Parenting

Di usia 4 sampai 5 tahun terlihat Sulit diatur , Ini Cara Mendidik Anak Usia 4 – 5 tahun

Cara mendidik anak harus disesuaikan dengan rentang usianya. Karena setiap fase usia biasanya memiliki perkembangan yang berbeda-beda. Sebagai orangtua tentu menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya agar mereka tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter kuat dan baik.

pada Di usia 4 sampai 5 tahun, anak masih akan menunjukkan karakteristik anak usia dini antara lain bersikap aktif, senang mengeksplorasi sekitarnya dan mulai belajar mengembangkan kesadaran dirinya. Anak juga sesekali masih akan terlihat seperti sulit diatur dan tidak jarang membuat orangtuanya frustrasi.

Oleh karena itu, sebagai orangtua harus tahu bagaimana cara mendidiknya dengan baik sesuai dengan usianya saat in

Mengembangkan Kecerdasan Spiritual

Kecerdasan spiritual sangat dibutuhkan dan diajarkan sejak dini pada anak-anak. Ketika anak sudah memasuki usia 4 – 5 tahun maka perlu mulai diajarkan tentang sang pencipta dan ajaran agama. Sehingga sedari dini mereka memiliki hubungan spiritual yang baik dan akan dibawa hingga dewasa.

Anda bisa mulai mengajarkannya dengan cara membuka wawasan dan pikiran mereka tentang sosok sang pencipta. Masukkan anak-anak lembaga pengajaran seperti kalau dalam agama Islam dikenal dengan TPQ. Di sini anak-anak akan mulai belajar untuk mendalami agamanya dari dasar.

Menumbuhkan Rasa Cinta Kasih Sayang

Emosi anak pada usia 4 sampai 5 tahun sudah mulai terbentuk sehingga penting sekali untuk mulai mengajarkannya bagaimana menyayangi dan mencintai orang lain khususnya keluarga. Lakukan hal-hal sederhana seperti memberikan pelukan hangat dan mengungkapkan rasa sayang secara terbuka.

Mulailah ajarkan kepada anak-anak untuk peduli kepada orang lain, menumbuhkan rasa empati, berbagi, dan lain sebagainya. Dengan demikian kepekaan anak akan mulai terasa sejak dini dan mereka pun akan terbentuk menjadi pribadi yang peduli dengan sesama.

Mengajarkan Anak Untuk Jujur

Jujur adalah karakter utama yang harus dimiliki oleh anak dan perlu ditanamkan sejak dini. Karena sikap jujur ini yang akan membawa bagaimana anak-anak nanti tumbuh ketika remaja maupun dewasa. Anda bisa mulai mengajarkannya untuk dengan mengingatkan agar mereka selalu jujur / mengakui kesalahan.

Di fase usia 4 – 5 tahun terkadang anak-anak masih memiliki sifat malu untuk mengakui kesalahan sehingga Anda harus mengajarinya bahwa jujur itu penting. Dengan pondasi sifat jujur yang dimiliki maka akan ada banyak dampak positif bagi anak-anak. Mereka akan menjadi pribadi yang berlapang dada.

Mengasah Kemampuan Kognitif Anak

Kemampuan kognitif anak bisa dilatih dengan cara-cara sederhana terlebih dahulu seperti belajar membaca sambil bermain. Jangan terlalu memaksakan kehendak anak-anak karena di fase ini mereka sedang senang-senangnya bermain sehingga harus diajari secara perlahan.

Anda bisa mengajarinya secara pelan-pelan dan mencari waktu yang tepat. Beri pemahaman kepada anak-anak bahwa sudah waktunya mereka belajar karena sebentar lagi akan masuk sekolah. Sehingga mereka pun menjadi semangat untuk belajar agar cepat bisa memahami huruf dan angka.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.


Parenting

Perkembangan Mental Anak Usia 4 – 5 Tahun yang Harus Dipahami Setiap Orangtua

Usia bawah lima tahun merupakan masa golden age di mana sebagai orang tua sangat penting untuk memperhatikan perkembangan anak di usia ini. Terlebih lagi terkait perkembangan mental anak usia 4 – 5 tahun yang biasanya mulai muncul pada fase ini terkadang membuat bingung banyak orang tua.

