Parenting

Ingin Punya Anak Secerdas Kirana? 7 Ilmu Parenting dari Retno Hening Ini Wajib Bunda Punya

Sesuai dengan bio dari laman akun instagram pribadinya. Retno Hening Palupi adalah seorang Ibu(agak) muda, Ibunya kirana dan rumaysaa. Ibu biasa yang masih suka pusing sama urusan rumah dan masi suka marah-marah. Yap, ibok sapaan akrab untuk Retno dari Kirana, baru saja melahirkan anak keduanya.

Kirana1

Pada setiap postingan yang ibunya kirimkan, Kirana memang selalu jadi pusat perhatian, berkat kecerdasan dan pola pikir yang kerap ia tunjukkan. Lagipula siapa sih yang tak berdelik gemas, lihat anak perempuan lucu yang tak pernah lupa untuk berujar “tolong” kala meminta bantuan, “meminta maaf” jika ia merasa salah, dan tak pernah lupa untuk berkata “terimakasih” untuk segala yang ia terima.

Demi menjawab banyaknya rasa penasaran, bagaimana Kirana bisa tumbuh sebaik dan secerdas itu. Ada beberapa gaya parenting yang sudah berhasil kami rangkum dari ibok Retno yang sebagian besar sudah dituliskan pada buku berjudul “Happy Little Soul”, yang memang berisi semua kesehariannya dalam hal mendidik dan membesarkan Kirana.

Merespon Apapun Bentuk Bahasa yang Kirana Sampaikan, Sedari Ia Masih Bayi

Pada salah satu bagian dalam buku “Happy Little Soul”, tepatnya pada halaman 24, ada satu kalimat dari Retno yang membuat saya cukup terkesan yakni “Berbicara dengan bayi yang belum bisa merespon kembali omongan kita, mungkin dianggap sebagian orang konyol dan tidak terlalu penting, tetapi penting bagi saya”. 

Bagi Ibok Retno berbicara dan berkomunikasi dengan anak adalah sesuatu yang harus dibangun sedari kecil. Tanpa perduli Kirana akan mengerti atau tidak, yang ia tetap berlaku seperti sedang berkomunikasi dengan seseorang yang sudah paham. Sehingga, apapun yang Kirana sampaikan sejak bayi, entah menangis atau apa saja yang dikatakannya, membuat sang Ibu berusaha menerka apa yang Kirana mau secara tepat.

Dan ini juga bisa bunda lihat pada beberapa postingan di Instagram milik sang ibu, ada banyak vidio yang tengah memperlihatkan bahwa Ibok Retno memang selalu menjalin komunikasi yang baik dengan kirana, termaksud memberinya pemahaman akan berbagai macam ekspresi. “Kirana happy nggak?” , jadi salah satu ungkapan yang kerap ia pakai untuk mengetahui sejauh mana sang anak menyukai apa yang sedang dilakoni. Sehingga Kirana tumbuh jadi anak yang terbuka, dan tak segan untuk membuka suara akan hal yang dirasakannya.

Selalu Menghargai Segala Bentuk Kegiatan yang Kirana Lakukan 

Kirana2

Memang kala bunda ingin si kecil tumbuh sesuatu gambaran yang kita inginkan, ada banyak hal yang perlu kita contohkan secara langsung. Bukan hanya lewat kata-kata yang mungkin masiH susah dimengerti olehnya. Maka menurut ibok Retno menghargai segala karya tangan Kirana adalah salah satu upaya yang dipakai hingga kini ia tumbuh jadi anak yang selalu ingin tahu, dan mencoba banyak hal-hal baru.

Misalnya si Kecil mungkin akan menggambar sebuah awan, namun hasil yang ia peroleh sama sekali tak menyerupai bentuk awan. Dengan tak menurunkan semangatnya, alangkah baiknya bunda memberinya pujian dan sembari memberi tambahan. “Kalau menggambar awan lebih bagus itu begini kak,…” Bukan perkara hasil yang si kecil dapatkan, tapi bagaimana ia berusaha untuk melakukan.

