Parenting

Digital Parenting, Cara Atur Pemakaian Gadget Anak

gadget pada anak, digital parenting

Mendidik Anak di era digital saat ini memang sangat sulit. Anak sudah sangat familiar dengan gadget dalam kehidupan sehari-harinya.  Tentu cukup sulit jika mengisolasi atau tidak memperbolehkan anak sama sekali bermain gadget.

gadget pada anak, digital parentingSteve Jobs dan para orang tua yang bekerja di bidang teknologi mungkin bisa  membatasi penggunaan perangkat canggih oleh anak-anak mereka. Simak juga  alasan Seteve Jobs membatasi penggunaan Gadget untuk Anak-anaknya.  Membatasi anak dalam penggunaan gadget termasuk kedalam digital parenting.

Seperti dikutif dari detikhealth, Menurut psikiater dan praktisi pendidikan anak terkemuka di Korea, Yee-Jin Shin, Digital parenting adalah pola pengasuhan orang tua disesuaikan dengan kebiasaan anak menggunakan gadget atau perangkat digital. Garis besar dalam digital parenting adalah memberikan batasan yang jelas kepada anak tentang hal-hal yang boleh maupun yang tidak boleh dilakukan saat menggunakan gadget atau perangkat digital.

Sebelum orang tua memutuskan membelikan anak perangkat digital berupa smartphone atau komputer, sebaiknya ajak anak bicara kemudian dibuat peraturan terlebih dahulu. Misalnya, peraturan untuk tidak menggunakannya di saat sedang kumpul keluarga, tidak mengganggu jam belajar, dan tidak menggunakannya sampai larut tengah malam. Setelah aturan disepakati baru Anda bisa memberikan perangkat digital itu kepada anak.

“Jika kita hidup di era digital seperti sekarang, tentu kita perlu menghadapinya daripada menghindarinya. Oleh karena itu, jika Anda telah membelikan perangkat tersebut kepada buah hati Anda, Anda harus segera menerapkan digital parenting begitu Anda memberikan perangkat tersebut kepada anak,” papar Yee-Jin Shin.

Dalam digital parenting, hal utama adalah orang tua harus memahami kapan waktu yang tepat untuk memberikan gadget pada anak. Tidak hanya berupa peraturan-peraturan, digital parenting juga bisa diterapkan dengan cara pendekatan yang dilakukan orang tua untuk menjelaskan seputar pengalaman menggunakan gadget dengan anak.

“Bisa juga dengan memberi pengertian pada anak mengapa ditetapkan peraturan penggunaan gadget. Tujuannya tidak hanya agar anak menjadi patuh, tetapi anak juga paham dan bisa bekerjasama dengan orang tuanya,” ucap Yee-Jin Shin.

 

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.


Parenting

Untuk Hidup yang Lebih Mudah, Ini 5 Kemampuan Dasar yang Harus Bunda Ajarkan Pada Anak

Pada masa yang akan datang, akan tiba saatnya si kecil tumbuh dewasa dan tak lagi tinggal bersama Bunda. Tapi yang namanya orangtua, dimata kita mereka akan selalu jadi anak kecil yang perlu kita perhatikan dan pastikan baik-baik saja. Nah, sebelum masa itu tiba. Ada beberapa hal yang sejatinya wajib Bunda ajarkan pada anak, sebagai bekal dasar untuk Ia menjalani hidupnya kelak. Kira-kira, apa saja ya? 

1. Belajar untuk Bangun Pagi Tepat Waktu

Salah satu kebiasaan yang perlu dan wajib Bunda ajarkan sedari dini yakni kebiasaan untuk bangun pagi. Hal ini penting Bun, karena kebiasaannya bangun pagi, akan membuat anak belajar menghargai waktu. Jika ia telat bangun, maka ada hal lain yang juga akan telat ia lakukan. 

Pelan-pelan ia akan lebih memperhatikan waktu tidurnya, kegiatan lain yang akan atau harus ia lakukan setelah bangun, hingga pembagian waktu lain yang maasuk dalam perencanaan waktu yang ia miliki. Walau beberapa anak susah untuk bangun pagi, tapi kebiasaan ini wajib bunda tanamkan sedari dini. 

