Bully bukan hanya dihadapi anak-anak dan remaja di lingkungan pergaulan mereka. Banyak ibu yang mengalami bully atau lebih sering dikenal dengan istilah mom-shaming. Mereka yang melontarkan bully-an juga tak lain adalah para ibu.
Bagaimanapun, kondisi ini jadi masalah serius yang harus dihentikan. Apalagi semakin banyak bentuk mom-shaming yang ditemui di sekitar kita. Dari banyak kasus, ada empat jenis mom-shaming ini yang paling sering terjadi.
Padahal, antara ibu satu dengan ibu yang lain bukankah lebih baik saling memberi dukungan? Bahkan sebagai ibu, kitapun harus lebih menjaga sikap dan tutur kata ya Bun. Jangan sampai menyakiti perasaan Ibu lain karena perilaku kita yang tak sengaja melakukan mom-shaming.
Baik Bersalin Normal maupun Operasi, Para Ibu Sama-sama Menanggung Sakit dan Bertaruh Nyawa dalam Melahirkan
Kendati setiap ibu tentunya mendambakan persalinan normal, pada akhirnya banyak ibu yang harus melahirkan bayi dengan proses operasi. Banyak faktor atau keinginan pribadi yang mungkin mendasari para ibu ini untuk memilih operasi caesar sebagai metode persalinan, dan sejatinya tidak ada yang terlihat lebih hebat atau lebih baik.
Sebab yang perlu dihargai adalah perjuangan ibu tersebut sehingga mampu melahirkan bayinya dengan selamat. Bukan tentang metode yang dijalaninya. Sebagai ibu, tentu bunda sudah selayaknya turut memberi dukungan dan tak usah menilai ibu lainnya hanya karena berbeda cara bersalinnya.
Urusan Produksi ASI, Tak Perlu Diinterupsi
Para ibu yang baru memiliki bayi pun tak lepas dari ancaman mom-shaming. Situasi ini terjadi saat sang ibu menyusui anak. Padahal, kondisi setiap ibu tentu berbeda ya Bun. Ada ibu yang lancar menyusui Si Kecil dan produksi ASI-nya melimpah. Namun, ada juga yang mengalami kesulitan karena masalah kesehatan atau produksi ASI-nya hanya sedikit, tak peduli sudah seberapa keras usahanya dalam memompa ASI.
Lantaran situasi ini, mau tak mau mereka pun harus memilih susu formula sekalipun mereka mengerti jika ASI adalah nutrisi terbaik untuk buah hati. Pemberian susu formula alias sufor akhirnya menjadi perdebatan dan ibu yang produksi ASI-nya sedikit jadi target mom shaming para ibu lain. Haruskah demikian? Pantaskah kita mengkritik seorang ibu yang tidak bisa menyusui bayinya, padahal kita tidak tahu apa masalah dan kesulitan yang ia hadapi?
Soal Pola Asuh, Masing-masing Ibu Punya Caranya Sendiri
Selain melahirkan dan menyusui, ada ibu yang juga diserang berbagai sentimen negatif oleh ibu lainnya lantaran cara pengasuhan anak yang sedikit berbeda dari ibu pada umumnya atau kelihatan keluar dari tradisi dan budaya. Padahal, seorang ibu boleh mengadopsi gaya pengasuhan dari berbagai sumber referensi untuk memastikan Si Kecil mendapatkan yang terbaik di masa tumbuh kembangnya itu.
Melakukan mom-shaming terhadap ibu baru yang masih perlu banyak adaptasi dengan pola pengasuhan yang tepat untuk anaknya sejatinya tindakan tak terpuji lho Bun. Justru mungkin sebagai Bunda yang sudah lebih dulu memiliki pengalaman dalam mengasuh anak, ada baiknya untuk membagikan ilmu dan pengalaman mengenai pengasuhan anak bayi.
Ibu yang Bekerja pun Sering Jadi Target Mom-shaming
Bagi seorang ibu, terlebih mereka yang baru memiliki anak, kerap kali muncul sebuah perdebatan tentang mana yang lebih baik, menjadi ibu rumah tangga atau membagi waktu dengan berkarier alias bekerja? Perdebatan ini seakan tak pernah usai.
Masing-masing pihak yang pro saling membela diri dan mempertahankan argumennya. Padahal, kedua hal tersebut seharusnya tak perlu diperdebatkan, bahkan dipertentangkan. Bun, alangkah bijaknya sebagai seorang ibu, menghormati pilihan para ibu jauh lebih baik dibanding membicarakannya dari belakang. Baik mereka yang perlu bekerja, ataupun yang memilih bekerja dari rumah, cukup hargai semua itu berdasarkan hak dan pilihan masing-masing ya Bun.
