Parenting

Ini 7 Perbedaan Dasar Antara anak Laki-laki dan Perempuan yang Perlu Diketahui Orangtua

Di Indonesia, sering anda dengar celetukan orang tua bahwa mengasuh dua anak laki-laki itu lebih sulit daripada banyak anak perempuan. Kegiatan sehari-hari anak laki-laki bersaudara itu kalau tidak bertengkar, pasti membuat kekacauan. Kalimat “Bandel. Namanya juga anak laki,” menjadi kalimat yang wajar diucapkan oleh orang tua ataupun orang dewasa yang melihatnya.

Tapi, benarkah label itu layak disematkan kepada semua anak? Tentu tidak, jika orang tua tahu ilmu untuk membesarkan anak laki-laki bersaudara.

Perbedaan biologis, emosional, dan juga kepribadian, antara anak laki-laki dan perempuan tentu memengaruhi perbedaan pola asuhnya. Namun, benarkah membesarkan anak laki-laki lebih sulit?

Menurut Leonard Sax, MD, penulis buku Boys Adrift Otak dan pertumbuhan setiap jenis kelamin memiliki tingkat yang berbeda dan akan mempengaruhi perilaku antara anak perempuan dan laki-laki. Sehingga cara merawat anak perempuan dan laki-laki sangatlah berbeda. Simak juga Ini 10 Kiat Mengasuh Kakak-Adik Laki-Laki 
Dalam penelitian Allan N Schore mengenai perkembangan saraf dan endokrin anak laki-laki disebutkan beberapa perbedaan dasar antara anak laki-laki dan perempuan yang perlu diketahui orangtua:

1. Secara sosial, fisik, dan linguistik, anak laki-laki lebih lambat matang.

2. Sirkuit otak yang mengatur stres pada anak laki-laki juga lebih lambat berkembang sejak di kandungan dan setelah lahir.

3. Anak laki-laki lebih rentan pada gangguan neuropsikiatrik yang muncul di kandungan, sehingga mereka juga rentan terhadap gangguan tumbuh kembang seperti autisme atau ADHD.

4. Anak laki-laki lebih gampang terpengaruh secara negatif oleh stres lingkungan, baik sejak di kandungan atau setelah dilahirkan. Termasuk di dalamnya adalah zat-zat toksin dari lingkungan. Anak perempuan memiliki mekanisme alami yang membuatnya lebih tahan stres.

5. Di usia 6 bulan, bayi laki-laki sudah menunjukkan tanda frustasi ketimbang bayi perempuan. Di usia setahun, bayi laki-laki menunjukkan reaksi lebih besar terhadap stimulasi negatif.

6. Bayi laki-laki lebih membutuhkan dukungan ibunya. Perpisahan dengan ibu tentu berpengaruh pada bayi, apa pun gendernya, namun pengaruhnya lebih buruk pada bayi laki-laki.

7. Orangtua dan pengasuh sebaiknya mengurangi tekanan pada anak laki-laki, misalnya tak perlu melarang anak menangis hanya karena ia laki-laki. Anak laki-laki juga membutuhkan ungkapan kasih sayang dari orangtuanya. Kelembutan dan sikap responsif terhadap kebutuhan emosi anak justru membuat anak laki-laki mampu bersikap lebih kuat.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.


Extra

Memilih Permainan yang Pas Untuk Bayi Usia 0 – 12 Bulan

Banyak yang mengira bahwa memberikan mainan pada bayi yang baru lahir sebenarnya tidak dibutuhkan. Padahal memberikan mainan membantu tumbuh kembang anak meskipun baru lahir. Karena bermain adalah proses belajar yang bisa dilakukan anak di kehidupan awal mereka. Apa saja permainan yang pas untuk bayi?

Ide Mainan Untuk Bayi

Ada banyak sekali jenis mainan yang bisa Anda berikan kepada bayi mulai dari lahir hingga umur 12 bulan. Tentu saja mainan tersebut harus menyesuaikan dengan fase perkembangan anak. Seiring dengan kemampuannya semakin bertambah, maka macam-macam mainan yang diberikan pun bisa lebih bervariasi dan menantang.

