Pastinya setiap orang tua ingin mempunyai anak yang bisa tumbuh dan berkembang dengan baik. Inilah Kenapa penting untuk mengetahui contoh perencanaan stimulasi anak 0-2 tahun. Dengan kata lain, sebagao orang tua kita perlu mempersiapkannya sedari dini. Memberikan kebutuhan anak dengan semaksimal mungkin dan terus memperhatikan tiap tahap perkembangannya. Dengan begitu kita tahu apa yang masih dibutuhkan dan apa yang perlu dimaksimalkan. Untuk itu, sebelum mencari tahu apa saja stimulasi yang bisa dilakukan pada anak 0-2 tahun, kita perlu memahami apa itu stimulasi.
Sekilas Mengenai Stimulasi Anak 0-2 Tahun?
Stimulasi anak usia 0-2 tahun untuk merangsang Inderanya bisa dilakukan dengan cara mengajaknya bermain dan belajar. Bermain dengan anak di usia tersebut sangatlah berguna untuk meningkatkan atau merangsang indera penglihatan, sentuhan, suara rasa dan penciuman.
Stimulasi yang dilakukan pada usia 2 tahun pertama anak sangatlah bermanfaat untuk mencegah terjadinya perubahan pada jalur saraf dan struktur otak yang bisa saja terjadi karena stres. Sedangkan stimulasi berupa permainan sangat berguna untuk meningkatkan kecerdasan dan pemikiran.
Selain itu, stimulasi pada anak usia 0-2 tahun untuk meningkatkan kemampuan dalam mengingat, rasa ingin tahu, perkembangan sistem saraf dan rentang perhatian. Di usia ini anak juga sudah mulai mempunyai koordinasi otot yang lebih baik.
Mengapa Stimulasi Anak Usia 0-2 Tahun Itu Pentingnya?
Seperti yang telah disimpan sebelumnya jika stimulasi yang diberikan kepada anak usia 0-2 tahun memang sangat diperlukan. Apalagi sejak lahir bayi sudah siap belajar dan meresap apapun yang diajarkan oleh orang-orang disekitarnya.
Inilah kenapa jika ingin memastikan pertumbuhan dan perkembangan anak menjadi lebih baik, pastikan jika menempatkan anak di lingkungan yang dapat merangsang kemampuan tersebut. Maksudnya, sebagai orang tua harus menerapkan stimulasi yang tepat.
Perlu diketahui jika di tahun-tahun awal usia ini, anak mempunyai otak yang dapat tumbuh dengan cepat. Tentunya dengan memberikan stimulasi sangat bermanfaat untuk melibatkan mental anak dan membantu mengembangkan Indera yang dimilikinya.
Lalu Bagaimana Contoh Perencanaan Stimulasi Anak 0-2 Tahun yang Tepat?
Perencanaan stimulasi anak usia 0-2 tahun memang harus dilakukan. Tujuannya agar nantinya dalam mengembangkan kemampuan anak bisa lebih terstruktur. Selengkapnya Berikut ini beberapa contoh perencanaan stimulasi anak mulai usia 0 sampai 2 tahun yang harus diterapkan orang tua.
1. Perencanaan Stimulasi 0-3 Bulan
Perlu diketahui jika anak di usia ini sudah mulai menunjukkan kemampuan yang dimiliki seperti telentang, tengkurap, bersuara, melihat sekitarnya, tertawa, menggerakkan kepala dan lainnya. Sedangkan untuk perencanaan yang bisa di buat dalam skema hasil anak usia 0-3 tahun, seperti berikut ini:
- Membiasakan mengayun, memeluk, menimang dan mencium bayi.
- Menggendong bayi dengan cara menghadapkannya ke arah depan.
- Mencoba menggulingkan bayi ke arah kiri dan kanan.
- Memangku anak dan mengajaknya berbicara.