Tidak Buru-buru Marah, Ibok Retno Selalu Menyampaikan Nasihat dengan Cara yang Menarik

Kirana4

Ya, Ibok Retno juga manusia biasa sama seperti bunda-bunda di rumah. Bahkan pada laman bio instagramnya pun ia berkata masih sering marah-marah. Namun lebih daripada itu, dari beberapa tulisan yang ia sampaikan pada buku “Happy Little Soul” dapat disimpulkan, bahkan marah-marah jadi perbuatan yang jauh darinya. Sesekali mungkin iya, tapi lebih seringnya tidak loh bun.

Dan menariknya, dogeng jadi salah satu media yang kerap dipakai untuk menyampaikan hal-hal baik yang ingin diajarkan. Yap, Ibok lebih memilih mengarang sendiri dongeng sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan pada Kirana.

Sedari Kecil Kirana Sudah Diajarkan Untuk Membaca Buku

Perlu bunda tahu, tak hanya untuk pengetahuannya kelak. Mengajak anak membaca buku jadi salah satu cara jitu yang akan mempengaruhi sebagian besar pertumbuhan dan kemampuan si kecil. Dan hal itu pulala yang jadi salah satu kiat Ibok Retno untuk mendidik dan merawat Kirana sejak kecil.

Sebab sejak bayi Kirana sudah dibacakan buku oleh sang ibu. Mulai dari buku softbook, buku feel and touch (sentuh rasa), buku pop up, dengan cara yang menarik. Seperti mengubah-ubah suara. Dan hal lain yang tak kalah penting utnuk dipahami, ini bukan perkara si kecil paham atau tidak akan isi buku yang kita bacakan. Lebih kepada proses pendekatan dalam hal mengenalkan suara dan ekspresi yang ditunjukkan kita sebagai orang tua kepada dirinya.

Dijauhkan dari Gadget, Ibok Lebi Memilik Memberi Kirana Berbagai Macam Mainan Edukatif yang Banyak Memanjing Ijaminasinya

Kirana5

Nah selanjutnya, hal yang juga menarik perhatian dari buku kisah Ibok dan Kirana ini, ada pada halaman 87. Yap, bahkan mungkin jadi sindirin juga bagi beberapa bunda yang kerap meninggalkan buah hatinya untuk bermain sendirian, tapi ikut serta memberi pemahaman.

Begini isinya “Sebenarnya untuk mainan, entah itu dibeli atau dibuat sendiri, yang penting bagi saya sering ikut bermain bersama Kirana. Dengan ikut bermain, mainan tersebut akan bertambah manfaatnya. Misalnya menyusun balok yang dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar halus, meransang kreativitas, dan imajinasi. Ketika saya ikut bermain bersama Kirana, saya bisa sambil menyebutkan warna-warna yang ada di baloknya. Dengan begitu, dia bisa sambil belajar mengenali warna”

Hmm, kalau bunda begitu tidak ya?

Kirana Dididik dengan Berbagai Macam Kalimat Empati, “Tolong”, “Terimakasih” dan “Maaf”

Kirana7

Dari banyak vidio yang dikirimkan di Instagram, Retno selalu membiasakan sang anak untuk mengucapkan kalimat bernada sederhana yang sebenarnya akan selalu berguna. Dengan tak hanya meminta Kirana yang mengucapkannya, Ibok juga berbuat hal yang sama jika mungkin melakukan sesuatu yang salah pada Kirana.

Kirana tak lantas menangis kala sang ibu tidak mempebolehkannya memakan coklat karena memang tak bisa. Selebihnya ia hanya bertanya, mengapa ia tak bisa memakan coklat seperti anak lainnya. Untuk kemudian dibalas dengan sedikit penjelasan bahwa kirana memang berbeda, jadi coklat tak baik untuknya. Gadis kecil itu menurut, lalu mengembalikan coklat pada rak makanan tempat tadi dia mengambilnya. Untuk kemudian sang ibu berucap “Terimakasih Kirana”. Ah manis sekali ya bun!