Gambar Hitam Putih

Gambar hitam putih merupakan mainan yang sangat tepat untuk diberikan kepada bayi yang baru lahir dengan usia 0 sampai 1 bulan. Hal ini dikarenakan fungsi mata bayi belum bisa berfungsi dengan sempurna sehingga ia hanya dapat melihat warna hitam putih saja dengan jarak pandang yang dekat yakni 10 sampai 25 cm.

Cara pandang bayi akan semakin bertambah seiring berjalannya waktu. Anda bisa memperlihatkan gambar yang berwarna hitam dengan putih kontras. Meskipun hanya warna tersebut, biasanya bayi akan memperhatikan dan menunjukkan ketertarikannya.

Mainan yang Digantung

Bayi berusia 0 sampai 1 bulan biasanya menyukai mainan yang digantung. Anda bisa menggeser perlahan mainan tersebut apakah mata bayi akan mengikuti gerakan dari mainan itu atau tidak. Mainan yang digantung ini sangat menarik dan dapat membantu merangsang perkembangan motorik mata.

Anda bisa membeli mainan yang memang khusus untuk digantung atau bisa juga dengan menggantung benda-benda yang ada di rumah. Contohnya seperti kain, plastik, dan lain sebagainya. Lebih menarik lagi jika permainan itu bisa diputar-putar dan digerakkan secara otomatis dan ada bunyi-bunyian yang mengiringinya.

Boneka Laba-laba

Boneka laba-laba menjadi permainan yang bisa menarik perhatian bayi dan cenderung akan mereka sukai. Mainan gantung seperti boneka laba-laba ini sangat bagus untuk merangsang Indra anak yang berusia 1 sampai 4 bulan. Bagian bawa boneka biasanya berpola hitam putih / disenangi bayi baru lahir.

Jika bayi sudah lebih besar dan sudah bisa melihat beragam warna, maka ia akan lebih tertarik dengan gantungan pada setiap kaki laba-laba. Bentuknya yang menarik dan unik juga bisa membuat bayi senang ketika mendapatkan mainan ini. Apalagi jika boneka tersebut bisa diremas dan ada bunyinya.

Mainan Dengan Cermin

Mainan dengan cermin juga bisa menjadi pilihan yang menarik untuk bayi berusia 3 sampai 4 bulan yang mana fungsi matanya sudah lebih baik. Pada fase usia ini bayi sudah bisa melihat warna dengan jarak pandang lebih jauh dan jenis warna yang lebih bervariasi tidak hanya hitam dan putih.

Mereka sudah bisa mulai menggapai mainan yang digantung meskipun koordinasi tangannya masih kurang sempurna. Bahkan terkadang mereka bisa menangis ketika ingin memegang namun tetap tidak bisa. Pada usia ini mereka senang melihat refleksi diri pada cermin. Anda bisa mengajaknya bermain sambil bercanda di depan cermin.

Mainan Lunak (Soft Toys)

Boneka lunak atau soft toys bisa menjadi pilihan permainan yang menarik pada bayi berusia 4 bulan. Boneka seperti ini biasanya sama mereka gemari karena anak-anak mulai belajar dan gemar menggigit-gigit. Sehingga untuk menstimulasi giginya akan tumbuh dan kekuatan gusi maka gunakan mainan ini.

Namun, Anda harus berhati-hati dalam memilih mainan berupa boneka lunak atau teether ini dan pastikan bahannya aman. Karena mainan tersebut biasanya akan digigit oleh anak sehingga jangan sampai bahan berbahaya masuk ke tubuh mereka. Selain itu, pilih mainan yang bisa digenggam oleh tangan bayi.

Buku Bayi

Buku bayi menjadi pilihan yang bagus untuk mainan anak usia 5 bulan. Memasuki fase usia ini, anak-anak sudah senang menggosok-gosokkan tangannya ke berbagai permukaan benda. Untuk merangsang indra peraba dan perasanya, Anda bisa memberikan buku yang memiliki tekstur. Perkenalkan buku yang terbuat dari kain.