2. Perencanaan Stimulasi Usia 3-6 Bulan
Di usia 3-6 bulan, anak sudah mempunyai kemampuan untuk melakukan koordinasi dengan panca indera. Dengan kemampuan tersebut, anak di usia ini sudah mulai bisa mengenali orang-orang dan benda-benda di sekitarnya. Perencanaan stimulasi yang bisa dilakukan seperti berikut.
- Membiasakan anak untuk mendengarkan musik atau suara lainnya.
- Menimang anak dengan bersenandung.
- Melatih fokus pandangannya untuk mengayunkan benda.
- Memberikan benda agar anak bisa meraihnya.
- Melihatkan wajah anak ke cermin.
3. Perencanaan Stimulasi 6-9 Bulan
Anak di usia 6-9 bulan sudah mulai memperlihatkan perkembangan fisik yang dimilikinya seperti merambat, berjalan dan berdiri. Bahkan, anak juga sudah mulai bisa merespon saat dipanggil. Sedangkan contoh perencanaan stimulasi anak 0-2 tahun, berikut penjelasannya:
- Membacakan dongeng untuk meningkatkan kemampuan berimajinasi anak.
- Mengajak anak bertepuk tangan dengan mendengarkan musik.
- Memberikan mainan agar anak menggenggamnya.
- Menunjukkan buku yang berisi gambar-gambar dan memberi tahu namanya.
4. Perencanaan Stimulasi 9-12 Bulan
Anak usia 9-12 bulan akan mulai bisa berdiri sendiri tanpa berpegangan, menunjuk barang yang diinginkan, memasukkan mainan ke dalam wadah, minum sendiri dan lainnya. Sedangkan contoh perencanaan stimulasi di usia ini, bisa dilakukan dengan beberapa cara seperti berikut.
- Membiasakan anak untuk minum sendiri, jadi pastikan memberikan gelas plastik.
- Mencoba untuk memanggil namanya dan tunjukkan dengan lambaian tangan.
- Mengajaknya bermain dengan posisi duduk atau berdiri.
- Membiasakan anak agar bisa makan sendiri menggunakan sendok.
- Membiasakan anak agar bisa berjalan dengan meletakkannya di dekat meja maupun kursi.
5. Perencanaan Stimulasi 12-18 Tahun
Anak di usia 12-18 tahun bisa berjalan sendiri tanpa dibantu orang, bisa membuka lembaran buku, meremas kertas, mengatakan 1 kata, mencoret-coret kertas dan lainnya. Sedangkan perencanaan untuk menstimulasinya bisa dilakukan dengan berbagai cara berikut ini.
- Mengajak anak berbicara dengan kata maupun kalimat yang jelas.
- Memberikan media seperti kertas agar anak dapat meremasnya.
- Mengajari anak menggunakan alas kaki dan berjalan.
- Melatih anak untuk naik dan turun tangga dan wajib didampingi.
- Mengajak anak bertepuk tangan dengan mendengarkan musik.
6. Perencanaan Stimulasi 18-24 Tahun
Pada usia ini anak sudah mulai bisa mengenal suara-suara orang, mendorong atau menarik benda, bisa mengatakan dua kata sesuai keinginannya, menggerakkan tubuh sesuai irama dan melompat kecil. Contoh perencanaan stimulasi anak di usia ini, bisa dilakukan dengan beberapa cara ini.
- Memberikan anak pilihan mengenai kegiatan yang akan dilakukannya selama tidak membahayakan.
- Mengajak anak berbicara untuk melatih kemampuan berkomunikasi.
- Mengajarkan anak untuk mengenali permukaan barang halus maupun kasar.
- Ajarkan mengenai bagian-bagian tubuh dan minta untuk menyebutkannya kembali.
Kurang lebih itulah penjelasan mengenai beberapa contoh perencanaan stimulasi anak 0-2 tahun. Jadi, dari penjelasan ini bisa diambil kesimpulan jika perkembangan anak tidak terlepas dari stimulasi yang diberikan. Inilah kenapa membuat perencanaan stimulasi anak sangat diperlukan.
