Kesehatan

Bunda, Jaga Kulit Lembut Bayi Agar Tak Kering Dengan Perlindungan Menyeluruh

Tahukah Bunda jika tubuh bayi dibekali kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada di sekitarnya? Termasuk juga dengan kulitnya. Jika kita perhatikan, kulit bayi tidak sama dengan orang dewasa. Ketebalan kulit bayi hanya 2/3 ketebalan kulit orang dewasa. Selain itu, kulit bayi pun 5 kali lebih cepat kehilangan kelembaban alaminya. Dengan produksi minyak pelembab alami yang lebih sedikit membuat kulit bayi jadi lebih mudah iritasi.

Sebenarnya Ada Beberapa Penyebab Kulit Bayi Menjadi Kering

Ada beberapa faktor yang membuat kulit bayi menjadi kering yang harus Bunda ketahui. Antara lain cuaca dingin dan juga udara yang kering, pemanas ataupun pendingin ruangan yang dioperasikan secara berlebihan, akibat terpapar sinar matahari yang menyengat, terkena air laut, atau klorin yang ada di dalam air kolam renang.

Agar Kulit Bayi Tak Jadi Kering, Bunda Perlu Memberikan Perhatian Khusus Pada Saat Dia Mandi

Ketika bayi mandi maka kulit akan kehilangan minyak alaminya. Hal ini akibat dari kotoran yang menempel pada kulit tersapu oleh sabun dan air. Kondisi tersebut dapat membuat kulit bayi menjadi kering.

Agar kulit bayi tak jadi kering, sebaiknya Bunda membatasi waktu mandinya tidak lebih dari 10 menit, gunakan air suam-suam kuku atau hangat untuk mandi, pilihlah sabun mandi yang lembut, tanpa pewangi, dan sudah teruji hipoalergenik. Sebisa mungkin jangan biarkan bayi berendam dalam air sabun, keringkan kulit bayi dengan menepuk-nepuk handuk secara perlahan pada badan bayi, dan pilihkan pakaian yang sesuai dengan kondisi cuaca saat itu.

Menggunakan Pelembab Kulit Juga Akan Membuat Kulit Bayi Tetap Lembut

Bukan hanya orang dewasa, bayi juga membutuhkan pelembab kulit agar kulitnya tidak kering. Hal ini untuk menjaga agar kelembaban kulit bayi tidak hilang. Produk ini paling baik dipakai 3 menit sebelum mandi. Meski begitu, Bunda juga harus tetap jeli dalam memilih pelembab kulit yang cocok untuk buah hati ya Bun!

Berikan Perlindungan Saat Si Kecil Bermain Air Di Kolam Renang Bun

Perlu Bunda tahu bahwa setelah bayi bermain air di kolam renang, kulitnya akan kering. Hal ini disebabkan oleh kandungan klorin dan garam yang berada di dalam air tersebut. Untuk itu, memandikan bayi setelah berenang tetap harus Bunda lakukan. Agar efektif, gunakan air dan sabun agar klorin hilang dari kulitnya.

Agar Kulitnya Tak Iritasi, Bunda Juga Harus Mencukupi Kebutuhan Cairan Si Kecil

Selain perlindungan secara eksternal, Bunda juga perlu melakukan perlindungan dari dalam. Mencukupi kebutuhan cairan bayi adalah langkah yang bagus untuk mengatasi kulit bayi yang kering. ASI, susu formula, sayur-sayuran, buah-buahan, dan air putih dapat Bunda berikan pada si kecil untuk mencukupi kebutuhan cairannya.

Sesuaikan Bahan Pakaian Yang Digunakan Si Kecil Dengan Kondisi Udara Ya Bun!

Indonesia merupakan negara yang memiliki iklim tropis. Sebagai negara yang beriklim tropis tentunya memiliki kondisi udara yang bervariasi. Untuk mengatasi hal ini, lindungi si kecil dari perubahan cuaca.

Saat dingin, lindungi bayi dengan pakaian yang tebal dan hangat. Sebaliknya, saat udara terasa panas, berikan dia pakaian yang tidak membuat badannya kian gerah. Perhatikan juga bahan pakaian yang digunakan. Sebaiknya gunakan pakaian yang dapat menyerap keringat.