Karena buku-buku yang terbuat dari kertas biasanya memiliki ketajaman pada bagian sudutnya sehingga bisa membahayakan bayi. Buku tersebut juga bisa menjadi sarana untuk memberikan dongeng kepada anak setiap hari sebelum tidur sehingga budaya membaca sudah diajarkan sejak dini. Pilih cerita singkat yang tidak terlalu panjang.

Bola

Mainan bola sangat cocok diberikan untuk anak yang sudah memasuki usia sekitar 7 bulan ketika mereka sudah mulai belajar merangkak serta kemampuan menggenggamnya sudah semakin baik. Ajak anak-anak untuk belajar mengejar bola dengan menggelindingkannya. Dengan demikian mereka akan belajar merangkak lebih jauh.

Berikan bola yang bertekstur untuk melatih kemampuan sensori bayi. Pilih mainan yang bisa berbunyi jika dipencet sehingga dapat melatih logika sebab akibat pada anak. Berikan bola dengan berbagai ukuran dan warna agar mereka juga bisa mengenal ragam bentuk dan ragam warna untuk melatih kecerdasan otak.

Baby Playnat dan Playgym

Baby playmat dan playgym merupakan karpet arena untuk bermain bayi. Playmat ini bisa Anda lengkapi dengna mainan gantung untuk mendorong bayi mengeksplorasi lingkungan sekitarnya melalui suara, sentuhan, dan penglihatan.

Bayi akan belajar melihat berbagai warna yang digantung di atasnya, mendengar suara kerincing dari mainan yang disentuhnya, serta menyentuh dan merasakan tekstur karpet. Bayi juga akan terdorong untuk tengkurap dan melatih kekuatan tangan serta kaki karena alas playmat memiliki warna cerah.

Tips Memilih Mainan Untuk Bayi

Mainan memiliki manfaat yang sangat banyak untuk melatih kecerdasan otak, kemampuan motorik, dan kemampuan fisiknya. Beberapa mainan di atas merupakan jenis mainan yang sangat cocok untuk diberikan pada bayi yang mana kemampuannya masih sangat terbatas. Berikut ini tips memilih mainan:

Berikan Mainan Sesuai Fase Perkembangannya

Mainan bayi dirancang sesuai dengan tumbuh kembang dan kemampuan bayi yang disesuaikan dengan umurnya. Tentu saja Anda tidak akan bisa memberikan mainan untuk anak berusia 1 tahun ke atas kepada bayi yang baru berusia 3 bulan karena yang ada mereka tidak akan tertarik.

Sangat penting untuk mengetahui bagaimana tahap dan fase perkembangan anak untuk setiap usianya agar bisa memilih jenis mainan yang tepat. Pilihlah mainan yang dapat merangsang kemampuan motorik, fisik, dan otak anak sesuai dengan usianya yang tepat.

Bahannya Aman Untuk Bayi

Ketika bayi masih berusia di bawah tiga bulan, mereka sedang senang-senangnya memasukkan mainan ke dalam mulut. Sehingga agar keamanan bayi tetap terjaga dengan baik, Anda harus memastikan bahwa mainan tersebut terbuat dari bahan yang aman dan tidak membahayakan.

Jika mainan tersebut merupakan mainan plastik, maka pastikan bahan plastik yang digunakan aman untuk bayi dan tidak mengandung bahan kimia berbahaya. Cara untuk memastikannya sangat mudah yakni cukup melihat apakah mainan tersebut memiliki tanda daur ulang nomor 3 atau tidak.

Pilih Mainan yang Memiliki Tekstur dengan Beragam Bentuk, Ukuran, dan Warna

Masa-masa bayi adalah saat yang tepat untuk mengajarkan kepada anak kemampuan dasar yang nantinya akan terbawa hingga dewasa kelak. Karena daya ingat anak pada usia golden age ini sangat bagus sehingga Anda harus memperhatikan betul mainan yang tepat untuk mereka.