2. Merapikan Tempat Tidur Setelah Bangun 

Selain kebiasaan bangun tidur, merapikan tempat tidurnya selepas bangun, jadi sesuatu yang juga kelak mempengaruhi masa depan dan keberhasilan anak. Kebiasaanya ini akan jadi kemampuan yang bisa mempengaruhi hal-hal lain dalam hidupnya.

Tidak hanya pada tempat tidur saja, tapi juga pada aspek lain dalam hidupnya. Entah itu penampilannya, tempat ia belajar, tempat ia bekerja, dan berbagai aspek lain dalam hidupnya. Jadi, jika ada sesuatu yang tidak rapi, nalurinya akan bergerak untuk membereskannya. 

3. Membersihkan dan Mengatur Barang-barang Pribadinya

Saat masih kecil, mungkin akan sangat wajar jika mainan atau barang-barang Bunda yang merapikan. Nah, memasuki usia 5 tahun, Bunda bisa mulai memberikan ajaran kepada si kecil untuk terbiasa menyimpan atau membersihkan barang-barang pribadi miliknya.

Mulai dari mainan, buku-buku, dan barang lain yang ia miliki. Kebiasaan ini akan jadi tanggung jawab yang ia ingat hingga dewasa. Sehingga ia akan terbiasa untuk hidup bersih dan rapi. 

4. Memahami Tata Krama dalam Kehidupan Sosial 

Sopan santun atau tata krama adalah hal penting lain yang wajib dan harus Bunda ajarkan sedari dini. Jangan sampai si kecil bersikap sembarangan, dan berlaku tak sopan kepada orang yang lebih tua atau orang lain yang berada di lingkungan sosialnya. Ajarkan, bagaimana ia harus bersikap pada mereka yang lebih tua, apa sapaan yang harus dipakai, hingga gerak tubuh yang harus dihindari jika sedang berkomunikasi pada seseorang.

Kemampuan ini akan jadi bekal yang bermanfaat baginya saat kelak sudah dewasa. Sehingga, ia bisa berdaptasi dengan baik pada lingkungan, dan tahu bagaimana bersikap dengan benar. 

5. Peka Terhadap Lingkungan, Mau Membantu Orangtua Melakukan Suatu Pekerjaan

Jangan sampai, sudah tahu Bunda sedang kewalahan mengerjakan pekerjaan rumah, anak hanya akan diam saja tanpa mau membantu orangtuanya. Inilah sebabnya, penting untuk menanamkan rasa peka terhadap lingkungan pada diri anak. Ajar mereka untuk memahami situasi, melihat apa yang sedang terjadi di sekitarnya, dan apa sikap yang sebaiknya dilakukan. 

Dengan begitu, pada berbagai macam kondisi dia bisa menunjukkan sikap kepekaannya. Membantu Bunda mengerjakan pekerjaan rumah, membantu orang tua menyebrang di jalan, atau memberi bantuan kepada mereka yang sekiranya membutuhkan bantuannya. 

Sampai di sini, Bunda sudah paham kan. Apa saja kemampuan dasar dalam hidup yang harus Bunda ajarkan pada anak? Semoga sih, sudah paham ya Bun!

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.


Parenting

5 Ketakutan Orang Tua Mendidik Anak Generasi Digital, Bunda Termasuk yang Mana?

gadget-pada-anak

Dibandingkan puluhan tahun lalu, para orang tua milenial butuh ekstra usaha dalam mengasuh dan mendidik anak di zaman sekarang. Perkembangan era digital memang mengubah segalanya, termasuk cara pengasuhan. 

Di satu sisi, perkembangan dunia digital memberikan berbagai kemudahan yang menguntungkan. Namun, di sisi lain ada gap yang sangat jauh antara kita, orang tua sebagai immigrant digital, dengan anak-anak yang merupakan generasi native digital, yang sudah bersentuhan dengan teknologi sejak lahir. 