Selain itu, Bunda perlu memperhatikan pendingin ruangan yang digunakan. Sebaiknya beri jeda beberapa saat pada bayi agar tidak terus menerus berada di dalam ruangan ber-AC. Atau Bunda juga bisa menggunakan air humidifier agar kelembaban udara di ruangan tetap terjaga.

Bunda juga bisa mengurangi penggunaan bahan-bahan pakaian yang membuat rasa gatal dan tidak nyaman, seperti bahan wol dan sebagainya. Selain itu, penggunaan detergen yang komposisinya terlalu keras juga akan berpengaruh pada kulit bayi.

 

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.


Parenting

Mencari Tahu Apa Saja Penyebab Masalah Perkembangan Bayi dan Cara Mengatasinya

Mempunyai bayi dengan perkembangan yang optimal pasti impian setiap orang tua. Namun, terkadang bisa saja masalah perkembangan bayi terjadi dan membuat orang tua khawatir. Sebenarnya setiap adanya permasalahan pasti ada penyebabnya, sehingga harus bisa mengetahuinya. Tak terkecuali permasalahan yang dialami bayi. Karena tumbuh kembang tiap anak berbeda, maka orangtua juga perlu memahami apa saja permasalahan yang mungkin sedang dialami anaknya.

Berikut ini beberapa gangguan perkembangan bayi yang mungkin terjadi beserta dan bagaimana cara menanganinya. 

1. Ketika Bayi Terlambat Berjalan

Pada umumnya bayi berusia 8 bulan sudah mulai belajar berjalan. Jadi, jika di usia tersebut atau lebih belum bisa berjalan, mungkin terjadi masalah pada perkembangannya. Apalagi jika seiring bertambahnya usia dan tetap tidak menunjukkan kemampuan berjalan, wajib diwaspadai.

Namun, jika menjumpai bayi dengan masalah seperti ini, tidak perlu khawatir berlebihan karena ada beberapa cara untuk menanganinya. beberapa cara yang bisa dilakukan seperti memberikan stimulasi otot daging yang, mengajak anak sering bergerak dan membawanya ke tempat terapi. 

2. Saat si Kecil Terlambat Berbicara

Masalah perkembangan yang umum terjadi pada bayi yaitu terlambat berbicara. Masalah seperti ini bisa disebabkan karena beberapa faktor seperti orang tua yang tidak memberikan dorongan maupun stimulasi dan minimnya komunikasi dengan orang-orang disekitarnya.

Cara menangani masalah perkembangan yang seperti ini bisa dilakukan dengan melakukan stimulasi anak secara terus-menerus. Selain itu, bisa juga melakukan rangsangan dengan cara mengajaknya berbicara. Jika memungkinkan, mengajaknya ke tempat terapi.

3. Cerebral Palsy

Perlu diketahui jika cerebral palsy merupakan masalah perkembangan yang sudah terjadi saat bayi berada di dalam kandungan. Masalah ini ini dapat menyebabkan bayi lahir dalam keadaan cacat, pertumbuhan semakin melambat dan sistem motorik yang tidak normal.

Cara menangani masalah yang seperti ini bisa dilakukan dengan agar anak bisa tumbuh Mandiri dengan cara memperkenalkannya dengan berbagai kegiatan. Selain itu, bisa juga melatih dengan menggunakan alat agar kemampuan fisik anak dapat berkembang. 

4. Jika Anak Mengalami Autisme

Autisme merupakan masalah tumbuh kembang anak yang bisa terjadi karena beberapa faktor. Pada umumnya masalah perkembangan ini bisa ditandai dengan sulitnya kemampuan berinteraksi maupun berbicara, emosional yang berlebihan dan tidak dapat memahami situasi. 

Mempunyai bayi dengan masalah perkembangan seperti ini bisa diatasi dengan membawanya ke dokter khusus. Nantinya dokter akan memberikan penanganan yang tepat agar masalah tersebut bisa berkurang dan kemampuan berkomunikasi maupun berbicara bisa berkembang..

5. Sindrom Down

Sindrom Down merupakan masalah perkembangan bayi yang menunjukkan adanya keterlambatan tumbuh kembang. Perlu diketahui jika masalah seperti ini terjadi saat bayi di kandungan. Bahkan, masalah ini juga bisa menyebabkan bayi lahir dalam keadaan cacat fisik.