Bahkan Kalimat “Gak papa. It’s okay. I like my self”, Jadi Kalimat Pamungkas yang Dipakai Untuk Menerangkan Dirinya yang Memang Berbeda dari Anak Seusinya

Kirana8

Sejak kecil Kirana sudah diajarkan utnuk mencintai dirinya sendiri dengan apa adanya ia. Bahkan pada saat salah seorang teman sekolahnya berkata ia adalah anak laki-laki karena berambut pendek dan tak pakai jepitan rambut.

Mendengar cerita itu dari sang anak, Retno pun memberi pengertian pada kirana dengan berkata “Kirana.. Kirana itu girl..kirana cantik with or without hair clip.. Rambut kirana pendek gegara kirana gatel kalo panjang.. Bsok kita panjangin kalo udah bsa panjang.. Kirana cantik.. Yang penting smile.. Kalo pake jepit tapi dia mukanya ga smile cantiknya ga keliatan.. Kirana cuma smile aja udah cantik kok.. Hehe kirana girl walaupun ga pake jepit.. Pake jepitpun cantik..semua girl itu cantik ” 

Dan cara Ibok Retno mengajarkan Kirana akan arti pentingnya mencintai diri sendiri, jadi salah satu teladan yang perlu kita ikuti. Ya, hal-hal yang ia bagikan baik pada sosial media atau bukunya, bisa jadi bahan evaluasi untuk kita para bunda. Sudah sejauh mana kita menjadi teman sekaligus orangtua yang baik untuk anak kita. Sebab si Gadis kecil bernama Kirana itu takkan tumbuh sercerdas itu, jika tak ada sosok Ibok Retno yang luar biasa.

 

 

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.


Parenting

Tugas dan Tanggung Jawab yang Wajib Dilakukan Sebagai Orangtua

Setiap orang tua mempunyai tugas dan tanggung jawab tersendiri terhadap anak. Mengingat masa depan anak berawal dari tanggung jawab dan tugas yang dilakukan oleh orang tuanya. Dengan kata lain, mempunyai anak yang baik, tentu orang tua wajib memenuhi hak-hak anak. 

Pada umumnya ada lima tugas dan tanggung jawab orang tua terhadap anaknya yang harus dipenuhi. Kewajiban tersebut meliputi mengajarkan nilai-nilai agama, kepribadian dan lainnya. Selengkapnya mengenai apa saja kewajiban dan tugasnya, berikut penjelasan lengkapnya.

Mengajarkan Nilai-nilai Agama Kepada Anak Sedari Dini

Tugas dan kewajiban orang tua yang paling utama dan pertama yaitu mengajarkan nilai-nilai agama. Bahkan, ajaran ini harus diberikan kepada anak sejak dini agar saat menginjak remaja lebih mudah untuk mengarahkannya. 

Sedangkan untuk mengajarkan nilai-nilai agama bisa dilakukan dengan berbagai cara seperti mengajar nya ke tempat ibadah, mengenalkan kitab suci dan mengajarkan doa harian. Saat anak masih kecil dan belum bisa menirukan, tapi dia akan merekamnya.

Membentuk Kepribadian Anak yang Baik

Kewajiban orang tua yang selanjutnya yaitu membentuk kepribadian anak. Mengingat orang tua merupakan pendidikan pertama dan utama bagi seorang anak, Orang tua harus menanamkan kepribadian yang baik kepada anak sejak dini.

Kepribadian baik yang dimaksudkan yaitu nilai-nilai moral. Sedangkan untuk membentuk kepribadian yang seperti ini caranya cukup mudah, orang tuanya perlu memberikan kasih sayang yang penuh dan menciptakan lingkungan keluarga nyaman serta memberikan contoh. 

