Tontonan bagi anak bisa menjadi tuntunan. Oleh karena itu Orang tua harus cerdas dan bijak memilih tontonan yang tepat untuk anak.
Menurut Dr Frieda Mangunsong, M.Ed, Associate Professor dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, film adalah salah satu media yang mampu mempengaruhi anak-anak bahkan sejak mereka bayi sekalipun. Dari film, anak-anak bisa mendapatkan berbagai hal mulai dari meniru kata-kata, mengenal warna, benda, gerakan, musikalitas, ritme dan banyak hal.
“Anak-anak menyukai film karena dalamnya terdapat banyak sekali unsur. Ada tema dan pesan, kaya akan gambar dan warna, tampilan kata-kata, gerakan visual dan adegan-adegan yang menghibur,” ungkap Frieda. Menurut Frieda, tayangan media juga dapat memberikan model-model tertentu bagi anak-anak mulai dari kekerasan, kecerdasan, kepemimpinan, keceriaan, kejenakaan.
Oleh karens itu, penting bagi orang tua memilih tontonan untuk anak.
1. Ikut Menonton Bersama Anak
Untuk mengetahui acara TV mana yang bagus untuk ditonton anak, mana yang tidak, itu adalah keputusan Anda. Maka selalu dampingi anak setiap kali dia menonton TV. Jika apa yang Anda tonton tidak baik untuknya, Anda bisa mengganti channel atau menghentikan kegiatan menonton televisi.
2. Tetapkan Tayangan dan Jam Nonton
Jika Anda sudah punya jadwal tontonan yang cocok untuk anak, tetapkan jadwal itu. Buat peraturan tegas, jangan sampai anak menonton di luar jam dan acara yang ditentukan. Kalaupun ingin menonton tayangan lain, kembalilah ke poin 1. Semua ini dilakukan untuk kebaikan anak-anak Anda.
3. Orang tua harus selektif memilih tontonan yang sesuai dengan umur anak
Menurut Psikolog Tika Bisono, anak belum dapat memilah tontonan yang baik dan buruk sehingga orang tua harus selektif memilih tontonan yang sesuai dengan umur anak. Jika orang tua melepaskan anak menonton tayangan televisi tanpa pengawasan, pikiran anak dapat dirusak oleh tontonan tidak baik, ditambah lagi anak suka meniru apa yang dilihatnya.
4. Jangan Terlalu Sering Nonton
Menonton terlalu sering tidak baik. Masih banyak media informasi dan hiburan lain yang lebih bermanfaat. Misalnya membaca buku bersama, saling bercerita tentang apa yang terjadi hari itu (tentang teman-temannya di sekolah barangkali), atau kegiatan apapun yang lebih mengasah kreativitas anak.
5. Hindari Tontonan Menjelang Tidur
Hindari juga menonton di waktu menjelang tidur. Hal ini diperlukan agar anak punya jam tidur yang teratur dan tidak merengek jika acara yang ditonton belum selesai. Biasakan hal ini, karena makin malam tayangan TV, biasanya diisi dengan acara yang ditujukan untuk penonton yang lebih dewasa.
6. Pilih Tontonan yang Baik
Selain tontonan yang kurang mendidik, TV juga menghadirkan tontonan yang baik bagi si kecil, misal siraman rohani atau film kartun yang mendidik dan acara lainnya yang mengandung unsur perjuangan negara atau pengetahuan lainnya.
7. Hati-hati dengan judul tontonan anak, Menurut bapak empat anak ini, tidak semua tayangan film cocok ditonton untuk anak
Irfan Hakim sangat selektif dalam memilih tontonan untuk anaknya. Menurut bapak empat anak ini, tidak semua tayangan film cocok ditonton untuk anak.
“Ada beberapa film yang memang dibatasi untuk anak-anak seperti Cinderella, karena tidak semua judul anak-anak pantes untuk ditonton sama anak-anak,” ucap Irfan
8. Wulan Guritno memilih layanan TV kabel yang bisa mengontrol tontonan anaknya
Aktris Wulan Guritno mengaku sangat selektif memilih tontonan bermutu bagi anak-anaknya. Ia juga memilih layanan TV kabel yang bisa mengontrol tontonan anaknya.
“Saya tidak semata-mata pasang Parabola untuk bisa mendapatkan beragam hiburan, pokoknya harus punya fungsi Parental Lock,”
9. Adegan Kekerasan di TV Bikin Masalah Tidur pada Balita
Sebuah studi terbaru menemukan bahwa keluarga yang disarankan untuk beralih dari acara TV yang mempertontonkan kekerasan dalam beberapa bulan, anak-anaknya memiliki kualitas tidur yang lebih baik dibandingkan keluarga yang tidak menerima saran tersebut.
“Orang tua cukup mengubah tontonannya di rumah agar anak dapat tidur lebih nyenyak,” kata Michelle Garrison, penulis utama studi tersebut dari Seattle Children’s Research Institute, seperti dilansir foxnews/