Sebenarnya masalah ini tidak ada upaya yang bisa dilakukan untuk menanganinya. Namun, sebagai orang tua bisa membawanya ke tempat terapi agar anak mempunyai keterampilan khusus. Selain itu, penting juga untuk melakukan pemeriksaan secara rutin dengan tujuan kesehatan tetap terjaga.

6. Gangguan Perawakan Pendek

Masalah lain dalam perkembangan bayi yaitu gangguan perawakan pendek. Sesuai dengan namanya, gangguan ini ditunjukkan dengan bayi yang mempunyai tubuh lebih pendek dibandingkan anak seusianya. Penyebabnya bisa karena keturunan maupun kekurangan gizi.

Sebenarnya tidak ada cara khusus untuk menangani gangguan masalah yang satu ini. Namun, sebagai orang tua tetap harus memberikan terapi sejak dini. Selain itu, penting juga untuk memastikan agar kebutuhan gizi bayi tetap tercukupi.

Lalu Apa Saja Penyebab Gangguan Tumbuh Kembang Anak

Setelah mengetahui apa saja permasalahan pada perkembangan bayi, penting juga untuk mengetahui apa penyebabnya. Selengkapnya berikut ini penjelasan mengenai penyebab terjadinya masalah pada perkembangan bayi.

Dipengaruhi Oleh Faktor Keturunan

Bukan menjadi hal yang asing lagi jika faktor keturunan menjadi salah satu penyebab terjadinya gangguan tumbuh kembang anak. Misalnya saja jika bayi yang mempunyai tubuh yang pendek, mungkin saja ada salah satu anggota keluarga yang memang sama seperti itu. 

Lebih tepatnya berapa kan tubuh pendek disebabkan karena pertumbuhan tulang yang cenderung lambat dan bisa dikatakan tidak normal. Namun, orang tua tetap bisa mengupayakan berbagai cara seperti melakukan terapi. 

Kebutuhan Nutrisi yang Dibutuhkan Tidak Tercukupi

Kebutuhan nutrisi yang tidak tercukupi juga menjadi salah satu penyebab munculnya masalah perkembangan bayi. Inilah Kenapa saat anak sudah memasuki usia mendapatkan makanan, pasti kan memberikan makan yang bergizi.

Semakin tercukupi nutrisi yang dibutuhkan bayi, tentu akan berpengaruh penting terhadap tumbuh kembangnya. Selain itu, gizi yang tercukupi juga bisa menjamin kesehatan anak seiring bertambahnya usia. 

Mengalami Pertumbuhan Konstitusional

Masalah perkembangan bayi yang selanjutnya bisa disebabkan karena terjadinya pertumbuhan konstitusional atau pubertas tertunda. Meskipun sebenarnya anak dengan pertumbuhan yang seperti ini lahir dalam keadaan normal, tapi saat usia 1 tahun pertumbuhannya akan lambat.

Tentu saja dengan permasalahan yang seperti ini dapat menyebabkan pertumbuhan tulang bayi semakin lambat Begitu juga dengan tinggi badannya. Bahkan, permasalahan seperti ini juga bisa menyebabkan keterlambatan lainnya.

Gangguan Sistem Hormon

Masalah perkembangan bayi juga bisa disebabkan karena terjadinya gangguan sistem hormon. Kondisi seperti ini bisa terjadi saat bayi masih dalam kandungan, sehingga dapat mempengaruhi masalah pada tumbuh kembangnya.

Salah satu contoh gangguan sistem hormon seperti hipotiroidisme. Gangguan tersebut jika tidak segera diatasi atau mendapatkan penanganan yang tepat dapat menyebabkan sistem pertumbuhan anak bisa terhambat. 

Itulah penjelasan mengenai beberapa masalah yang terjadi pada perkembangan bayi. Terlepas dari permasalahan tersebut, banyak juga cara yang bisa dilakukan untuk menanganinya. Selain itu, ketahui juga apa saja penyebabnya untuk memudahkan penanganan.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.


Parenting

Ciri-ciri Gangguan Perkembangan Bayi Usia 0-6 Tahun

Terjadinya gangguan perkembangan bayi usia 0-6 tahun sering diabaikan, karena banyak orang tua yang tidak menyadari. Padahal perkembangan bayi sangat berpengaruh untuk masa depannya. Maka dari itu, penting mengetahui ciri-ciri anak yang mengalami keterlambatan perkembangan. Dengan demikian kita bisa memberikan anak stimulasi dan penanganan yang tepat, sesuai kebutuhannya.

