Parenting

Hindari Sindrom Menjadi Orang Tua yang Sempurna untuk Anak. Karena Menjadi Orangtua yang Sempurna Hanya ada di Sinetron Saja.

Suatu Hari anda datang terlambat untuk menjemput anak di sekolah. Jemuran yag ditinggalkan di rumah tadi sekarang kehujanan. Anda pun tidak sempat mengepel rumah karena menerima tamu pagi tadi. Dan, sekarang anda ingat kalau belum memasak makan malam.

Tidak lama, anda mulai mengatai diri sendiri bahwa anda orangtua yang buruk. Kemudian, anda mulai berjanji untuk menjadi orang tua yang sempurna. Yang ideal. Intinya, semua yang anda tangani harus sempurna. Tidak boleh ada kesalahan. Sedikit pun.

OrangtuasempurnaJika Semua Jawaban dibawah ini iya, mungkin anda sudah terkena sindrom orang tua sempurna.

Apakah anda pernah merasakan pengalaman seperti itu? Ketika anda merasa melakukan segalanya secara sempurna, maka kita layak disebut ibu? Sekalinya kita merasa segalanya sempurna, maka kita menilai bahwa kita layak mengasuh anak-anak kita, mencintai dan dicintai oleh mereka? Dalam perjalanan menjadi orang tua yang sempurna, kita cemberut melihat sedikit kumpulan debu di bawah meja tidak dibersihkan, bersikeras untuk menjahit sendiri, memasak sendiri, menjadi satu-satunya tempat bertanya untuk setiap pekerjaan rumah, dan kita tidak akan pernah lupa? Pernahkah kita berkata bahwa kita ibu yang buruk ketika terjadi hal yang tidak diinginkan? Jika jawabannya iya, mungkin anda sudah terkena sindrom orang tua sempurna.

Orangtua sebaiknya Menghidari Sindrom Menjadi Orangtua yang Sempurna karena ‘orang tua yang sempurna’ hanya ada di sinetron saja

Sayangnya, ‘orang tua yang sempurna’ hanya ada di sinetron saja. Tapi di dunia nyata, sindrom orangtua sempurna ini hanya akan menciptakan kondisi jiwa yang tidak sehat, terutama bagi para Ibu.

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di Ohio State University, orang tua yang terlalu cemas dengan apa yang dipikirkan orang lain, ternyata menjadikan mereka tidak percaya diri sebagai orang tua. Penelitian terseut juga menunjukkan bahwa orang yang menginginkan kesempurnaan biasanya menderita kecemasan akut, memiliki kepercayaan diri yang rendah, depresi, sampai gangguan pola makan.

Gambaran Menjadi Orangtua yang sempurna cenderung membuat orangtua takut melatih rasa kasih sayang secara alami karena takut melakukan kesalahan.

Banyak pihak. Diantaranya masyarakat sosial, budaya, televisi, hingga sosial media. Gambaran mengenai orangtua yang sempurna itu membentuk pola pikir dan perilaku kita dalam menangani urusan anak dan rumah tangga. Yang lebih parah lagi, gambaran ini membuat orang tua, terutama Ibu, cenderung takut melatih rasa kasih sayang secara alami karena takut melakukan kesalahan.

Terlalu Ingin menjadi orang tua sempurna membuat orang tua takut melakukan kesalah. Ketakutan yang muncul karena budaya merasa kekurangan

Tekanan sosial dan kecenderungan manusia untuk membandingkan diri sendiri dengan orang lain juga menjadi fakto lain yang membentuk sindrom ini. Dalam sebuah buku yang ditulis oleh Brené Brown, berjudul “Daring Greatly: How the Courage to Be Vulnerable Transforms the Way We Live, Love, Parent, and Lead” disebutkan bahwa dalam masyarakat kekinian terdapat yang disebut dengan “culture scarcity”atau terjemahan bebasnya adalah ‘budaya kekurangan”.

Budaya inilah yang mendorong kita berpikir bahwa kita akan selalu merasa kurang baik, kurang cerdas, kurang mampu – atau dengan kata lain kurang sempurna. Ia juga menyebutkan bahwa budaya ini muncul dalam budaya dimana semua terlalu berlebihan menilai kekurangan orang lain. Hal ini membuat kita terus menilai diri kita agar kita punya lebih dari yang orang punya, perlu, dan inginkan.

Budaya saat ini, misalnya, penuh dengan diskusi dan debat mengenai bagaimana seharusnya seorang ibu mengasuh anak. Baik dari rumah, tempat kerja, hingga sosial media. Banyaknya perdebatan dari beragam sumber membentuk gambaran bahwa kita tidak boleh melakukan kesalahan dan terus memberikan pesan negatif tentang diri sendiri. Ironisnya, pengasuhan yang perfeksionis seperti ini dapat menjadi ancaman terhadap hubungan orang tua dan anak.

Lalu bagaimana Menghindari Sindrom Menjadi orangtua yang Sempurna?

Tidak sempurna berarti kita harus memaafkan diri sendiri jika melakukan kesalahan. Berjuang demi kesmepuraan disini maksudnya adalah mencintai anak-anak kita secara utuh dan selalu ada untuk mereka. Salah satu cara menghilangkan lingakaran ‘sindrom orang tua sempurna’ ini adalah dengan mulai menerima diri sendiri. Dengan begitu, kita akan menjadi contoh terbaik bagi anak-anak kita. Dengan memaafkan masa lalu, kita bisa menatap ke masa depan dan belajar dari kesalahan tersebut.

Ketika orangtua menerima segala kekurangan yangmereka miliki,maka secara tidak langsung kita telah dan menunjukkan kepada anak bahwa kita cukup layak disebut orang tua. Anak-anak akan merasa lebih dicintai dan lebih mementingkan waktu yang kita yang habiskan bersama mereka daripada ketidak sempurnaan kita. Orang tua yang bahagia akan menciptakan anak yang bahagia.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Most Share

To Top