Fase Perkembangan Mental Anak Usia 4 – 5 Tahun

Fase perkembangan anak usia 4 – 5 tahun merupakan fase yang sangat penting karena saat usia tersebut anak-anak mulai mudah meniru apa yang mereka lihat di lingkungan sekitarnya. Perkembangan emosional anak pada usia ini juga lebih sulit ditangani daripada usia di bawahnya.

Anak-anak sudah mulai memasuki fase initiative vs guilt. Pada fase ini mereka mulai menunjukkan rasa ingin mandiri dan lepas dari ikatan orang tua mereka. Anak-anak memiliki keinginan untuk bergerak dengan bebas dan berinteraksi dengan teman-teman maupun lingkungan sekitarnya.

Keinginan tersebut muncul karena adanya rasa inisiatif yang tumbuh dalam diri mereka. Namun, di satu sisi anak-anak juga akan lebih mudah merasa sedih atau marah jika apa yang terjadi tidak sesuai dengan keinginan. Hal tersebut dikarenakan sudah muncul rasa bersalah atau guilt dalam diri mereka.

Tahap Perkembangan Emosi Anak Usia 4 – 5 Tahun

Memahami bagaimana perkembangan anak khususnya saat masih usia balita tentu sangat penting bagi orang tua agar mereka bisa memberikan treatment yang tepat saat mendidik. Usia balita merupakan usia di mana anak-anak sedang senang-senangnya bermain sebagaj kegiatan primer mereka.

Di usia ini anak-anak juga akan mulai melakukan inisiatif dan belajar tentang arti diabaikan dan ditanggapi dengan baik. Mereka akan mulai paham dan merasakan apa itu arti diterima dan ditolak. Jika tanggapannya baik maka anak pun akan belajar banyak hal seperti bagaimana bekerja sama dengan teman.

Selain itu, mereka juga akan belajar tentang bagaimana menjadi seorang pemimpin dalam permainan sehingga jiwa leadership pun akan tumbuh. Namun, jika tanggapan yang diberikan berupa penolakan maka anak-anak akan merasa takut dan bersalah. Sehingga akan muncul ketergantungan pada kelompok.

Cara Menstimulasi Anak Agar Berekspresi

Mengungkapkan ekspresi sangatlah penting untuk dilakukan baik itu ekspresi bahagia, sedih, ataupun marah. Jangan sampai apa yang dirasakan oleh sang anak tidak bisa diekspresikan dan terpendam karena bisa menimbulkan tekanan dalam diri mereka. Stimulus bisa dilakukan dengan berbagai cara.

Mulai dari mengenalkan anak-anak pada huruf dan angka sambil bermain, membiarkan mereka bermain dengan temannya selama masih tetap bisa diawasi, buang air sendiri, dan lain sebagainya. Selera humor anak pada usia ini juga akan mulai terlihat dan bahkan mereka cenderung ingin menarik perhatian.

Pada usia ini mereka bahkan bisa tertawa atau membuat tingkah laku yang lucu agar orang-orang di sekitarnya tertarik. Di sinilah anak-anak mulai belajar bagaimana mengeluarkan ekspresinya seperti orang dewasa. Sehingga mereka mulai memahami apa itu emosi dan mental yang dirasakan dari dalam hati.

Cara Untuk Membantu Perkembangan Emosional Agar Berjalan Baik

Anak-anak sudah bisa diajarkan bagaimana cara memecahkan masalah sejak usia 2 sampai 3 tahun. Usia 4 – 5 tahun pun sangat penting untuk melatih mereka bagaimana menyelesaikan suatu masalah. Seperti ketika mereka berebut mainan dengan teman, berkelahi, dan masalah lainnya.

Ajarkan kepada mereka untuk menyelesaikan masalah dengan baik tanpa harus saling berkelahi. Berikan ruang kepada mereka untuk mengungkapkan emosinya melalui ekspresi. Perlu disadari bahwa bagaimanapun juga anak adalah peniru ulung orang tua dan lingkungan sekitarnya.