5 Masalah pada Tahap Perkembangan Bayi

Setiap orang tua yang mempunyai anak penting untuk mengetahui apa saja masalah yang seringkali terjadi pada tahap perkembangan bayi di usia 0-6 tahun. Selengkapnya berikut ini penjelasan dari 5 masalah yang sudah terjadi tersebut.

1. Kemampuan Motorik 

Perlu diketahui jika motorik merupakan kemampuan anak dalam gerakan seperti memegang mainan atau melempar mainan tersebut. Pada umumnya saat anak sudah berusia 3 bulan, sudah mulai bisa mengangkat kepalanya, sehingga harus diperhatikan.

Sedangkan jika terjadi masalah pada kemampuan motorik ini anak akan menunjukkan beberapa hal seperti tidak bisa meraih mainan, tidak dapat memasukkan mainan ke mulut dan usia 6 bulan belum bisa duduk tanpa bantuan orang lain. 

2. Kemampuan Bahasa

Saat anak berusia mulai dari 0-6 tahun, mungkin bisa terjadi masalah pada tahap perkembangannya seperti tidak dapat merespon suara. Lebih tepatnya pada saat ini sudah berusia 3 sampai 4 bulan, seharusnya bayi sudah mulai bisa merespon suara, bahkan bisa mengoceh.

Permasalahan pada kemampuan bahasa bisa disebabkan karena beberapa faktor seperti gangguan spektrum autisme, menjadi masalah pada otot pengendali bicara dan gangguan pendengaran karena kelainan genetik. Tentu jika anak mempunyai masalah seperti ini, segera konsultasi dengan dokter.

3. Kemampuan Melihat

Sebenarnya saat anak berusia enam bulan pertama, penglihatannya memang belum jelas. Meskipun begitu, bayi di usia tersebut sudah mulai bisa melihat apapun yang ada di sekitarnya. Bahkan, sudah mulai bisa memberikan respon atau mengikuti gerakan orang lain.

Sedangkan bayi yang mengalami gangguan penglihatan bukan menunjukkan beberapa ciri-ciri seperti tidak dapat melihat tangannya sendiri saat berusia 2 bulan. Selain itu, gangguan penglihatan juga bisa dilihat dari adanya air mata terus mengalir. 

4. Kemampuan Sosial dan Emosional

Gangguan perkembangan bayi usia 0-6 tahun yang selanjutnya yaitu pada kemampuan sosial dan emosionalnya. Meskipun pada umumnya kondisi tersebut dapat dilihat saat anak sudah memasuki sekolah, tapi sudah mulai dapat dilihat saat anak berusia 3 bulan.

Permasalahan yang seperti ini bisa disebabkan karena beberapa faktor, seperti halnya hubungan anak dengan orang tua yang tidak berjalan dengan baik dan adanya gangguan bahasa. Sedangkan saat di usia 6 bulan pertama disebabkan karena gangguan kognitif.

5. Kemampuan Kognitif

Gangguan kognitif yang terjadi pada tahap perkembangan bayi di usia 0 sampai 6 tahun sangat berpengaruh terhadap fungsi intelektual bayi. Bahkan, gangguan ini juga bisa menyebabkan kesulitan anak dalam belajar dan mengganggu kesadarannya.

Biasanya anak dengan permasalahan kemampuan kognitif akan menunjukkan ciri-ciri seperti sulit untuk berkomunikasi dengan orang lain, bahkan tidak bisa bermain dengan orang lain. Sedangkan gangguan ini disebabkan karena terjadinya cedera otak. 

3 Ciri-Ciri Anak dengan Gangguan Perkembangan

Bayi berusia 0-6 tahun yang mengalami gangguan perkembangan mempunyai ciri-ciri tersendiri dan dapat dilihat dengan jelas. Apa itu dari fisik atau responnya terhadap lingkungan. Lebih jelasnya berikut ini ciri-ciri anak dengan gangguan perkembangan

1. Postur Tubuh Pendek

Ciri-ciri anak yang mempunyai gangguan perkembangan yaitu mempunyai postur tubuh pendek dibandingkan dengan anak seusianya. Gangguan seperti ini bisa disebabkan karena beberapa hal seperti penyakit, masalah genetik, kekurangan nutrisi hingga kekurangan hormon pertumbuhan.