Pilihlah mainan yang bertekstur serta memiliki beragam warna, ukuran, bentuk, dan suara untuk memberikan stimulasi pada sentuhan, pendengaran, dan penglihatan bayi. Semakin banyak variasi tesebut, maka bayi akan mengenali semakin banyak benda yang dapat merangsang kecerdasan otaknya.

Pilih Mainan yang Dapat Mendorong Interaksi

Stimulasi atau rangsangan yang diberikan kepada bayi akan lebih optimal jika terjadi interaksi positif saat orang tua bermain dengan anaknya. Pilihlah mainan yang dapat mendorong interaksi antara anak dengan orang tua serta menumbuhkan respon pada anak.

Contoh mainan yang dapat mendorong interaksi adalah buku cerita atau buku dongeng. Anda bisa memilih buku cerita singkat yang banyak gambarnya. Ceritakan dongeng atau kisah untuk anak setiap hari sebelum mereka tidur sambil menunjukkan gambar dan tulisan pada buku tersebut.

Mainan yang Empuk dan Lembut

Selain senang memasukkan berbagai benda ke dalam mulutnya, bayi pada usia di bawah tiga bulan juga cenderung senang mengeksplorasi kemampuan melempar. Sehingga sangat penting untuk memilih mainan yang empuk dan lembut agar aman untuk bayi.

Karena mainan yang kasar dan berat tentu akan membuat bayi kesusahan saat memainkannya. Belum lagi jika ada sudut yang tajam tentu akan membahayakan keamanan mereka. Oleh karena itu, perhatikan betul tekstur dan jenis bahan pada mainan yang akan diberikan pada bayi.

Jangan Memilih Mainan yang Mudah Lepas dan Berukuran Kecil

Hindari mainan yang berukuran kecil karena khawatir akan ditelan oleh bayi. Bagian-bagian kecil pada mainan seperti manik-manik, kancing baju boneka, mata boneka, dan lainnya terpasang dengan baik serta tidak mudah lepas. Karena pada usia 3 bulan mereka bisa menarik-narik bagian tersebut.

Jika khawatir bayi bisa menarik bagian kecil mainan hingga terlepas, maka sebaiknya pilih mainan yang tidak memiliki banyak aksesoris kecil seperti manik-manik. Ukurannya pun jangan terlalu kecil agar tidak ditelan bayi karena mereka belum bisa membedakan mana yang boleh ditelan dan mana yang tidak.

Pilih Mainan yang Mudah Dibersihkan

Mainan menjadi salah satu sumber dan sarang bakteri yang sangat berbahaya jika tidak mudah dibersihkan. Mainan bayi harus dibersihkan secara rutin demi menjaga kesehatan si kecil. Pilihlah mainan yang terbuat dari plastik atau karet yang mudah dibersihkan dan tidak mudah kotor.

Jangan memilih mainan yang terlalu banyak celah kecil untuk masuk debu dan kotoran hingga sulit untuk dibersihkan. Setiap mainan yang diberikan pada bayi pastikan dibersihkan dengan tepat dengan cara mencucinya menggunakan air panas untuk membunuh bakteri dan kuman.

Memilih mainan yang tepat sangatlah penting untuk merangsang dan menstimulus tumbuh kembang si kecil. Apalagi ketika masih bayi mereka belum memiliki banyak kemampuan untuk melakukan berbagai hal. Sehingga pilihlah mainan yang tepat dan sesuai tips di atas.

Beragam permainan yang pas untuk bayi di atas bisa menjadi rekomendasi pilihan untuk Anda yang ingin memberikan mainan terbaik untuk anaknya demi merangsang tumbuh kembang mereka. 

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.


Parenting

8 Rahasia Orangtua dalam Mendidik Anak Disiplin yang Selalu Jadi Kebanggaan

Mengajarkan anak yang disiplin bukan berarti mengekang. Tetapi, orangtua menerapkan sejumlah peraturan agar hidup si kecil lebih baik setiap harinya. Disiplin diajarkan secara konsisten agar anak mandiri dan bertanggung jawab atas perbuatannya. 