Mereka akan dengan mudah mengikuti setiap perilaku, kebiasaan, perkataan, dan sikap orang lain. Oleh karena itu, Anda bisa mulai mengajak anak-anak untuk berbagi cerita tentang aktivitas apa saja yang mereka lakukan seharian. Berikan waktu agar mereka bisa mengobrol dengan santai dan lebih rileks.

Mengetahui Perkembangan Anak Usia 4 – 5 Tahun

Mengikuti setiap perkembangan anak dari usia ke usia adalah hal yang paling berharga bagi orang tua. Tak terasa waktu begitu cepat hingga anak-anak sudah bisa melakukan banyak hal sesuai dengan usianya. Apa saja kemampuan dan perkembangan yang biasanya sudah dimiliki oleh anak-anak di usia tersebut?

Kemampuan Motorik Kasar

Saat memasuki usia 4 tahun anak-anak biasanya sudah bisa melakukan kemampuan motorik kasar seperti daftar berikut ini:

  1. Kemampuan bagaimana menyeimbangkan tubuh dengan mengangkat satu kaki selama 1 sampai 5 detik
  2. Berjalan sambil melompat kesana-kemari atau melompat di tempat
  3. Berjalan menaiki anak tangga sendiri tanpa bantuan orang dewasa
  4. Menaiki sepeda dengan menggunakan roda tiga
  5. Berlari-larian
  6. Memahami wilayah nyaman mereka
  7. Kemampuan berimajinasi yang tinggi seperti saat mengejar bola mereka akan berimajinasi seolah seperti pemain bola sungguhan yang sedang bertanding di lapangan

Kemampuan Motorik Halus

Saat anak berusia 4 sampai 5 tahun motorik halus mereka juga sudah mengalami perkembangan. Mereka memiliki kemampuan dengan baik dan mata dengan tangan bisa berkoordinasi semakin tajam. Kemampuan yang bisa dilakukan seperti mengambil benda yang kecil dan mewarnai tanpa keluar garis.

Selain itu, mereka juga bisa menyelesaikan puzzle sederhana. Kemampuan menggambar dan meniru apa yang dibuat oleh orang lain juga sudah bisa mereka melakukan seperti bentuk dasar kotak, lingkaran, segitiga, dan lainnya. Di sini kreatifitas dan imajinasi anak akan semakin terlatih.

Kemampuan Sosial dan Emosional

Anak akan semakin mandiri dan matang saat memasuki usia 4 sampai 5 tahun. Bahkan mereka akan berusaha untuk melakukan beberapa hal sendiri tanpa bantuan orang dewasa. Anda tidak perlu khawatir dalam hal ini karena fase perkembangan ini merupakan hal yang normal dan wajar.

Mereka mulai belajar untuk mengendalikan emosi dalam diri dan belajar menjadi mandiri. Dalam hal ini Anda bisa mengajarkan beberapa hal seperti bagaimana mencuci tangan sendiri, menyikat gigi, menyiapkan sarapan, memakai baju, dan lainnya. Anak-anak sudah mulai paham bagaimana mengerti perasaan orang lain.

Kemampuan Komunikasi dan Bahasa

Di usia 4 – 5 tahun anak-anak semakin lancar berbicara meskipun terkadang tidak jelas namun sudah tidak menggunakan bahasa bayi lagi. Mereka sudah bisa menggunakan kata-kata yang bisa terdengar dengan jelas, bercerita, menyebutkan nama, alamat, dan lain sebagainya.

Bahkan di usia ini anak-anak juga sudah bisa mengungkapkan pendapat mereka terhadap sesuatu. Anda pun bisa mengajak mereka untuk ngobrol atau berdiskusi ringan. Fase usia ini mereka juga akan mulai senang bernyanyi lagu kesukaan. Maka ajarkanlah hal-hal dan kata-kata yang baik.

