banyak orang tua yang memiliki cara tersendiri dalam melatih daya pikir serta mengasah kemampuan anak dalam berbagai macam bidang, namun anak juga membutuhkan daya imajinasinya yang secara alamiah akan hadir dan timbul sebagai salah satu pelengkap dalam kehidupan mereka kelak. Ini akan sangat membantu anak dalam menyelesaikan rasa dan karsa mereka dalam tumbuh kembangnya agar kian optimal.

Maka dari itu lah, perlu adanya sesuatu yang sangat penting dan harus dimiliki oleh orang tua untuk melatih kemampuan hingga kecerdasan anak, agar tidak terdapat perpecahan antara ekspektasi orang tua dengan realita anak sebenarnya. Inilah beberapa hal penting untuk merancang kecerdasan anak sejak dini:

1. Kemampuan Anak Dalam Menalar, Termaksud Bagaimana Caranya Memhami Sesuatu 

Penalaran adalah makna dasar yang memang begitu sangat penting dalam memberikan kemampuan optimal dari anak. Dengan penalaran anak, maka anak mampu memaknai suatu hal menurut anggapan dirinya, sebagai orangtua, maka Anda juga memiliki peran yang tidak kalah pentingnya yaitu secara langsung menjelaskan dan meluruskan sebuah penalaran anak untuk semakin terarah dengan baik.

2. Mengasah Anak Merencanakan Sesuatu Agar Ia Paham Bagaimana Cara Memulai Sesuai Sampai ke Tahap Mengeksekusinya 

Kemampuan selanjutnya adalah cara anak merencanakan sebuah hal. Anda juga bisa melatih salah satu aspek kecerdasan anak ini dengan cara memberikan masalah kecil dan sederhana yang nantinya membutuhkan perencanaan. Nah, dari hal tersebutlah maka Anda mampu menilai sekaligus mengasah kemampuan anak untuk melakukan sebuah perencanaan suatu hal.

3. Melatih Ia Memiliki Kemampuan untuk Memecahkan Masalah Versi Anak

Setiap nak pesti mempunyai kemampuan pemikiran berbeda-beda, akan tetapi Anda bisa menjadikan diri sebagai wadah apabila anak ingin untuk memberikan kemampuan pemecahan masalah tersendiri versi diri mereka masing-masing. Melalui cara yang teramat sederhana, seperti halnya jika Anda mengajak anak berdiskusi bersma untuk memberikan pemecahan sebuah masalah kemudian dengarkan tentang pendapat dan masukan dari anak mengenai pemecahan tepat bagi masalah tersebut.

4. Jangan Dibatasi, Biarkan Ia Berfikir Secara Abstrak

Kembali pada daya imajinasi yang secara alamiah akan dimiliki oleh anak. Dengan sebuah penalaran, maka anak akan semakin mampu berfikir secara rasional, namun anak-anak memiliki daya berfikir unik dan imajinasi tinggi, jadi jangan salahkan jika mereka memberikan pemikiran yang cukup unik dan terkesan abstrak, karena inilah salah satu aspek kecerdasan dari anak.

5. Pemahaman Anak Terhadap Gagasan untuk Memberikan Opini dan Bantahan Terhadap Suatu Hal

Dengan memberikan sebuah gagasan, maka anak mampu mengungkapkan pemikiran yang berolah secara stabil dengan tingkat percaya dirinya yang beriringan dengan sangat baik. Jika memang anak tidak memiliki pemahaman yang kuat, ia tidak akan memberikan ungkapan selaras dan stabil. Jadi, akan sangat membantu apabila Anda memberikan anak sebuah ruang dalam mengungkapkan gagasan mereka agar selalu jujur dan melatih diri dalam mengungkapkan langkah pemikiran mereka yang baru.

6. Penggunaan Bahasa yang Baik dan Benar Oleh Anak

Anak yang sedang bertumbuh dan berkembang akan kian optimal ketika kemampuan mereka dalam berbahasa kian baik. Salah satunya yaitu mengenai penggunaan bahasa yang baik dan benar. Anak dapat Anda latih berbahasa yang sesuai dengan konsep diri yang tepat pula. Namun, jangan pernah melupakan rasa yang terdapat dalam penggunaan bahasa yang Anda gunakan sebagai kosakata anak mengungkapkan suatu hal. 