Jika kita gagap beradaptasi dengan pengasuhan era digital, komunikasi dengan anak bisa tidak harmonis. Dalam jangka panjang, hal ini bisa mengganggu perkembangan psikologi, mental dan perilakunya di masa depan. 

Berikut ini adalah 5 hal yang kerap menjadi kekhawatiran orang tua milenial dalam mendidik anaknya yang merupakan generasi native digital. 

1. Takut Anak Jauh dari Orang Tua 

Paparan media digital bisa saja membuat anak asyik berselancar di dunia dan lupa dengan interaksi langsung di dunia nyata. Para orang tua takut anak-anak mereka menjadi jauh. Bukan secara fisik, namun secara kontak psikologis. 

2. Anak Jadi Korban Kejahatan Internet   

Derasnya arus informasi, memudahkan anak menemukan  konten apapun. Banyak yang bermanfaat, namun ada juga konten berbahaya seperti pornografi, kekerasan, belum lagi ancaman cyberbullying dan pedofilia yang mengintai anak-anak. 

3. Takut Anak Tidak Tangguh 

Kecepatan adalah ciri dunia digital. Tak heran, generasi native digital akan terbiasa dengan segala sesuatu yang serba instant. Para orang tua khawatir kondisi ini membuat anak-anak tidak memiliki daya juang, mudah menyerah dan tidak tangguh saat ingin mencapai sesuatu. 

4. Takut Mengganggu Perkembangan Fisiknya 

Penggunaan gadget secara berlebihan bisa membuat anak malas bergerak, sehingga tumbuh kembangnya tidak optimal. Paparan berlebihan terhadap gadget juga bisa memicu masalah tidur dan merusak penglihatannya.   

5. Takut Menghambat Perkembangan Sosialnya 

Ketidakseimbangan akses teknologi dengan aktivitas di dunia nyata bisa membuat anak tumbuh menjadi pribadi yang lebih mementingkan diri sendiri sehingga sulit bergaul secara langsung. Anak juga bisa kesulitan mengenali berbagai nuansa perasaan. Gadget juga bisa berdampak pada terlambatnya perkembangan bicara dan bahasa.   

Apakah ada di antara 5 ketakutan tersebut yang juga menjadi ketakutan Bunda? Atau justru ada ketakutan lainnya?  Wajar jika kita sebagai orang tua punya kekhawatiran semacam itu. Karena kita tentunya ingin memberikan yang terbaik untuk anak-anak kita. 

Sebenarnya, kunci dari keberhasilan seorang anak agar kelak bisa menghadapi era digital dengan baikadalah kesiapan mental yang dilatihkan oleh orang tua kepada anak sejak anak masih kecil. Lalu, sudahkah kamu tahu caranya? Sangat disayangkan jika orang tua tidak tahu caranya, sehingga terlewat untuk membimbing anak memiliki potensi luar biasa. 

Untuk menjawab kegelisahan itu, Kelasin.com berkolaborasi dengan Angga Setyawan, founder Anak Juga Manusia, menggelar workshop ‘Cara Efektif Mempersiapkan Anak Menuju Dewasa dan Mandiri di Era Digital’. Materi yang dipelajari antara lain: – Memberi pemahaman tentang dinamika perilaku anak – Mengubah paradigma orang tua dalam memandang anak – Membekali orang tua pengetahuan tentang potensi anak – Membekali orang tua bagaimana mengelola perilaku anak – Membekali orang tua bagaimana menyiapkan anak bermental tangguh – Membekali orang tua bagaimana menyiapkan anak agar sanggup berjuang – Membekali orang tua skill bagaimana membantu anak meraih cita-citanya – Membekali orang tua skill bagaimana berkomunikasi yang efektif dengan anak – Membekali orang tua bagaimana membangun relasi yang sehat bersama anak. 

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.


Parenting

Meski Terdengar Aman, Sebaiknya Pertimbangkan Dulu Keinginan Memantau Aktivitas Si Kecil Lewat CCTV Bun!