Apapun Cita-citanya Kelak, Penting untuk Selalu Mengajarkan Kedisiplinan pada Anak 

Disiplin banyak sekali keuntungannya dalam hidup. Membentuk pribadi disiplin tidak mudah karena itu harus diajarkan sejak kecil secara pelan-pelan. Pola asuh tanpa menanamkan kedisiplinan membuat anak mengambil keputusan sendiri tanpa arahan orangtua, akhirnya terjadi hal yang tidak diinginkan. 

Oleh karena itu, orang tua sangat dianjurkan memberi pemahaman dan melatih anak agar dapat disiplin. Harus dibiasakan paham pada aturan dengan berbagai konsekuensi yang ada. Selanjutnya, berikan kesempatan pada anak untuk membuat pilihan. 

Kedisiplinan dapat mengurangi risiko bahaya pada anak. Sebab si kecil dibimbing mampu mengontrol diri agar tidak melakukan sesuatu yang negatif bagi diri dan orang lain. Orangtua tetap memperhatikan perasaan anak, tetapi dengan tegas menyampaikan apa yang seharusnya diketahui anak. 

Inilah Rahasia dari Orangtua dalam Menumbuhkan Perilaku Anak yang Disiplin

Anak yang disiplin membuat orangtua tenang melepaskannya untuk bermain, belajar di sekolah dan menikmati aktivitasnya yang lain. Disiplin bukan berarti memforsir anak harus mematuhi semua peraturan. Agar praktiknya lebih mudah, orangtua sebaiknya melakukan beberapa langkah berikut. 

1. Komunikasikan Peraturan yang Akan Orangtua Terapkan di Rumah

Sebelum menetapkan apa saja yang harus dilakukan dan dipatuhi anak, bicarakan dulu peraturan dengan anggota keluarga yang lain. Orangtua dapat berbicara dulu pada anak dan jelaskan aturan di rumah. Seperti merapikan tempat tidur, membuang kemasan bekas camilan di tempat sampah dan merapikan mainan setelah selesai menggunakannya. 

Peraturan tentang jam tidur anak, jadwal bermain dan belajarnya serta hal lain yang diperlukan. Tanyakan apa si kecil keberatan dengan semua peraturan tersebut. Dengarkan pendapat si kecil dengan lembut agar si kecil nyaman dan berani menyampaikan pendapat. 

2. Tegas pada Konsekuensi atau Hukuman Dari Setiap Pelanggaran yang Mungkin Dilakukan Anak

Anak melakukan kesalahan untuk pertama, jangan langsung beri hukuman. Tetapi, ingatkan dan beri nasihat agar ke depannya tidak diulangi. Namun, jika masih melakukan kesalahan silahkan beri hukuman yang ringan saja. 

Meskipun anak sedih, tetap menghukum anak. Memang tidak mudah bagi orang tua karena sayang anak, namun hal ini bagus untuk masa depannya. Kesalahan dan hukuman menjadi pengalaman untuk menjadikan si kecil lebih baik. 

3. Jadi Contoh Teladan yang Bisa Ditiru dan Dijadikan Panutan oleh Anak di Rumah 

Berusahalah menjadi contoh yang baik untuk anak. Sebab dia lebih mudah meniru perilaku dibandingkan menuruti perkataan orang tua. Karena itu, jika ingin anak disiplin, orangtua harus lebih dulu menerapkannya dalam kehidupan.

Misalnya, tidur malam hari sesuai jadwal yang sudah ditentukan. Jika sekali melanggar, jelaskan alasannya pada anak. Tujuannya agar si kecil tidak ikut-ikutan tidur terlambat. Begitu juga pada aktivitas lainnya dilaksanakan sesuai kesepakatan peraturan.

4. Menjadi Pendengar yang Baik untuknya Ketika Anak Ingin Bercerita atau Berdiskusi dengan Orangtua

Jadilah pendengar yang baik bagi anak agar dia merasa disayang dan dihargai oleh orangtua. Tanpa hal ini wajar saja anak tidak mau menuruti perkataan Bunda. Selain orangtua, anak juga memiliki unek-unek yang ingin disampaikan atau diskusi bersama Bunda. 