7. Membantunya Menumbuhkan Keinginan dan Kemampuan Belajar untuk Terus Berkembang

Tingkat kemampuan serta kemauan anak dalam belajar adalah karsa yang mampu Anda lihat untuk semakin meningkatkan sebuah persepsi dan tujuan dalam mengelola kecerdasan dari anak yang akan membuat diri anak semakin fokus dalam menjajaki pemikiran dan olah IQ (intelligence Quotient) yang sangat penting untuk masa emas anak.

Itulah tadi beberapa hal penting yang memang sudah menjadi kewajiban para orang tua dalam merancang kecerdasan anak mulai sejak dini. Dengan banyaknya aspek tepat untuk memberikan rasa dan karsa anak, maka mampu menjadikan anak semakin terkontrol sekaligus mengolah daya anak untuk semakin berkembang dengan baik secara optimal. Jadi, jangan batasi anak, hanya merancang dan membimbing hingga mengarahkan mereka menjadi tanggung jawab mutlak setiap orang tua.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.


Parenting

Tips Parenting Tentang Cara Agar Anak Disiplin Belajar yang Wajib Bunda Lakukan di Rumah

Menerapkan kedisiplinan bukanlah hal yang mudah. Sebab terkadang ada hal yang bisa saja membuat anak pecah fokus dan akhirnya mulai tidak disiplin lagi. Di sinilah peran kita sebagai orangtua diperlukan. Membimbing dan mengarahkan anak, agar terbiasa melakukan hal-hal yang akan dikerjakan secara disiplin. 

Kali ini, sayangianak.com ingin berbagi beberapa cara agar anak disiplin belajar maupun melakukan segala macam pekerjaan lainnya, yang bisa Bunda ikuti. 

Cara agar Anak Disiplin Belajar yang Bisa Mulai Pelan-pelan Bunda Terapkan

Usia anak-anak memang masih senang-senangnya bermain. Namun bukan berarti harus terus dimanjakan sampai tidak bisa membedakan mana yang benar dan salah. Berikut adalah tips bagaimana mengajarkan kedisiplinan pada anak sedari kecil sampai besar kelak jadi orang yang tangguh.

1. Jadi Orangtua Perlu Tegas dengan Tidak Mudah Luluh Jika Anak Merajuk

Saat awal membuat peraturan dan mulai diterapkan mungkin ada pemberontakan dan penolakan dari anak. Mereka biasanya akan mengalami kesulitan untuk beradaptasi, menuntut orangtua untuk tidak mencabut peraturan tersebut dan beraktivitas seperti biasanya. Bunda jangan mudah luluh ya.

Ketika anak menunjukkan rasa keberatannya, Bunda atau Ayah jangan mudah memberikan peluang atau kelonggaran. Semua bentuk peraturan yang telah dibuat dan disepakati bersama akan memberikan dampak panjang yang bagus untuk tumbuh kembang pribadi anak. Jadi harus terus dilakukan.

2. Batasi Keinginan Anak, Jangan Memberikannya Mainan Kesukaan Terus

Ketika anak sudah waktunya untuk melakukan tugasnya namun masih malas-malasan, apa yang harus Bunda lakukan? tentu saja tegas dalam bersikap dan jangan malah memberikannya mainan kesukaan hanya karena alasan agar anak mau mendengarkan perintah dari Bunda atau Ayahnya.

Jika Bunda memberikan mainan kesukaan jatuhnya justru menyenangkan anak tersebut. Lama kelamaan ia akan terbiasa dengan bujukan serta rayuan dulu baru mau melakukan tugasnya. Hal tersebut tidak mendisiplinkan justru akan terasa memanjakannya. Jadi sebisa mungkin jangan berikan mainannya terus

3. Sesekali Tak Apa untuk Membiarkannya Menikmati Waktunya

Terkadang ketika anak sedang dalam keadaan bad mood mereka ada saja tingkahnya. Tiba-tiba mereka tidak mau melakukan tugas tersebut atau merajuk ingin main saja. Sebenarnya hal tersebut boleh saja, namanya anak-anak pasti merasa bosan juga jika harus terus melakukan hal yang sama secara berulang.

Untuk mendapatkan solusinya yang menyenangkan semua pihak maka lebih baik jangan dipaksakan. Memberikan waktu agar anak tetap merasa nyaman dan tidak terlalu ditekan. Tidak mengapa jika sesekali waktu membiarkannya tidak mau mengerjakan tugasnya. Misalnya saat sakit atau ada halangan.