Mandiri dan Ingin Mencoba Melakukan Banyak Hal

Saat memasuki fase usia 4 – 5 tahun mungkin Anda akan mulai mendengar anak-anak sering berkata “aku bisa sendiri”. Itu artinya mereka sudah mulai muncul inisiatif untuk belajar mandiri tanpa bantuan orang. Seperti hal sepele menggosok gigi sendiri, mengemas tas sendiri, memilih baju sendiri, dan lainnya.

Meskipun terkadang mungkin baju yang mereka pilih gak matching motifnya dan terkadang bisa menguji kesabaran. Namun, Anda tidak harus langsung membantunya dan jangan terburu-buru untuk melakukan koreksi. Karena jika demikian maka anak akan merasa tidak dihargai dan menjadi marah.

Jika mereka mulai marah dan kesal maka hal tersebut bisa menjadikannya malas untuk melakukan hal-hal dasar yang justru ketika dewasa nanti mereka malah tidak bisa mandiri dan bergantung pada orang. Di sini peran orang tua adalah sebagai pendamping anak-anak untuk melakukan apa yang mereka inginkan.ndamping

Cara Mendidik Anak Usia 4 – 5 tahun

Cara mendidik anak harus disesuaikan dengan rentang usianya. Karena setiap fase usia biasanya memiliki perkembangan yang berbeda-beda. Sebagai orangtua tentu menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya agar mereka tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter kuat dan baik.

Mengembangkan Kecerdasan Spiritual

Kecerdasan spiritual sangat dibutuhkan dan diajarkan sejak dini pada anak-anak. Ketika anak sudah memasuki usia 4 – 5 tahun maka perlu mulai diajarkan tentang sang pencipta dan ajaran agama. Sehingga sedari dini mereka memiliki hubungan spiritual yang baik dan akan dibawa hingga dewasa.

Anda bisa mulai mengajarkannya dengan cara membuka wawasan dan pikiran mereka tentang sosok sang pencipta. Masukkan anak-anak lembaga pengajaran seperti kalau dalam agama Islam dikenal dengan TPQ. Di sini anak-anak akan mulai belajar untuk mendalami agamanya dari dasar.

Menumbuhkan Rasa Cinta Kasih Sayang

Emosi anak pada usia 4 sampai 5 tahun sudah mulai terbentuk sehingga penting sekali untuk mulai mengajarkannya bagaimana menyayangi dan mencintai orang lain khususnya keluarga. Lakukan hal-hal sederhana seperti memberikan pelukan hangat dan mengungkapkan rasa sayang secara terbuka.

Mulailah ajarkan kepada anak-anak untuk peduli kepada orang lain, menumbuhkan rasa empati, berbagi, dan lain sebagainya. Dengan demikian kepekaan anak akan mulai terasa sejak dini dan mereka pun akan terbentuk menjadi pribadi yang peduli dengan sesama.

Mengajarkan Anak Untuk Jujur

Jujur adalah karakter utama yang harus dimiliki oleh anak dan perlu ditanamkan sejak dini. Karena sikap jujur ini yang akan membawa bagaimana anak-anak nanti tumbuh ketika remaja maupun dewasa. Anda bisa mulai mengajarkannya untuk dengan mengingatkan agar mereka selalu jujur / mengakui kesalahan.

Di fase usia 4 – 5 tahun terkadang anak-anak masih memiliki sifat malu untuk mengakui kesalahan sehingga Anda harus mengajarinya bahwa jujur itu penting. Dengan pondasi sifat jujur yang dimiliki maka akan ada banyak dampak positif bagi anak-anak. Mereka akan menjadi pribadi yang berlapang dada.

Mengasah Kemampuan Kognitif Anak

Kemampuan kognitif anak bisa dilatih dengan cara-cara sederhana terlebih dahulu seperti belajar membaca sambil bermain. Jangan terlalu memaksakan kehendak anak-anak karena di fase ini mereka sedang senang-senangnya bermain sehingga harus diajari secara perlahan.

Anda bisa mengajarinya secara pelan-pelan dan mencari waktu yang tepat. Beri pemahaman kepada anak-anak bahwa sudah waktunya mereka belajar karena sebentar lagi akan masuk sekolah. Sehingga mereka pun menjadi semangat untuk belajar agar cepat bisa memahami huruf dan angka.