Menanamkan Nilai-nilai Sosial yang Patut Ditiru Kepada Anak

Menanamkan nilai-nilai sosial sejak dini juga menjadi salah satu tanggung jawab orang tua terhadap anaknya. Nilai-nilai sosial yang harus ditanamkan seperti menjaga kebersihan lingkungan, gotong royong, menjaga kedamaian, saling menghormati dan tolong menolong.

Jika sejak dini sudah diajarkan beberapa nilai sosial tersebut, anak akan tumbuh menjadi seseorang yang lebih peduli terhadap sesama terutama keluarganya. Tentu saja nilai-nilai sosial ini akan tetap dibawa hingga dewasa. 

Mengajarkan Anak Tentang Apa itu Tanggung Jawab

Tugas dan tanggung jawab orang tua terhadap anak yang selanjutnya yaitu mengajarkan tanggung jawab. Setidaknya jika harus seperti ini sudah diajarkan sejak dini, kedepannya saat sudah dewasa anak akan lebih bertanggung jawab terhadap apa yang sudah dilakukannya.

Cara yang seperti ini bisa dilakukan dengan membuat batasan-batasan. Jadi, nantinya jika Anang melanggar batasan-batasan tersebut bisa diberikan hukuman atau penjelasan mengenai konsekuensi. Bahkan, Tidak ada salahnya juga untuk melibatkan anak dalam membuat Hukuman dan peraturan.

Mengajarkan Kemandirian

Tidak selamanya anak dapat bergantung dengan orang tuanya. Kenapa sejak dini penting untuk mengajarkan kemandirian terhadap anak. Lebih tepatnya kemandirian ini sudah bisa diajarkan saat anak mulai berusia 2 atau 5 tahun. 

Salah satu cara yang bisa diterapkan untuk mengajarkan kemandirian kepada anak yaitu mengajarkan keterampilan yang memang sesuai dengan usianya. Selain itu, ada juga untuk mengajarkan kepada anak jika mengendalikan emosi sangatlah penting. 

Membantu Anak Mengembangkan Bakatnya

Orang tua juga mempunyai tanggung jawab dan tugas untuk membantu anak dalam mengembangkan bakatnya. Dengan kata lain jika anak bisa mengembangkan bakatnya tentu dapat lebih mandiri ke depannya dan lebih bertanggung jawab.

Apalagi di usia tersebut anak belum memahami apa yang disukainya, sebagai orang tua bisa melihat dari apa yang paling sering dilakukannya. Jika melihat hal yang seperti itu, segera lakukan berbagai upaya untuk mengembangkan bakat tersebut dengan menyediakan berbagai media pendukung.

Dampak Negatif Orang Tua Tidak Melakukan Tugas dan Tanggung Jawabnya

Mengetahui apa saja tanggung jawab dan tugas orang tua terhadap anaknya, tentu kurang lengkap jika tidak mengetahui dampak negatif jika tidak melakukan tanggung jawab tersebut. Berikut ini beberapa dampak negatifnya yang bisa didapatkan.

Anak Akan Jadi Tidak Percaya Diri

Salah satu dampak negatif jika orang tua tidak melakukan tugas dan tanggung jawabnya terhadap anak yaitu kurang percaya diri, sehingga bisa menghambat keberhasilan. Anak yang seperti ini cenderung minder jika bergaul dengan orang yang ada di luar rumah. 

Lebih tepatnya orang yang seperti ini akan mengurangi interaksi dengan orang lain. Padahal yang namanya kehidupan bersosial menjalin interaksi dengan masyarakat sangat diperlukan, lagi menjelang dewasa hal tersebut sangat butuh..