Bisa siaga 24 jam menjaga buah hati rasanya menjadi keinginan setiap orangtua. Sayangnya harapan itu tak selalu bisa kita wujudkan. Bila sudah begitu, keputusan memasang CCTV menjadi siasat sekaligus alternatif yang sering diterapkan orangtua. Dengan adanya kamera pemantau tersebut, orangtua  yang sedang beraktivitas di luar rumah setidaknya masih bisa melihat aktivitas si kecil lewat layar ponsel yang sudah terkoneksi dengan CCTV. Lantas, apakah keputusan memasang CCTV di dalam rumah sudah efektif untuk memantau si kecil?

Dengan adanya CCTV yang terus menyala, berarti segala bentuk aktivitas orang rumah akan ikut terekam. Jika Bunda tinggal bersama keluarga besar ataupun ada anggota keluarga lain di dalam rumah tersebut, pemasangan CCTV tak boleh sembarangan dilakukan.

Sebelum Memasang CCTV, Pastikan Kondisi Sekitar Lingkungan Rumah Bun!

Menurut psikolog anak sekaligus pendiri Irma and Co, Irma Gustiana A, M.Psi, pemasangan kamera CCTV di rumah tentunya tergantung pada kondisi sekitar lingkungan rumah, sehingga pertimbangannya bukan hanya area rumah bagian dalam. Bila lingkungan rumah Bunda termasuk aman dan dilengkapi fasilitas sekaligus petugas keamanan seperti satpam dan hansip, CCTV komplek, hingga rutin ada jadwal ronda, pemasangan CCTV pribadi di dalam rumah dirasa tak perlu.

pexels-photo-96612

Ketahui Lagi Fungsi Utama CCTV di Dalam Rumah

Namun hal itu bukan berarti larangan, keinginan memasang CCTV tetap sah-sah saja dilakukan. Apalagi jika memang membawa manfaat bagi keamanan rumah terutama untuk mengawasi siapa saja yang  berinteraksi dengan seisi anggota rumah terutama si kecil saat Bunda tak berada di dekatnya. Di lain sisi, pemasangan CCTV ternyata akan memberi efek psikologis yang bisa membuat seseorang mengurungkan niatnya berbuat kriminal.

Telisik Dahulu Hal-Hal yang Harus Dipahami Sebelum Memasang CCTV

Orangtua sebaiknya mempertimbangan secara matang dan melibatkan persetujuan seisi rumah mengenai pemasangan CCTV. Area privasi anggota keluarga menjadi aspek yang harus benar-benar Bunda perhatikan. Hal itu harus dilakukan mengingat setiap orang atau mungkin anak yang sudah lebih dewasa memiliki hak agar privasinya tetap terjaga tanpa perlu diawasi.

Saat menyampaikan keputusan mengenai pemasangan CCTV, sebaiknya utarakan alasan dan manfaat yang akan didapat dengan adanya teknologi tersebut jika dipasang di dalam rumah. Setelah mendapat persetujuan, langkah selanjutnya yang harus anda lakukan adalah rutin memantau dinamika aktivitas buah hati yang terekam lewat CCTV.

nature-people-girl-forest-12165

Memahami Dampak Psikologis Khususnya pada Buah Hati Anda

Sejatinya akan ada beberapa anak yang takut untuk mengeksplorasi lingkungan karena kebebasannya saat bermain selalu diawasi. Irma melanjutkan, fenomena semacam ini akan membuat si kecil semakin terbatas untuk bereksperimen dan akhirnya berpengaruh pada tumbuh kembangnya. Dampak ini sebaiknya harus dipikirkan jauh-jauh hari.

Jika sudah demikian, si kecil dikhawatirkan justru tak rileks dengan kegiatan di dalam rumah sehingga tingkah lakunya terkesan tidak natural. Karenanya, Bunda perlu memberi pengertian dan komunikasi sejak dini mengenai pemanfaatan CCTV dalam konteks positif. Bahkan mungkin hal ini akan membuat si kecil lebih peka untuk menjaga diri dan lingkungannya dari hal-hal yang mencurigakan.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Most Share

To Top