Perkembangan mental anak usia 4 – 5 tahun memang perlu diketahui bagaimana pertumbuhannya apakah sudah sesuai dengan usianya atau belum. Ketika sudah muncul rasa inisiatif dan ingin mandiri dalam diri anak maka tugas orang tua adalah mendampingi dan membimbing perkembangan mereka. 

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.


Parenting

Tak Mau Belajar Akan Membuat Anak Susah, Cobalah Lakukan Ini untuk Mendorongnya Jadi Anak yang Mau Belajar

Orangtua ingin anak yang mau belajar bisa dimiliki dengan menerapkan beberapa strategi. Bukan hal asing lagi jika si kecil sulit sekali disuruh belajar. Ingin anak hanya bermain saja, terkadang membuat orang tua kehilangan kesabaran. 

Hal yang Harus Dilakukan Orangtua untuk Menanamkan Sifat Anak yang Mau Belajar dan Tidak Malas

Anak tidak mau belajar tidak boleh langsung dimarahi. Orang tua memiliki peran penting agar si kecil semangat belajar. Bermain juga tentunya tetap diizinkan, hanya saja harus seimbang. Karena itu, orang tua dapat mempraktikkan beberapa hal berikut. 

1. Hindari Memaksa Anak Karena Hanya Akan Membuatnya Mengacuhkan Perintah Atau Ajakan Orangtua

Cara didik yang efektif adalah tidak memaksa anak dalam hal apapun. Saat ada pemaksaan, si kecil merasa dikendalikan oleh orangtuanya. Karena itu, anak mulai mencoba menarik diri dari proses belajar. Sebaiknya, Ayah dan Bunda memungkinkan anak memiliki kendali atas pengalaman belajar mereka sendiri. 

Orangtua hanya perlu membimbing si kecil agar semangat belajar, bukan memaksa. Berikan kesempatan si kecil mengeluarkan pendapat tentang belajar. Orangtua juga dapat menyodorkan beberapa pilihan untuk anak. 

2. Ajak Si Kecil untuk Membangun Komunikasi dan Mendorongnya Secara Terbuka 

Ajarkan anak agar mau terbuka dengan Bunda tentang pendidikannya. Anak bisa membeberkan pendapatnya. Selanjutnya, berikan respon bahwa Anda sepenuhnya paham keinginan si kecil. Buat suasana nyaman agar si kecil mudah berpendapat dengan rasa aman. 

Usahakan agar si kecil berani mengungkapkan perasaan dan keinginannya. Bahkan jika nanti orangtua tidak setuju, anak tetap saja harus berani. Pahamkan anak bahwa semua yang dipikirkan sangat penting untuk dibagikan kepada orang tua. 

3. Jadilah Orangtua yang Suportif dengan Mendukung Minat dan Bakat Anak 

Anak memiliki minat tertentu yang mungkin saja berbeda denga Bunda. Pembelajaran terasa lebih menyenangkan saat bidang dan mata pelajaran sesuai minatnya. Dorong si kecil agar mau mengeksplor subjek atau topik yang menarik perhatiannya. 

Misalnya anak suka belajar tentang kucing atau kupu-kupu. Ajak anak mencari buku, majalah dan referensi lainnya tentang kucing dan kupu-kupu. Selanjutnya, tantang si kecil agar mampu mengidentifikasi jenis hewan favoritnya. Tanyakan alasan dia memilih jenis hewan tersebut.

4. Kenalkan Ragam Gaya/Model Belajar yang Mungkin Lebih Disukainya dari yang Selama Ini Dilakukan

Setiap anak memiliki gaya belajar yang sesuai. Sebagian suka gaya belajar dominan. Ada juga yang lebih suka  gaya campuran dalam proses pembelajaran. Terdapat tujuh gaya belajar secara umum yaitu visual, verbal, auditori, logis, fisik, sosial dan soliter.

Anak yang menyukai gaya belajar visual mudah memahami pelajaran dengan melihat langsung. Sedangkan anak auditori belajar paling baik dengan cara mendengarkan penjelasan. Penting bagi anak memilih gaya belajar sendiri untuk mendapatkan hasil maksimal.  

