Pandemi Covid-19 di Indonesia belum juga berakhir. Artinya kita nggak boleh kendor dalam menjaga kesehatan keluarga nih, Bunda. Khusus untuk anak, sejumlah cara perlu kita lakukan agar mereka tetap sehat.
Di akhir Maret 2021 ini, kasus aktif Covid-19 masih di angka 150-an ribu. Sementara itu positivity rate masih di atas 10 persen. Padahal standar Badan Kesehatan Dunia, positivity rate adalah 5 persen.
Jika sudah telanjur sakit, maka 3T harus dilakukan. Upaya 3T yakni melakukan tes COVID-19 (testing), pelacakan kontak erat (tracing), dan perawatan pasien (treatment). Namun, apabila belum terken, maka 3M perlu dilakukan. 3M yakni memakai masker, mencuci tangan, serta menjaga jarak dan menghindari kerumunan.
3 Cara Agar Anak Tetap Sehat Saat Pandemi

Protokol kesehatan 3M wajib dijalankan untuk proteksi diri dari virus Corona. Selain itu, berikut ini beberapa cara yang bisa menjadi ikhtiar agar anak tetap sehat di tengah pandemi Covid-19.
1. Pilih Menu Seimbang Kaya Nutrisi
Makan apa si kecil hari ini? Saat makan, pastikan ya, Bunda, anak mengasup menu seimbang. Dalam satu piring menu seimbang terdapat karbohidrat, sayur, dan lauk sebagai proteinnya. Nah, menu seimbang ini harus diberikan tiga kali sehari.
“Asupan nutrisi, jumlah, dan frekuensi harus diperhatikan untuk menjamin zat gizi masuk ke tubuh,” pesan dr. Daeng M Faqih, S.H, M.H. yang merupakan Ketua Umum PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dalam konferensi pers bertajuk “Peduli Gizi Anak di Masa Pandemi” sekaligus peluncuran Morinaga Chil*Go! Original, Kamis (25/3/2021).

Nutrisi yang diasup anak hendaknya memenuhi makronutrien dan mikronutrien. Makronutrien adalah nutrisi yang memberikan asupan kalori atau energi bagi tubuh seperti karbohidrat, protein, dan lemak.
Sementara itu, mikronutrien adalah zat yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit, akan tetapi memiliki fungsi strategis. Contoh mikronutrien yakni vitamin dan mineral seperti selenium, asam folat, dan zat besi.
2. Pastikan Nutrisi Diserap Tubuh dengan Baik
Ternyata sepiring makanan kaya nutrisi saja tidak cukup lho, Bunda. Kita harus memastikan semua nutrisi itu terserap maksimal oleh tubuh si kecil. Apabila tidak terserap dengan baik, maka nutrisi-nutrisi itu hanya akan dibuang saat anak buang air besar. Duh, sayang sekali ya.
dr. Daeng lantas menekankan pentingnya keseimbangan mikroorganisme di usus. Fungsi keseimbangan mikroorganisme ini adalah agar penyerapan gizi tidak terganggu.
“Untuk keseimbangan normal flora di usus, maka perlu probiotik dan serat untuk membantu penyerapan nutrisi sehingga kesehatan fisik akan terjaga,” lanjut dr. Daeng.
Bicara serat, sebenarnya ada berbagai macam. Salah satunya adalah serat pangan inulin. Di kesempatan yang sama, dr. Muliaman Mansyur, Head of Medical, KALBE Nutritionals menuturkan serat pangan inulin merupakan bagian karbohidrat rantai panjang. Inulin merupakan makanan untuk bakteri baik, sehingga mendukung keseimbangan mikroflora di usus.

“Inulin membantu penyerapan kalsium, lakosa, juga mengikat lemak jahat lalu dibuang bersama feses. Para ahli juga yakin inulin bisa meningkatkan respons imun,” terang dr. Muliaman.
Serat inulin antara lain bisa didapatkan dari bawang dan pisang. Namun, saat ini ada pula susu untuk anak yang telah dilengkapi serat inulin. Susu pertumbuhan bisa diberikan apabila asupan nutrisi anak dirasa kurang, atau jika anak sangat aktif dalam beraktivitas.
3. Bergerak di Ruang Terbuka
Pandemi Covid-19 bukan alasan untuk tidak mengajak anak aktif bergerak di luar ruangan lho, Bunda. Tidak melulu harus ke tempat-tempat olahraga, di halaman rumah saja sudah cukup. Bila memungkinkan anak bisa diajak jalan-jalan sambil berolahraga di sekitar rumah dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan.
“Di era Covid, anak kita banyak hanya tinggal di rumah, kurang ruang gerak . Para orang tua bisa mengajak anak ke luar rumah atau alam terbuka yang tidak ada gerombolan atau kerumunanan. Dengan mengajak anak bergerak di ruang terbuka bisa turut membantu perkembangan mental anak juga,” papar dr. Daeng.
Tanda Pencernaan Anak Tidak Sehat

