Memiliki anak adalah anugerah terindah. Apa yang ada dalam diri buah hati, patut dijaga dan dilindungi. Termasuk juga urusan perasaannya. Sekalipun mendidik buah hati bukanlah hal yang mudah dan tak bisa dianggap remeh, bukan berarti Bunda tak bisa melakukannya, bukan?
Setiap orangtua membutuhkan tenaga dan kesabaran ekstra saat mendidik anaknya. Apalagi kadang anak-anak melakukan tindakan yang tak sesuai keinginan orangtua yang memicu kemarahan orangtua. Bila orangtua sudah marah, seringkali yang terjadi adalah orangtua melukai anaknya, entah lewat lisan maupun tindakan.
Tindakan semacam ini tak bisa dibenarkan tentunya. Bun, saat marah atau jengkel pada anak, ada banyak kasus dimana akhirnya orangtua mengucapkan kalimat terlarang yang seharusnya dihindari. Kenapa disebut kalimat terlarang, sebab kalimat ini pantang diucapkan karena bisa diserap sebagai informasi oleh anak.
Apa saja? Ini dia Bun.
“Jangan menangis, Jangan jadi nak yang cengeng.”
Bun, memangnya salah jika si kecil menangis? Bunda perlu ingat lagi jika menangis adalah cara ampuh yang biasa dilakukan oleh anak untuk menyalurkan emosi dan perasaannya entah itu saat takut, cemas ataupun sedih. Sementara, mengucapkan kalimat, “Jangan menangis” dan kalimat serupa lainnya akan membuat anak berpikir bahwa menangis adalah hal yang tidak wajar dan tidak pantas dilakukan.
Sebaliknya, justru lebih baik kalau Bunda meminta si kecil untuk menjelaskan emosi yang dirasakannya. Coba tanyakan, “Bagaimana perasaan kamu saat ini, Nak?” Dengan begitu, secara tidak langsung Bunda telah mengajarkan sikap simpati dan empati. Anak juga jadi bisa jujur tentang perasaanya pada dirinya sendiri.
“Bukan begitu caranya. Sini, biar mama yang kerjakan.”
Kalimat ini seringkali terucap saat Bunda melihat kinerja si kecil tak sesuai harapan atau keinginan Bunda. Misalnya, saat menyuruh untuk melipat sebuah kertas, tetapi hasilnya tidak sesuai dengan harapan, kalimat terlarang orangtua ini terkadang akan terucap.
Tanpa disadari, kalimat tersebut sejatinya malah menghambat perkembangan si kecil untuk lebih aktif lho Bun. Sederhananya, anak akan merasa takut salah dan minder saat melakukan suatu pekerjaan.
Karenanya, alangkah baiknya kalau Bunda dan buah hati sama-sama melakukan pekerjaan sembari Bunda menjelaskan cara melakukannya dengan benar. Mengerjakan bersama-sama justru bisa membantu anak untuk semakin mengerti dan bisa tumbuh dengan rasa percaya diri yang tinggi.
“Kamu nakal, selalu bikin malu Mama”
Bun, si kecil akan mudah menyerap kata-kata yang diucapkan orangtua dan lingkungannya. Bila orangtua sering berucap atau mengatakan kalau dia nakal dan selalu bikin malu, lambat laun ada kecenderungan si kecil akan jadi anak yang tak percaya diri dan berpikir kalau dirinya seperti yang diucapkan orangtuanya. Untuk itu, ubahlah kata-kata negatif tersebut menjadi kalimat yang memberikan energi positif.
Misalnya, “Jika kamu rajin belajar kamu akan mengerti banyak hal, kamu kan anak yang pintar.” Bunda juga bisamemotivasi jadi anak yang pintar. Dengan begitu, anak akan merasa lebih semangat dan termotivasi
“Mama lagi sibuk. Jangan ganggu dulu ya”
Saat mengatakan hal ini, si kecil pasti akan merasakan jika kehadiran mereka tidak berarti buat kamu. Anak juga bisa merasa terbuang dan seperti dianggap tidak diinginkan. Ini sangat bahaya untuk perkembangan mental anak.
Kadang orangtua mengalihkan perhatian anak dengan memberikan game online atau memberikan smartphone agar anak-anak sibuk sendiri. Untuk itu, langkah terbaik yang bisa Bunda lakukan adalah mengalihkan perhatian mereka dengan kegiatan positif.
Setelah waktu Bunda senggang, hampirilah dan bantulah si kecil dengan melakukan kegiatan positif seperti menggambar, berkebun, atau menari mengikuti koreo di YouTube ya Bun.
“Dulu kakak bisa melakukannya, kenapa kamu tak bisa?”
Jangan pernah sekalipun membandingkan buah hati ya Bun. Ini karena membandingkan anak dengan si Kakak atau dengan teman sebayanya akan berdampak buruk untuk masa depannya. Anak akan tumbuh dengan rasa minder dan rendah diri. Selain itu, saat dewasa anak juga akan mencoba berperilaku seperti orang lain.
Biarkanlah lebih baik jika si Anak tumbuh sebagai dirinya sendiri. Untuk itu, hargailah apa yang dilakukan buah hati dibanding membuatnya merasa upayanya sia-sia karena orangtuanya membanding-bandingkan dirinya.