5. Ciptakan Pembelajaran Menyenangkan Agar Proses Belajarnya Terasa Lebih Asyik dan Membuatnya Semangat

Orang tua memfasilitasi keperluan untuk meningkatkan semangat anak yang mau belajar. Mulai dari meja, kursi, alat tulis, lampu belajar dan yang lainnya. Ciptakan suasana yang nyaman agar si kecil semangat. Lebih bagus lagi jika orang tua menerapkan pembelajaran berbasis game. 

Belajar sambil bermain cukup menarik minat anak. Karena memang umurnya yang masih kecil, lebih tertarik bermain sepanjang hari. Selain itu, menggunakan game sebagai alat pendidikan tidak hanya bagus untuk kognitif namun juga keterampilan non kognitif. 

6. Bantu Si Kecil Tetap Teratur untuk Menjalani Aktivitasnya 

Bantu dan ajarkan anak teratur mengatur perlengkapan belajar. Mulai dari buku teks, buku tulis, pensil warna, pulpen dan yang lainnya diatur dengan baik guna menambah motivasi anak. Tanpa pengorganisasian yang tepat, anak mudah merasa kewalahan. 

Selanjutnya si kecil seperti ini akan menghabiskan lebih banyak waktu serta tenaga untuk khawatir dan frustasi. Tetap konsisten dan bantu si kecil mengatur perlengkapan sekolahnya. Anak akan merasa terkendali dan lebih termotivasi untuk belajar.

7. Latih Anak Agar Ia Suka Membaca Sedari Dini

Membaca merupakan kegiatan penting dalam proses pembelajaran. Karena itu jika ingin anak suka belajar, orang tua juga harus mengembangkan minat baca anak. Jika sulit membaca, otomatis si kecil sulit belajar.

Membaca memudahkan anak menambah kosakata baru. Otak si kecil juga dapat mempelajari berbagai konsep dan komunikasi formal. Siswa yang membaca dengan baik dapat meningkatkan kemampuan belajar di berbagai mata pelajaran. 

8. Tunjukkan Serunya Aktivitas Eksplor yang Bisa Memberinya Banyak Pelajaran

Eksplorasi merupakan salah satu kegiatan mempelajari berbagai hal di lingkungannya. Semakin banyak yang dipelajari anak, semakin bertambah juga pengetahuannya. Selain itu, memudahkan anak mengetahui mana bidang sesuai dengan bakat dan minatnya. 

Orang tua perlu mengajak si kecil melakukan hal baru. Tunjukkan antusiasme dalam mendampingi anak belajar. Tidak harus mewah, Anda dapat menemani si kecil menikmati berbagai kegiatan berkaitan dengan hobinya. 

9. Dan Evaluasi Proses Belajaranya dengan Menanyakan Tentang Sekolah pada Anak 

Orangtua yang peduli tentang pendidikan anak perlu bertanya tentang sekolahnya. Kalau ditanya tentang nilai, sebagian anak suka kesal, sebal bahkan tidak mau menanggapi orang tua. Oleh karena itu, tanyakanlah tentang kondisi sekolah, hal menarik yang dilakukan bersama teman serta gurunya.

Oang tua perlu melakukan pendekatan atau mendekatkan diri supaya anak nyaman menceritakan hal apa saja. Tidak perlu sungkan menyampaikan bahwa Anda percaya anak lebih baik dari temannya. Bantu dan bimbing dia membuat jadwal belajar. 

10. Dan Jangan Lupa untuk Memberikan Apresiasi atas Pencapaian 

Saat anak berhasil melalui tantangan belajar yang sulit, tidak ada salahnya dirayakan. Misalnya berhasil menjadi juara kelas, menang lomba kaligrafi, lomba menulis yang benar dan lainnya. Penghargaan sekecil apapun pasti sangat disukai anak.Itulah 10 cara yang harus dilakukan orang tua guna memiliki anak yang mau belajar. Tidak perlu sibuk membandingkan satu dengan lainnya. Fokus pada kekuatan dan kelebihan si kecil. Dorong anak terus melakukan hal terbaik untuk meraih prestasi.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.