Hubungan Anak dengan Orang Tua Tidak Terjalin

Dampak negatif lain yang didapatkan jika orang tua tidak melakukan tanggung jawabnya yaitu hubungan antara keduanya tidak terjalin dengan baik. Padahal sebenarnya orang tua menjadi tempat yang paling dibutuhkan anak untuk menceritakan pulang.

Jika hubungan antara keduanya tidak baik, maka tidak akan terjadi keterbukaan dan bisa menyebabkan emosional tidak dapat terkontrol. Ditambah lagi dengan perhatian orang tua yang tidak pernah diluangkan untuk anaknya, seperti ini akan lebih parah. 

Anak Bisa Mengalami Gangguan Perilaku

Tugas dan tanggung jawab orang tua terhadap anak memang cukup banyak, bukan berarti tidak bisa dilakukan. Jika saja orang tua menyepelekan tugas dan tanggung jawabnya, Salah satu dampak negatifnya yaitu anak mempunyai kekuatan berlaku.

Saya saja suka membuat onar untuk menarik perhatian banyak orang, bullying terhadap temannya dan suka mencuri. Tanpa disadari sebenarnya anak melakukan hal-hal yang seperti itu agar orang tuanya lebih perhatian.

Itulah penjelasan mengenai beberapa tanggung jawab dan tugas orang tua terhadap anaknya yang wajib untuk dilakukan. Tentu jika tanggung jawab tersebut terpenuhi, berpengaruh penting terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak di masa depan dan bisa dikatakan sebagai modalnya.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.


Parenting

9 Peran Orang Tua Menangani Anak Usia Dini yang Wajib Diketahui

Anak usia dini yang membutuhkan perhatian khusus dari orang tuanya. Karena di usia tersebut anak sudah mulai berinteraksi dengan lingkungan sekitar, sehingga mudah terpengaruh. Di sinilah peran orang tua diperlukan untuk menangani anak usia dini. Karena apa yang dilakukan oleh orangtua pada proses tumbuh kembang anak selama usia dini, akan berpengaruh pada kemampuannya kelak.

Untuk itu, pada usia ini orang tua mempunyai kewajiban untuk memberikan pendampingan maksimal kepada anak. Selengkapnya berikut ini peran-peran yang harus diterapkan. 

1. Menjadi Pengamat Anak

Salah satu peran orang tua dalam menangani anak usia dini yaitu menjadi pengamat. Peranan ini sangatlah diperlukan karena di usia tersebut, anak cenderung untuk melakukan apapun sesuai dengan keinginannya.

Tentu jika tidak dilakukan pengamatan, anak bisa keluar dari batas wajarnya. Apalagi di usia tersebut anak mudah terpengaruh dengan orang lain, tentu akan sangat beresiko. Di sisi lain, orang tua juga harus bisa memahami bagaimana permasalahan dan tanda-tanda yang terjadi pada anaknya. 

2. Jadi Pembimbing untuk Anak

Peran orang tua sebagai pembimbing memang sudah menjadi hal yang tidak asing lagi. Apalagi saat anak di usia tersebut mulai menghadapi berbagai masalah saat berinteraksi dengan teman di sekolahan atau lingkungan sekitarnya. 

Tentunya dalam menyikapi hal yang seperti ini, Orang tua harus mempunyai cara tersendiri. Misalnya saja dengan berusaha untuk menggali perasaan anak terkait masalahnya dan memahami masalah. Selebihnya orang tua hanya perlu memberikan arahan dan pengertian mengenai masalah tersebut.

3. Penghubung Anak

Menjadi penghubung anak dari berbagai permasalahan yang dialaminya juga menjadi peran orang tua. Tentunya dalam hal ini orang tua harus berusaha memahami bagaimana permasalahan yang berasal dari sumber lain. Hal ini dilakukan agar bisa mendapatkan informasi lebih jelas.

Informasi yang didapatkan bisa berasal dari berbagai sumber seperti teman, guru dan lainnya. Hal ini dilakukan agar orang tua tidak terfokus membela anak sebelum mengetahui kebenarannya. Sekalipun anak yang melakukan salah, Orang tua harus mengingatkan dan memberikan pengertian.

