Obesitas kini menjadi masalah yang perlu diwaspadai, tidak hanya bagi orang dewasa tapi juga bagi anak dan remaja. Sebab, konsekuensi dari peningkatan berat badan akan berdampak pada hal lain seperti intoleransi glukosa, dan hipertensi.
Obesitas pada anak menjadi masalah kesehatan yang mengancam orang tua di seluruh dunia. WHO bahkan menyebutnya sebagai ancaman kesehatan terbesar pada abad 21 ini.
Data dari Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas tahun 2010) menunjukkan, sebanyak 19, 6 persen anak di DKI jakarta masuk dalam kategori gemuk (obesitas/kelebihan berat badan). Menurut Dr. Aman B. Pulungan, SpA(K), Ketua 2 Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), angka obesitas pada anak di Indonesia sudah sampai pada angka yang mengerikan.
Obesitas bisa menimbulkan masalah kesehatan yang serius. Mulai dari diabetes, penyakit jantung, asam urat, hingga kanker.Tak hanya itu, obesitas pada anak juga bisa memunculkan rasa rendah diri dan minder akan penampilan fisiknya. Biasanya obesitas juga akan meningkatkan risiko anak menjadi korban bullying oleh teman-temannya.
Studi yang dihelat oleh empat universitas di Amerika dan satu universitas di Jepang itu berhasil menguak kaitan antara kegemukan dan kemampuan anak dalam memecahkan permasalahan. Menurut studi itu, anak-anak dengan obesitas berkemungkinan memiliki performa buruk saat di kelas.
Anak-anak yang mengalami kegemukan juga lebih sering membuat kesalahan sehingga membutuhkan lebih banyak waktu untuk menjawab soal berikutnya. Demikian hasil temuan yang telah dipublikasikan dalam jurnal Cerebral Cortex.
“Tetapi, berdasar studi ini, obesitas ternyata benar-benar bisa memperlambat perkembangan kemampuan kognitif anak dan merusak peluang mereka untuk sukses di sekolah,” tambahnya seperti dilansir Daily Mail dan ditulis pada Kamis (13/3/2014).
Berikut ini siklus obesitas pada anak :