Parenting

8 Rahasia Orangtua dalam Mendidik Anak Disiplin yang Selalu Jadi Kebanggaan

Mengajarkan anak yang disiplin bukan berarti mengekang. Tetapi, orangtua menerapkan sejumlah peraturan agar hidup si kecil lebih baik setiap harinya. Disiplin diajarkan secara konsisten agar anak mandiri dan bertanggung jawab atas perbuatannya. 

Apapun Cita-citanya Kelak, Penting untuk Selalu Mengajarkan Kedisiplinan pada Anak 

Disiplin banyak sekali keuntungannya dalam hidup. Membentuk pribadi disiplin tidak mudah karena itu harus diajarkan sejak kecil secara pelan-pelan. Pola asuh tanpa menanamkan kedisiplinan membuat anak mengambil keputusan sendiri tanpa arahan orangtua, akhirnya terjadi hal yang tidak diinginkan. 

Oleh karena itu, orang tua sangat dianjurkan memberi pemahaman dan melatih anak agar dapat disiplin. Harus dibiasakan paham pada aturan dengan berbagai konsekuensi yang ada. Selanjutnya, berikan kesempatan pada anak untuk membuat pilihan. 

Kedisiplinan dapat mengurangi risiko bahaya pada anak. Sebab si kecil dibimbing mampu mengontrol diri agar tidak melakukan sesuatu yang negatif bagi diri dan orang lain. Orangtua tetap memperhatikan perasaan anak, tetapi dengan tegas menyampaikan apa yang seharusnya diketahui anak. 

Inilah Rahasia dari Orangtua dalam Menumbuhkan Perilaku Anak yang Disiplin

Anak yang disiplin membuat orangtua tenang melepaskannya untuk bermain, belajar di sekolah dan menikmati aktivitasnya yang lain. Disiplin bukan berarti memforsir anak harus mematuhi semua peraturan. Agar praktiknya lebih mudah, orangtua sebaiknya melakukan beberapa langkah berikut. 

1. Komunikasikan Peraturan yang Akan Orangtua Terapkan di Rumah

Sebelum menetapkan apa saja yang harus dilakukan dan dipatuhi anak, bicarakan dulu peraturan dengan anggota keluarga yang lain. Orangtua dapat berbicara dulu pada anak dan jelaskan aturan di rumah. Seperti merapikan tempat tidur, membuang kemasan bekas camilan di tempat sampah dan merapikan mainan setelah selesai menggunakannya. 

Peraturan tentang jam tidur anak, jadwal bermain dan belajarnya serta hal lain yang diperlukan. Tanyakan apa si kecil keberatan dengan semua peraturan tersebut. Dengarkan pendapat si kecil dengan lembut agar si kecil nyaman dan berani menyampaikan pendapat. 

2. Tegas pada Konsekuensi atau Hukuman Dari Setiap Pelanggaran yang Mungkin Dilakukan Anak

Anak melakukan kesalahan untuk pertama, jangan langsung beri hukuman. Tetapi, ingatkan dan beri nasihat agar ke depannya tidak diulangi. Namun, jika masih melakukan kesalahan silahkan beri hukuman yang ringan saja. 

Meskipun anak sedih, tetap menghukum anak. Memang tidak mudah bagi orang tua karena sayang anak, namun hal ini bagus untuk masa depannya. Kesalahan dan hukuman menjadi pengalaman untuk menjadikan si kecil lebih baik. 

3. Jadi Contoh Teladan yang Bisa Ditiru dan Dijadikan Panutan oleh Anak di Rumah 

Berusahalah menjadi contoh yang baik untuk anak. Sebab dia lebih mudah meniru perilaku dibandingkan menuruti perkataan orang tua. Karena itu, jika ingin anak disiplin, orangtua harus lebih dulu menerapkannya dalam kehidupan.