4. Membantu Anak Memecahkan Masalah dan Mengajarinya

Anak usia dini masih termasuk labil, sehingga belum terlalu bisa mengontrol emosionalnya. Begitu juga saat terjadi semua masalah sederhana dengan temannya, biasanya saya anak usia dini akan langsung melampiaskan emosionalnya tanpa berpikir terlebih dahulu.

Tentu sebagai orang tua dalam hal ini penting untuk memecahkan masalah tersebut dengan menerapkan beberapa hal. Seperti halnya mendampingi anak, mengarahkannya agar tidak melakukan hal yang buruk dan menjelaskan konsekuensi negatif dan positif terhadap apa yang dilakukan. 

5. Memberikan Dasar Pendidikan Bagi Anak

Peran orang tua menangani anak usia dini yang selanjutnya yaitu memberikan dasar pendidikan. Tentunya jika dasar pendidikan sudah diberikan sejak dini, maka akan semakin mudah anak mandarin ayah begitu juga dalam menerapkannya di kehidupan sehari-hari.

Dasar pendidikan yang wajib diberikan sejak kapan hari ini seperti budi pekerti, pendidikan agama, sopan santun, kasih sayang, mematuhi, estetika, rasa aman dan lain sebagainya. Selain itu, orang tua juga wajib untuk memberikan pola asuh yang tepat agar pertumbuhan anak lebih maksimal. 

6. Tidak Melakukan Hal Buruk di Depan Anak

Tidak melakukan hal buruk di depan anak juga menjadi salah satu peran orang tua yang wajib untuk dilakukan dalam menangani anak usia dini. Mengingat anak diusia tersebut merupakan sebaik-baiknya peniru, sehingga apapun yang dilakukan oleh orang tuanya akan langsung ditiru.

Maka dari dari itu, penting sekali untuk berhati-hati dalam berbuat apapun. Justru akan lebih baik lagi jika orang tua memberikan contoh yang baik di depan orang agar ditiru. Misalnya saja cara berinteraksi dengan orang yang lebih tua, melakukan tanggung jawab dan lainnya.

7. Menjadi Pendengar yang Baik

Salah satu cara yang bisa kita lakukan untuk menangani anak usia dini sebagai salah satu peran orang tua yaitu menjadi pendengar. Mengingat orang tua merupakan tempat pulang, sehingga harus bisa memberikan kenyamanan kepada anak dalam berbagai hal terutama bercerita.

Jangan terburu-buru memberikan respon, tapi biarkan anak bercerita hingga selesai. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar anak merasa dihargai dan perasaan didengarkan. Tidak ada salahnya juga dalam hal ini memberikan pujian, pelukan dan kasih sayang kepada anak. 

8. Bertanggung Jawab Memberi Kenyamanan untuk Anak

Upaya lain yang harus dilakukan orang tua dalam mewujudkan perannya yaitu memberikan kenyamanan. Kenyamanan yang diciptakan ini sangat diperlukan agar nantinya anak menjadikan orang tua sebagai sahabat terbaiknya dalam berbagai hal.

Bahkan, kenyamanan ini juga memberikan kesempatan kepada anak untuk tidak canggung bercerita kepada orang tuanya. Tentu dengan kondisi yang seperti itu, orang tua akan lebih mudah untuk memahami bagaimana karakter anak dan cara mengarahkannya. 

9. Meluangkan Waktu yang Cukup untuk Anak

Cara menangani anak usia dini yang selanjutnya yaitu meluangkan waktu. Entah itu belum kan waktu untuk menemani anak belajar atau sekedar bermain. Tentu jika orang tua bisa dijadikan sebagai teman, anak tidak akan merasa canggung dan tentunya nyaman.