Maka dari itu, jangan sesekali menyepelekan apa yang ingin dibicarakan anak. Saat anda mau mendengarkan, anak merasa ada tempat berlindung dan bergantung. Bukan berarti menjadikan anak mandiri, anak hanya butuh pembuktian bahwa dia tidak sendiri. 

5. Tetapkan Rutinitas yang Perlu Anak Lakukan dalam Kesehariannya 

Buatlah jadwal kegiatan atau rutinitas untuk dilakukan setiap harinya. Misalnya, harus bangun pagi, gosok gigi dan mandi pagi sebelum melakukan aktivitas lainnya. Ajak si kecil membuat jadwal kegiatannya sendiri untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab. 

Anda sebagai orangtua dapat memberi poin atau bintang saat si kecil berhasil melakukan hal sesuai jadwal tersebut. Gunakan pulpen atau pensil warna untuk menandai kegiatan yang selesai dikerjakan. Cara ini memudahkan anak mengetahui jeda untuk aktivitas berikutnya. 

6. Terus Konsisten untuk Melakukan Hal-hal yang Sudah Ditetapkan Sebagai Aturan dan Didikan  

Konsisten penting sekali diterapkan dalam pembentukan karakter disiplin anak. Orangtua harus konsisten pada peraturan yang sudah dibuat. Sebaiknya ayah dan ibu harus kompak dalam memberikan aturan agar anak tidak bingung. 

Jika si kecil membantah, orang tua harus menahan diri supaya tidak terbawa emosi. Bersikap kasar atau membentak sangat tidak disarankan supaya si kecil tidak berbalik marah dengan orang tua. Selain itu, dalam menerapkan konsisten bukan berarti harus memaksa, tetapi bersikap tegas.

7. Berikan Anak Kesempatan dengan Membiarkan Anak Memilih 

Anak yang masih kecil memiliki banyak sekali hal yang ingin dilakukan. Hal ini didukung oleh rasa ingin tahu si kecil sangat besar untuk mengeksplorasi lingkungannya. Orangtua boleh saja membiarkannya asalkan hal penting sudah diselesaikan.

Misalnya, si kecil boleh bermain di luar rumah setelah merapikan mainan di rumah yang selesai digunakan. Jika anak sudah bersekolah, maka berikan kesempatan padanya melakukan keinginannya setelah pulang sekolah dan meletakkan seragam di gantungan pakaian. 

8. Dan Jangan Lupa untuk Selalu Memberi Anak Apresiasi Atas Hal-hal yang Sudah Berhasil Dilakukannya dengan Baik

Ucapkan kata-kata apresiasi saat si kecil berhasil melakukan tugas atau pekerjaannya dengan baik. Orangtua dapat memberikan pujian atau ucapan Terima Kasih. Tujuannya untuk meningkatkan semangatnya agar hari berikutnya tetap disiplin. 

Bunda juga dapat memberikan kejutan kepada anak dalam bentuk hadiah. Tidak harus mahal, asalkan anak memahami konsep disiplin dengan baik. Mendapat hadiah membuat si kecil tahu bahwa yang dilakukan selama ini bukan hal sia-sia. Itulah 8 hal yang harus dilakukan orang tua agar memiliki anak yang disiplin. Kedisiplinan diajarkan sejak kecil agar lebih mudah diterapkan saat dewasa. Mendidik anak kecil lebih mudah karena lebih mudah baginya menuruti perkataan orangtua.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.