Misalnya, tidur malam hari sesuai jadwal yang sudah ditentukan. Jika sekali melanggar, jelaskan alasannya pada anak. Tujuannya agar si kecil tidak ikut-ikutan tidur terlambat. Begitu juga pada aktivitas lainnya dilaksanakan sesuai kesepakatan peraturan.

4. Menjadi Pendengar yang Baik untuknya Ketika Anak Ingin Bercerita atau Berdiskusi dengan Orangtua

Jadilah pendengar yang baik bagi anak agar dia merasa disayang dan dihargai oleh orangtua. Tanpa hal ini wajar saja anak tidak mau menuruti perkataan Bunda. Selain orangtua, anak juga memiliki unek-unek yang ingin disampaikan atau diskusi bersama Bunda. 

Maka dari itu, jangan sesekali menyepelekan apa yang ingin dibicarakan anak. Saat anda mau mendengarkan, anak merasa ada tempat berlindung dan bergantung. Bukan berarti menjadikan anak mandiri, anak hanya butuh pembuktian bahwa dia tidak sendiri. 

5. Tetapkan Rutinitas yang Perlu Anak Lakukan dalam Kesehariannya 

Buatlah jadwal kegiatan atau rutinitas untuk dilakukan setiap harinya. Misalnya, harus bangun pagi, gosok gigi dan mandi pagi sebelum melakukan aktivitas lainnya. Ajak si kecil membuat jadwal kegiatannya sendiri untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab. 

Anda sebagai orangtua dapat memberi poin atau bintang saat si kecil berhasil melakukan hal sesuai jadwal tersebut. Gunakan pulpen atau pensil warna untuk menandai kegiatan yang selesai dikerjakan. Cara ini memudahkan anak mengetahui jeda untuk aktivitas berikutnya. 

6. Terus Konsisten untuk Melakukan Hal-hal yang Sudah Ditetapkan Sebagai Aturan dan Didikan  

Konsisten penting sekali diterapkan dalam pembentukan karakter disiplin anak. Orangtua harus konsisten pada peraturan yang sudah dibuat. Sebaiknya ayah dan ibu harus kompak dalam memberikan aturan agar anak tidak bingung. 

Jika si kecil membantah, orang tua harus menahan diri supaya tidak terbawa emosi. Bersikap kasar atau membentak sangat tidak disarankan supaya si kecil tidak berbalik marah dengan orang tua. Selain itu, dalam menerapkan konsisten bukan berarti harus memaksa, tetapi bersikap tegas.

7. Berikan Anak Kesempatan dengan Membiarkan Anak Memilih 

Anak yang masih kecil memiliki banyak sekali hal yang ingin dilakukan. Hal ini didukung oleh rasa ingin tahu si kecil sangat besar untuk mengeksplorasi lingkungannya. Orangtua boleh saja membiarkannya asalkan hal penting sudah diselesaikan.

Misalnya, si kecil boleh bermain di luar rumah setelah merapikan mainan di rumah yang selesai digunakan. Jika anak sudah bersekolah, maka berikan kesempatan padanya melakukan keinginannya setelah pulang sekolah dan meletakkan seragam di gantungan pakaian. 

8. Dan Jangan Lupa untuk Selalu Memberi Anak Apresiasi Atas Hal-hal yang Sudah Berhasil Dilakukannya dengan Baik

Ucapkan kata-kata apresiasi saat si kecil berhasil melakukan tugas atau pekerjaannya dengan baik. Orangtua dapat memberikan pujian atau ucapan Terima Kasih. Tujuannya untuk meningkatkan semangatnya agar hari berikutnya tetap disiplin. 

Bunda juga dapat memberikan kejutan kepada anak dalam bentuk hadiah. Tidak harus mahal, asalkan anak memahami konsep disiplin dengan baik. Mendapat hadiah membuat si kecil tahu bahwa yang dilakukan selama ini bukan hal sia-sia. Itulah 8 hal yang harus dilakukan orang tua agar memiliki anak yang disiplin. Kedisiplinan diajarkan sejak kecil agar lebih mudah diterapkan saat dewasa. Mendidik anak kecil lebih mudah karena lebih mudah baginya menuruti perkataan orangtua.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Most Share

To Top