Tembok rumah baru saja dicat, eh tapi nggak lama kok sudah dihiasi coretan si kecil. Duh, jadi kumuh lagi deh temboknya. Di satu sisi tidak ingin menghalangi kreativitas anak dalam menggambar. Namun, di sisi lain juga nggak ingin tembok di rumah kotor semua. Gimana ya caranya?
Psikolog anak dan remaja dari Klinik Kancil, Ratih Zulhaqqi, punya saran nih buat Bunda yang anaknya gemar mencoreti tembok. Ratih bilang secara teori anak perlu media belajar yang sifatnya bidang datar. Itu makanya anak-anak suka sekali mencoreti dinding tembok, padahal sudah punya banyak buku gambar.
Anak perlu tahu bahwa tembok bukanlah tempat untuk corat coret. Jika kita sudah menetapkan aturan ini, maka penerapannya harus konsisten ya, Bun. Jangan sampai hari ini nggak boleh mencoreti tembok, tapi di hari lain si kecil dibiarkan melakukannya. Sekali kita inkonsisten, maka anak akan berkesimpulan sebenarnya dia boleh mencoreti tembok.
“Kita bisa memfasilitasi anak dengan papan tulis. Bisa juga membolehkan anak mencorat-coret lantai carport dengan kapur karena memang bisa dibersihkan,” saran Ratih dalam Instagram Live bersama Sayangi Anak beberapa waktu lalu.
Bisa juga nih, Bun, dengan mengajak anak hand painting di dinding kamar mandi. Wah, anak pasti bakal senang sekali karena hasrat mencoreti dinding terpenuhi. Kita cuma perlu menyiapkan cat air atau washable paint, lalu membiarkan anak mencoreti dinding kamar mandi. Setelah selesai beraktivitas langsung guyur semua catnya. Anak senang, bundanya pun tenang.
“Kita selalu kasih tahu anak bahwa aktivitas ini hanya boleh di kamar mandi karena catnya bisa disiram,” ucap Ratih.
Soal coret mencoret, sejak usia 2-3 tahun anak sudah bisa lho diajari journaling. Kita bisa tawarkan ke anak media apa yang akan digunakan untuk journaling. Bisa di buku, papan tulis, atau di kardus bekas. Dengan begitu anak akan merasa bahwa banyak media keren untuk menggambar.
“Anak corat coret tembok bisa jadi karena anak suka banget menggambar, lalu bosan dengan menggambar di tempat yang sama terus, atau dia ingin ibunya ikut menggambar bareng,” lanjut Ratih.
Hm, sebagai orang tua kita memang harus kreatif ya, Bunda. Kreativitas kita akan membuat anak merasa seru dalam beraktivitas.
Tentang Anak yang Suka Main Air Dispenser

Selain tembok yang dicorat coret, hal lain yang bikin kening orang tua berkerut adalah saat anak gemar main air di dispenser. Sering kali dispenser yang digunakan untuk bermain adalah yang ada di rumah orang lain atau di tempat umum.
Ratih menuturkan jika anak gemar mengambil air di dispenser lalu dituang ke gelas-gelas yang ada, besar kemungkinan kebutuhan motorik halusnya belum terpenuhi. Mungkin di rumah kurang paparan sensori taktil dan motorik halus.
“Mungkin juga di rumah anak tidak boleh mengambil minum sendiri, padahal kalau diberi kesempatan, mereka akan punya keterampilan hidup. Sesimpel ambil minum sendiri, ambil piring sendiri. Ketika bisa melakukan sendiri, mereka merasa keren banget,” papar Ratih.
Meski dibolehkan mengambil minum sendiri dari dispenser, kita juga tetap perlu memberi arahan pada si kecil, Bun. Misalnya dengan memberi tahu anak bahwa di dispenser ada bagian untuk air panas yang bisa membahayakannya jika tidak hati-hati. Untuk itu, saat akan mengakses air panas dari dispenser, anak perlu minta tolong pada orang dewasa.
“Kita sering merasa anak mainin dispenser. Padahal mungkin dia bukannya lagi mainin dispenser, tapi mau ambil minum,” kata Ratih.
Memahami perilaku anak memang penting banget dilakukan oleh orang tua. Dengan begitu, kita tidak reaktif saat melihat perilaku anak yang tidak sesuai. Semangat selalu dalam membersamai si kecil ya, Bun.