4. Melatih si Kecil untuk Mandiri Melakukan Tugas-tugas dan Kewajibannya yang Lain

Dalam setiap proses tumbuh kembangnya pasti ada saja yang terjadi. Agar ia bisa tumbuh menjadi pribadi yang disiplin dalam hal belajar atau lainnya harus diberikan kepercayaan oleh orangtua. Hal ini bertujuan demi membuatnya mandiri dan bisa mengambil keputusannya sendiri.

Memang tidak mudah pada awalnya, membiarkan si kecil untuk memilih keputusannya sendiri. Namun Bunda bisa coba dari hal-hal yang kecil dulu, misalnya saja memintanya untuk memilih pakaiannya sendiri. Dari hal-hal kecil inilah anak bisa mengerti konsekuensi dari setiap pilihannya.

5. Biarkan Anak Mengungkapkan Tentang Semua Hal yang Dirasakannya

Melatih kedisiplinan anak bukan berarti menuntutnya untuk terlihat sempurna. Bagaimanapun mereka tetap hanya anak-anak yang masih lugu, polos juga ceria. Berikan juga porsi bersenang-senang agar dia tidak kehilangan masa-masa tidak akan terulang kedua kalinya. Jadi jangan terlalu dikekang.

Biarkan si kecil secara leluasa mengungkapkan perasaannya, ajarkan dia agar bisa menyampaikan emosionalnya dengan baik tanpa harus menyakiti atau melukai orang lain. Misalnya saja saat ia sedih marah atau kecewa, biarkan anak menangis sampai tenang dengan sendirinya.

6. Berikan Ia Hak untuk Memilih dengan Memberikan Opsi Pada si Kecil

Walaupun Bunda melatih anak untuk disiplin dan juga mandiri namun bukan berarti melupakannya begitu saja. Terkadang Ayah dan Bunda juga tetap harus terlibat dalam setiap pengambilan keputusannya. Memastikan bahawa sudah benar dan sesuai dengan kebutuhannya.

Memberikan anak opsi atau sebuah pilihan misalnya ketika sedang ingin membeli mainan atau memilih makanan kesukaan. Dengan cara seperti ini maka si kecil akan tambah terbiasa memutuskan sebuah pilihan, berkompromi dengan orang lain dan memahami konsekuensi dari setiap pilihan yang diambil.

7. Berikan Reward Pada si Kecil untuk Merayakan Keberhasilannya

Jangan lupa juga untuk memberikan reward atas pencapaian dari si kecil. Bagaimanapun anak-anak tetaplah senang dengan hadiah, sekecil apapun tetap bisa meningkatkan semangatnya dalam memberikan hal-hal lebih jauh lagi. Jadi sesekali saja juga tidak mengapa, asalkan anak senang.

Memberikan reward pada si kecil bukan berarti harus membelikan barang-barang mahal. Bisa saja hanya dengan membelikan makanan kesukaan misalnya burger, kentang goreng, es krim dan masih banyak lagi. Masakan rumah juga bisa jadi salah satu bentuk reward paling disukai anak-anak.

8. Dan Sebagai Orangtua, Kita Perlu Konsistensi dalam Melakukan Semua Hal Tersebut

Salah satu faktor yang membuat hasil akhir sesuai dengan keinginan adalah faktor konsistensi. Sekarang semua upaya tersebut tidak akan ada artinya jika Bunda tidak tegas dan terus membuat peraturan terasa longgar. Butuh kerjasama antara semua pihak orangtua, anak bahkan sampai mbak pengurus rumah.

Konsistensi akan membentuk kebiasaan baru dalam diri si kecil sehingga sulit untuk melepaskan kepribadian tersebut. Jadi jangan ragu jika ingin menerapkan cara itu mulai dari sekarang, semakin awal maka hasilnya juga semakin bagus. Dampak jangka panjangnya benar-benar terasa jika sudah besar.

Kedisiplinan dalam belajar tentu tidak muncul dengan sendirinya, butuh proses panjang dan memberikan pemahaman kepada si kecil bahwa mata pelajaran tidak harus menjadi ketakutan. Justru itu adalah salah satu pemicu semangat agar bisa menguasai bidang-bidang yang disukai. 

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Most Share

To Top