Begitu juga sebaliknya, jika orang tua memberikan perhatian penuh terhadap anak, maka respon anak pada setiap arahan dan bimbingan orang tua menjadi lebih baik. Contohnya ajari anak bagaimana cara bersosialisasi yang baik, beretika dan lain sebagainya. 

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.


Parenting

Maksimalkan Perkembangan Kognitif Anak Sebelum Ia Berusia 5 Tahun

Mempunyai anak yang dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal merupakan impian setiap orang tua. Inilah kenapa diperlukan upaya memaksimalkan tahapan perkembangan kognitif anak usia 0-5 tahun. Jadi, disini peran orang tua sangatlah penting dalam perkembangan kognitif anak.

Pahami Dulu Apa Itu Pengertian Kemampuan Kognitif Anak

Sebelum membahas mengenai cara yang bisa dilakukan untuk memaksimalkan perkembangan kognitif anak, penting untuk mengetahui pengertiannya. Secara umum, kemampuan kognitif merupakan proses di mana anak dapat menerima pengetahuan dan informasi. 

Selain itu, kemampuan kognitif juga bisa diartikan sebagai keterampilan otak anak yang sangat diperlukan kan dalam menyelesaikan tugas sederhana sampai yang kompleks. Meskipun begitu, bukan berarti kemampuan tersebut dapat berkembang tanpa adanya upaya manusia. 

Inilah Kenapa sebagai orang tua penting untuk mengetahui kemampuan tersebut. Apalagi jika dibandingkan kemampuan yang dimiliki anak-anak dan orang dewasa sangatlah berbeda. Dengan kata lain, di sini orang tua harus memberikan dukungan atau stimulasi perkembangan kognitif. 

Cara Memaksimalkan Perkembangan Kognitif Anak 0-5 Tahun

Anak di usia 0-5 tahun mempunyai perkembangan kognitif yang berbeda. Contoh cara untuk memaksimalkan perkembangan tersebut di setiap tahunnya juga berbeda. Selengkapnya berikut ini penjelasan mengenai cara-caranya di setiap usia anak. 

1. Memaksimalkan Perkembangan Kognitif Usia 0-6 Bulan

Anak di usia 0-6 bulan sudah mulai menunjukkan kemampuannya dalam menunjukkan reaksi terhadap suara. Bahkan, di usia ini anak juga sudah mulai bisa mendekati sumber suara tersebut. Sedangkan untuk memaksimalkan perkembangan kognitifnya, terapkan beberapa cara ini.

  • Mengajak anak untuk berbicara agar dapat memastikan Apakah sudah bisa merespon dengan melihat wajah Anda.
  • Sering-seringlah membacakan buku kepada anak dan menunjuk gambarnya. 
  • Melakukan berbagai aktivitas yang tidak akan membuat bayi bosan dan rewel.
  • Berikan mainan dengan jarak jauh dan masih terlihat anak. 

2. Memaksimalkan Perkembangan Kognitif Usia 6-9 Bulan

Tahapan perkembangan kognitif anak usia 0-5 tahun, terutama di usia 5-9 bulan sudah mulai mempunyai kemampuan seperti menggenggam benda. Bahkan, di usia ini anak juga sudah bisa memindahkan benda dari satu tangan ke tangan yang lainnya. Tentu untuk memaksimalkan perkembangan kognitif ini, terapkan beberapa cara berikut.

  • Saat anak mempunyai kemampuan atau keterampilan baru, berikan pujian.
  • Berikan mainan di sekeliling anak.
  • Membacakan buku kepada anak saat menjelang tidur atau waktu lainnya.
  • Memberikan permainan yang bisa meningkatkan kemampuan berpikir seperti memasukkan benda ke dalam lubang.
  • Mengajak anak untuk bernyanyi dan mendengarkan musik.