Parenting

Anak yang Punya Jiwa Pemimpin Berpotensi Jadi Orang yang Berhasil, Ini 8 Hal yang Harus Bunda Lakukan Untuknya

Anak yang punya jiwa pemimpin sangat penting karena berguna untuk memimpin diri, keluarga serta pekerjaannya. Selain itu, sifat ini memudahkan anak mengenal diri dengan baik dan bermanfaat pula bagi karir dan pekerjaannya. Akan tetapi jiwa pemimpin tidak selalu memberi pengarahan pada orang lain, ada banyak faktor lain yang juga perlu dikembangkan untuk benar-benar memiliki jiwa kepemimpinan yang bermanfaat bagi masa depan anak kelak. Apa saja ya Bun? Yuk, baca sampai selesai!

Sebagai Orangtua, Kita Perlu Memahami Pentingnya Anak Memiliki Jiwa Pemimpin

Mengasah jiwa pemimpin pada anak tidak dapat dilakukan secara buru-buru, butuh proses. Karena itu, sangat disarankan dilatih sejak dini saat ia masih kecil. Sudah disebutkan di atas bahwa jiwa pemimpin ini penting sekali untuk masa depannya. 

Orangtua memiliki peran dalam hal ini, sebab di sekolah hanya diajarkan sedikit saja. Anak berjiwa pemimpin dapat hidup mandiri dan bertanggung jawab, tidak merepotkan orang tua. Selain itu, mampu bekerja sama dengan baik serta jujur, poin yang sangat dibutuhkan dalam dunia kerja. 

Artinya menanamkan sifat pemimpin pada anak sejak dini memiliki peluang besar masa depan cemerlang. Apapun rintangan yang menghadang dapat dilalui atau diatasi dengan baik. Bahkan anak bisa menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa turun tangan orang tua.

Hal yang Harus Dilakukan Orangtua untuk Memiliki Anak yang Punya Jiwa Pemimpin 

Orangtua dapat melihat si kecil apakah memiliki jiwa pemimpin atau tidak. Mungkin belum semua anak menunjukkan jiwa pemimpin tergantung kemampuan dan kecerdasan emosionalnya. Orangtua dapat membantu anak mengembangkan perilaku kepemimpinan dengan langkah berikut. 

1. Coba Cari Tahu dengan Sering-sering Bertanya Tentang Pendapat Anak dalam Kehidupan Sehari-hari 

Anak sebagai manusia juga berpikir sehingga memunculkan pendapat sendiri. Saat orangtua menyiapkan keperluannya, libatkan anak dengan menanyakan pendapatnya. Misalnya hari ini ingin menggunakan kaus kaki hitam atau cokelat. Bisa juga tanyakan minuman yang ingin disiapkan untuknya saat sarapan pagi. 

Hal ini membuat anak merasa punya andil dalam hidupnya. Secara tidak langsung jiwa pemimpin pada dirinya mengalami perkembangan. Selanjutnya, si kecil lebih berani menyuarakan pendapatnya baik di depan orang tua, teman maupun orang lain.

2. Mulailah Mengenalkan Ia Tokoh Pemimpin yang Bisa Anak Jadikan Inspirasi

Banyak sekali tokoh pemimpin di Indonesia dapat dikenalkan pada anak. Mulai dari televisi, buku, koran hingga media lainnya. Bisa juga tunjukkan orang disekitar lingkungan rumah yang diketahui anak. Si kecil akan memperhatikan bagaimana seorang pemimpin beraksi. 

Selanjutanya anak dapat meniru atau mempraktikkan dalam kehidupannya. Mengenal tokoh pemimpin seolah memberikan panutan untuk si kecil harus bertindak seperti apa. Tidak perlu jauh, sebab seorang ayah juga merupakan pemimpin dalam keluarga.

3. Arahkan dan Bantu Anak untuk Menentukan Tujuan Pribadi yang Ingin Ia Capai

Anak dapat menentukan tujuan atas semua kegiatan yang dilakukan. Misalnya belajar yang rajin dengan tujuan meraih juara kelas. Saat si kecil memiliki tujuan pribadi, otomatis kemampuan atau jiwa pemimpin akan muncul. 

Anak mulai berani memimpin diri sendiri atas dukungan orangtua. Jika hal ini ditanamkan sejak dini, menginjak remaja anak sudah paham cara menemukan tujuan untuk dirinya sendiri. Tidak perlu orang lain memaksa dia semangat dan  berusaha meraih tujuan, sebab anak memiliki keinginan sendiri untuk berjuang.

