Heboh Foto Anak SMP Nyatakan Cinta pada siswi SD beredar dengan cepat di media sosial seperti Facebook, Path, Twitter hingga Instagram. Dalam foto tersebut g digabung menjadi satu bingkai.
Dari foto tersebut, terdapat satu yang menghebohkan netizen, saat siswa SMP merangkul siswa SD Sang pelajar putra SMP memberi kejutan kepada pelajar SD yang berulang tahun ke-11 dengan membawakan kue ulang tahun. Dalam foto tersebut, pelajar putra juga memberikan kado boneka tokoh kartu Snitch dan menyuapi siswa SD tersebut.
Bagaimana Respon Komnas Perlindungan Anak (Komnas PA) dan Psikolog melihat hal ini? Berikut beberapa Respondar Ketua Komnas PA dan Psikolog seperti dikutif dari merdeka.com
Ketua Komnas Perlindungan Anak (Komnas PA), Arist Merdeka Sirait
Ketua Komnas Perlindungan Anak (Komnas PA), Arist Merdeka Sirait menyatakan Dia prihatin, kisah percintaan sepasang kekasih sudah merambah ke usia bocah-bocah cilik. Dia yakin tindakan tak patut itu karena pengaruh lingkungan tak memberikan pendidikan edukatif yang tepat.
Tak hanya itu,tayangan yang disajikan saat ini tak jauh dari seputar percintaan, pertengkaran dan kekerasan. “Itu yang ditiru dari orang di sekitarnya, bisa orang dewasa, bisa juga terinspirasi tayangan di TV. Lihat saja kualitas sinetron kita,” tambah Aris.
Dia berharap seiring perkembangan zaman, hendaknya orangtua memberikan kontribusi yang baik. Termasuk memberikan pelajar tentang alat reproduksi.
“Sebab, anak itu kan meniru dan mendaur ulang ulang apa yang dia lihat dan dengar. Karena itulah, mulailah memberikan pendidikan pada anak dari rumah, tentang kesehatan reproduksi dan seks, karena itu bukan hal tabu, harus berikan informasi yang cukup untuk mereka,” jelasnya,
“Sebab bila bapak dan ibu enggak jawab jadinya dia dapat info dari google. Kalau dari rumah udah bagus, pastinya kalau temannya kasih sesuatu bukan hal aneh lagi buatnya. Tapi cuma di rumah sekolah pun harus melakukan hal yang sama,” pungkasnya.
Psikolog anak Seto Mulyadi
Psikolog anak Seto Mulyadi mengaku prihatin dengan beredarnya foto tersebut. Menurutnya, hal tersebut merupakan sebuah bentuk psikoseksual yang akan menimbulkan permasalahan bagi keduanya.
“Hal ini terjadi karena mudahnya informasi yang diperoleh kedua siswa dari media sosial dan dunia maya. Mereka dengan mudah berselancar di dunia maya mendapatkan informasi yang belum layak mereka dapatkan, istilahnya dikarbitkan. Matang sebelum waktunya,” ujar pria yang akrab disapa Kak Seto
Kejadian ini, jelas Kak Seto merupakan dampak dari kurangnya komunikasi dan lemahnya pengawasan orang tua terhadap peralatan elektronik anak mereka, seperti handphone, komputer, dan laptop. Jika hal ini dibiarkan, akan berdampak pada psikologi anak.
“Orang tua jangan lepas tanggung jawab dengan hanya membelikan gadget yang diminta anak mereka. Jika dibiarkan, hal ini akan berpengaruh kepada tumbuh kembang anak-anak. Hal ini yang kemudian menimbulkan adanya kasus seks bebas, geng motor, kekerasan di anak didik,” ujarnya.
Kepada orang tua, Kas Seto menganjurkan untuk mendampingi anak saat mereka berselancar di dunia maya. Jika diperlukan, mereka harus mem-block situs-situs yang dianggap tidak layak untuk dikunjungi oleh anak-anak.
Anggota Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas Anak) ini menambahkan, tugas mengawasi situs-situs internet yang dikunjungi anak-anak tidak hanya tugas orang tua di rumah. Pihak sekolah juga ikut berperan dalam memberikan pengarahan.
“Pihak sekolah juga jangan hanya berhenti pada kegiatan mengajar. Mereka juga harus mampu menjadi kawan dan mampu berkomunikasi secara ramah dengan anak didik,” ujarnya.
Sebelumnya, foto siswa SMP menyatakan cinta ke siswi SD menghebohkan netizen. Dari sembilan foto tersebut, terdapat satu yang menghebohkan netizen, saat siswa SMP merangkul siswa SD.
Psikolog Ike R. Sugianto
Psikolog Ike R. Sugianto, menilai di luar kasus ini sebenarnya fenomena pacar-pacaran di kalangan anak-anak sudah sejak lama terjadi. Tapi dulu, tidak tampil di media sosial seperti sekarang ini.
“Suka dengan lawan jenis pada pra-remaja itu wajar, karena mereka sedang mulai menumbuhkan ketertarikan pada lawan jenis, tapi biasanya masih dikerjakan dengan malu-malu dan belum berani diwujudkan dengan nyatakan sejauh ini, apalagi di depan teman-teman,” kata Ike
Perkembangan zaman yang terjadi memang sulit membendung apa yang diserap pada anak. Tapi melihat foto yang tersebar itu, Ike menilai pasangan bocah kecil ini sudah berani.
“Sebenarnya fenomena pacaran seperti ini banyak tapi enggak tampil di socmed, Tapi ini berani sekali, ini terang-terangan. Meskipun menurut saya, tidak perlu dianggap itu pelanggaran besar, saya tidak mau bebani pada dua orang ini dan orang tua mereka, karena fenomena nya ada dari dulu.”
“Tapi bentuk ekspresinya beda, kalau sukanya malu-malu, masih bisik-bisik, tapi sekarang kenapa berani sekali. Ini jelas karena tontonan sekarang lihat saja, tentang pacar-pacaran, cerita sekolah juga bumbu percintaan,” tambahnya.
Dia menambahkan, tayangan di televisi jadi faktor utama yang membentuk perilaku anak. Apalagi di usia-usia seperti itu.
“Semua asalnya dari apa yang mereka lihat, tonton, itu jadi masuk sistem norma dari mereka, apa yang lazim dan tidak, mereka dapat dari seperti itu. Padahal mereka sendiri belum berpikir panjang soal ketertarikan dengan lawan jenis, mereka juga punya definisi pacaran beda-beda. Gandengan tangan dan pergi ke mal bareng kadang disebut pacaran,” beber Ike.
“Kemudian dikhawatikan kalau pacaran belum ngerti akhirnya jadi terjadi isolasi mainnya sama dia doang,” ungkap wanita berambut panjang ini.
Dia berharap orangtua dan semuanya belajar dari kasus ini. Ini satu pengingat bahwa orangtua itu harus harus sebagai teman bukan mendikte.
“Satu pengingat untuk kita semua, termasuk sebagai orangtua untuk mulai bicarakan soal pacaran itu apa, kapan mulai boleh pacaran, seperti apa isi pacaran itu.”
“Jadi lihat positifnya, kalau orangtua jangan cepat marahi anak, dari pada nggak ketahuam, lebih baik kelihatan gini kan bisa cari solusi, kita akomodasi mereka, daripada dia lakukan di belakang kita,” pungkas Ike.