3. Memaksimalkan Perkembangan Kognitif Anak Usia 9-12 bulan

Anak di usia ini sudah bisa sudah mempunyai kemampuan membedakan benda sesuai dengan fungsinya. Misalnya saja cangkir untuk minum, sendok untuk makan dan lain sebagainya. Sedangkan untuk memaksimalkan perkembangan ini, orang tua wajib melakukan beberapa cara berikut. 

  • Memberikan anak berbagai mainan maupun benda.
  • Mengajak anak untuk bermain petak umpet dan bertepuk tangan.
  • Mengajak anak bermain mencari barang-barang yang hilang.
  • Mengajarkan pengetahuan baru mengenai sebab akibat. 

4. Memaksimalkan Perkembangan Kognitif Usia 1-2 tahun

Saat anak sudah berusia satu atau dua tahun, pengetahuannya mulai bertambah. Misalnya saja sudah memahami anggota tubuhnya. Bahkan, sudah paham mengenai benda-benda yang ada di sekitarnya. Sedangkan cara memaksimalkan perkembangan kognitif tersebut, berikut cara-caranya.

  • Mengajak anak untuk mewarnai gambar dengan bentuk tertentu.
  • Mengajak anak untuk mencari mainan yang disembunyikan. 
  • Sering-seringlah memberikan arahan kepada anak seperti ambil mainan itu.
  • Bisa juga memberikan arahan untuk memasukkan mainan ke dalam keranjang.

5. Memaksimalkan Perkembangan Kognitif Usia 3-4 Tahun

Saat anak sudah menginjak usia 3 sampai 4 tahun, biasanya sudah mulai bisa bermain dengan temannya. Namun, di usia ini belum bisa untuk berbagai mainan atau sejenisnya. Tentunya untuk memaksimalkan perkembangan tersebut, terapkan beberapa cara berikut ini.

  • Mengajak anak melakukan sesuatu atau bermain peran.
  • Mengajak anak bermain menjadi pemimpin.
  • Mengajarkan anak mengenai lagu-lagu.
  • Mengajak anak untuk membantu aktivitas orang tua seperti memasukkan mainan ke dalam keranjang.
  • Mulai ajarkan mengenal angka-angka dan berhitung. 

6. Memaksimalkan Perkembangan Kognitif Anak Usia 4-5 tahun

Saat anak di usia 4 sampai 5 tahun sudah mulai bisa memahami konsep waktu seperti pagi, nanti, kemarin dan lainnya. Tentu di tahapan usia ini anak sudah mulai mengalami perkembangan dalam kemampuannya. Sedangkan untuk memaksimalkannya, Orang tua harus menerapkan beberapa cara berikut ini.

  • Memancing agar anak dapat menceritakan aktivitasnya.
  • Biasakan anak untuk bisa mengambil keputusan dengan cara memberikan pilihan.
  • Membantu anak dalam meningkatkan kemampuannya dalam berbahasa dan mengenalkan kata-kata yang akan sering digunakan. 
  • Membantu anak agar bisa menggunakan frasa dan kata yang tepat.
  • Ajak anak untuk menggambar semua anggota keluarga. 

Pentingnya Peran Orang Tua dalam Perkembangan Kognitif Anak

Dari penjelasan sebelumnya bisa diambil garis besar jika peran orang tua dalam perkembangan kognitif anak sangatlah penting. Dengan kata lain, tanpa bantuan dari orang tuanya terutama ibu, perkembangan kognitif anak tidak akan berkembang optimal.

Di sini, orang tua berperan sebagai pembimbing dan mengarahkan anak agar melakukan sesuatu yang nantinya bisa menjadi kebiasaan. Misalnya saja memimpin anak untuk bisa dispilin, mandiri dan membuat keputusan sendiri.

Tentunya untuk meningkatkan perkembangan kognitif anak bisa dilakukan sesuai dengan tahapan usianya. Mengingat setiap usia anak, mempunyai kemampuan tersendiri dan tentunya tidak dapat dipaksakan sama dengan usia yang selanjutnya. 

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Most Share

To Top