4. Kenalkan Si Kecil Pada Kegiatan-kegiatan yang Berjiwa Kepemimpinan

Banyak kegiatan yang menunjukkan sikap kepemimpinan bisa dilakukan si kecil. Misalnya di sekolah, menjadi ketua kelas, mengatur barisan teman-teman sekelas saat acara outing sekolah. Mungkin pertama kali, anak tidak berani melakukan hal ini. 

Orang tua perlu mendorong dan memberi dukungan pada anak. Begitu juga guru di sekolah sudah tentu mendukung si kecil memiliki jiwa pemimpin. Melalui pengalaman ini, ke depannya anak lebih berani menawarkan diri menjadi pemimpin tanpa disuruh.

5. Biarkan Anak Menghadapi Risiko dan Kegagalan yang Akan Ia Hadapi dari Pilihan yang Sudah Ia Tentukan

Saat anak gagal jangan langsung menyalahkannya sebab perilaku membuat si kecil tidak mau mencoba lagi ke depannya. Tidak boleh juga salahkan orang lain saat anak gagal agar anak berani mengambil risiko dan menghadapi kegagalan. 

Seorang pemimpin tidak bersedia mengambil risiko sebelum mengetahuinya pahitnya kegagalan. Biarkan anak merasa kalah dalam pertandingan sepak bola dan kegagalan lain yang terjadi dalam hidupnya. Selanjutnya ia belajar dari kesalahan dan mencoba lebih baik ke depannya. 

6. Latih Anak utnuk Menyelesaikan Masalahnya Sendiri 

Seorang pemimpin harus berani menyelesaikan masalah sendiri. Orangtua mungkin ingin sekali turun tangan membantu si kecil, tetapi untuk masa depan sebaiknya keinginan tersebut ditahan. Karena jika terus bergantung pada orang tua anak memiliki kesulitan berdiri di atas kaki sendiri. 

Biarkan anak bertanggung jawab menyelesaikan masalah dan menghadapi tantangan yang ada. Jika masalah anak terlalu sulit untuk dihadapi, orangtua dapat membantu anak menemukan solusi. Kemudian penerapannya biarkan anak sendiri melakukan. 

7. Latih Keterampilan Bernegosiasi yang Dimiliki, Untuk Bisa Mencari Solusi 

Semua pemimpin harus tahu cara bernegosiasi dan berkompromi. Berikan pilihan pada anak dibandingkan menanyakan jawaban Ya atau Tidak. Ajarkan anak bernegosiasi dengan orangtua. Kemudian bisa dipraktikkan terhadap teman dan orang lain. 

Latih anak untuk berpikir dan memilih opsi menguntungkan. Kemudian beranikan anak menyampaikan pilihan atau pendapatnya. Jika hal ini dilakukan, ke depannya anak tidak kesulitan lagi berhadapan dengan orang lain dan mengungkapkan apa yang diinginkan. 

8. Dan Selau Libatkan Anak dalam Perencanaan untuk Menentukan Hal-hal Apa Saja yang Akan Dilakukan 

Membuat perencanaan juga kemampuan yang harus dimiliki pemimpin. Sebab, dengan rencana memudahkan mengarahkan diri melakukan hal selanjutnya. Menjelang liburan tiba, jangan biarkan si kecil terima beres menjalankan hari libur. 

Ajak si kecil merencanakan kegiatan apa saja yang akan dilakukan selama liburan nantinya. Misal ingin berkunjung ke kebun binatang, museum dan tempat menarik lainnya. Setelah selesai membuat perencanaan, minta anak menyiapkan camilan untuk dirinya sendiriOrangtua ingin memiliki anak yang punya jiwa pemimpin dapat menerapkan semua langkah di atas. Ingat harus konsisten, jangan berharap hasil cepat. Sebab, memiliki jiwa kepemimpinan membutuhkan proses dan waktu.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Most Share

To Top