Kesehatan secara umum ditentukan oleh pencernaan yang sehat. Tidak heran pencernaan manusia disebut sebagai otak kedua. Bayangkan, Bunda, pencernaan kita sangat besar, di mana panjangnya bisa sampai 7-8 meter. Di saluran cerna juga banyak saraf, jumlahnya bisa mencapai 10 ribu. Luar biasa!
“Saluran cerna ini menentukan kesehatan seorang anak. Saat makan, makanan dan minuman masuk ke saluran cerna, jika saluran cerna tidak baik maka penyerapan nutrisi tidak baik. Nutrisi tidak akan sampai ke otak,” tutur dr. Muliaman.
Lantas bagaimana tanda saluran pencernaan anak tidak sehat? Bunda bisa melakukan pengamatan sendiri, lho. Berikut ini beberapa tanda yang disampaikan dr. Muliaman.
- Tidak buang air besar (BAB) lebih dari tiga hari.
- BAB keras atau diare.
- Berat badan anak tidak bertambah meski sudah makan dengan baik, sehingga juga terjadi malnutrisi.
Masa anak-anak adalah masa penting tumbuh kembang, sehingga pondasinya harus terbangun dengan kuat. Selain mendapatkan nutrisi cukup dan dicerna dengan baik, sumber makanan juga perlu dijaga agar tidak terkontaminasi kuman penyakit.
“Sumber makanan perlu dijaga agar tidak terkontaminasi sehingga anak tidak diare. Selanjutnya stimulasi saluran cerna untuk menjaga daya tahan tubuh, misalnya dengan memberikan mikronutrien berupa vitamin A, C, D, E, zinc, serta probiotik dan prebiotik,” papar dr. Muliaman.
Snack untuk Anak

Siapa yang anaknya suka ngemil? Kebiasaan ngemil ini membuat kita menyimpan aneka makanan di kulkas ya, Bunda.
Kata dr. Daeng dan dr. Muliaman, makan snack di antara waktu makan boleh-boleh saja. Ngemil menjadi “terlarang” apabila dilakukan untuk menggantikan makanan utama.
Yuk, coba buka kulkas dan tudung saji, lalu periksa makanan apa yang kita siapkan sebagai snack bagi si kecil. Meskipun snack, namun zat gizi harus tetap diutamakan. Jangan sampai anak terdorong makanan cepat saji dengan nutrisi minim atau makanan dengan kandungan gula berlebih.
“Di masa pandemi ini pemenuhan kebutuhan harian penting. 1.200 – 1.500 kalori dalam sehari. Kalau masih ASI lanjutkan ASI. Untuk anak yang lebih besar ada snacking, makanan ringan di antara jam makan. Ayah dan Bunda bisa beri snack berupa susu,” imbuh dr. Muliaman.

Di acara yang sama, Gregorius Daru Smaragiri, Business Unit Head Morinaga Chil*Go! KALBE Nutritionals, mengatakan susu cair steril bisa dikreasikan dengan makanan lainnya. Misalnya diolah menjadi makanan ala Jepang atau Korea. Dengan begitu sesi snacking bisa lebih seru, dan gizinya tetap terjaga.
Selesai snacking, anak pun bisa diajak berkreasi menggunakan bahan bekas. Misalnya dengan memanfaatkan botol plastik bekas susu cair. “Anak bisa lebih kreatif. Untuk diketahui, kemasan Chil*Go! cair juga ramah lingkungan karena didesain bisa cepat didaur ulang,” jelas pria yang akrab disapa Daru ini.
Itulah beberapa cara yang bisa diikhtiarkan untuk menjaga kesehatan anak di masa pandemi Covid-19. Semoga bisa menambah amunisi keluarga Bunda untuk membentengi diri dari penyakit.