Jika memang merasa postur anak lebih pendek dibandingkan anak seusianya, in salah satu solusi yang bisa dilakukan yaitu membawanya ke dokter untuk mendapatkan diagnosis lebih akurat. Bisa saja nantinya dokter akan menyarankan untuk melakukan terapi.

2. Belum Bisa Melakukan Sesuatu

Anak atau bayi di usia 0 sampai 6 tahun yang belum bisa melakukan sesuatu sesuai dengan anak sepantarannya, itu juga menjadi salah satu gangguan perkembangan. Misalnya saja saat di usia 4 bulan anak belum bisa mengangkat kepalanya dan menggenggam benda.

Contoh lainnya Saat berusia 12 bulan belum bisa mengoceh atau babbling dan berbicara satu katapun. Tentu jika mengetahui kondisi yang seperti ini diharapkan segera melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan penanganan. 

3. Tidak Tertarik Berinteraksi

Ciri-ciri anak dengan gangguan perkembangan yang selanjutnya tidak tertarik untuk berinteraksi dengan orang-orang yang ada disekitarnya. Mungkin saja kondisi seperti ini disebabkan karena tidak mempunyai kontak mata.

Perlu diketahui jika keterbatasan kontak mata yang dimiliki juga menjadi salah satu tanda autisme. Begitu juga saat anak tidak tertarik untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar, segera periksakan ke dokter.

Risiko Keterlambatan Perkembangan

Bayi yang mengalami keterlambatan atau gangguan pada perkembangan mempunyai resiko tersendiri. Perlu diketahui jika keterlambatan perkembangan ini biasa terjadi saat berada di dalam kandungan ataupun setelah lahir.

Jadi, saat keterlambatan atau gangguan tersebut terjadi saat masih di dalam kandungan, memungkinkan bayi lahir dalam keadaan cacat. Bahkan, hal tersebut juga bisa berlangsung saat anak menjelang remaja. 

Perlu diketahui juga jika gangguan perkembangan atau keterlambatan ini bisa menjadi salah satu gejala dari kondisi medis seperti kelainan genetik, gejala spektrum autisme, distrofi otot, Landau kleffner syndrome dan sindrom x yang rapuh.

Demikian penjelasan mengenai gangguan perkembangan bayi usia 0-6 tahun. Dari penjelasan ini bisa diambil kesimpulan jika gangguan perkembangan bayi terjadi karena beberapa faktor yang mempengaruhinya. Begitu juga cara penanganannya juga sebaiknya diserahkan kepada dokter.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.


Kesehatan

Perbedaan Gejala Flu dan Gejala Batuk Pilek Yang Harus Bunda Pahami dan Penanganan yang Perlu Dilakukan

Pilek dan flu bisa dialami oleh semua orang di dunia mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Gejala flu dan gejala batuk pilek tidak sama sehingga penting sekali dipahami agar tidak terjadi kesalahpahaman dan kesalahan penanganan. Oleh karena itu, orangtua juga harus mengetahui beberapa info penting lainnya.

Pengertian dan Gejala Flu 

Flu adalah masalah kesehatan organ pernapasan yang disebabkan oleh virus. Meskipun begitu, masih banyak orang menganggap flu sebagai pilek, padahal keduanya memiliki gejala yang berbeda. Akibat dari flu pada tubuh seperti demam, sakit tenggorokan, batuk hingga sakit kepala.

Terdapat sejumlah virus yang menyerang sistem pernapasan seperti hidung, tenggorokan bahkan paru-paru. Menimbulkan gejala gejala diantaranya batuk kering, sakit tenggorokan, sakit kepala, sakit badan, kelelahan hingga demam tinggi. Kondisi ini jika tak segera diobati bisa memberikan masalah serius. 

Gejala flu pada anak berlangsung lebih lama yang melibatkan demam, nyeri otot serta menggigil. Flu bisa diatasi dengan sering mencuci tangan dan hindari kontak langsung dengan orang sakit. Bahkan dalam kasus tertentu, kondisi flu akan pulih dalam lima sampai 6 hari.

Pengertian dan Gejala Batuk Pilek 

Batuk pilek adalah infeksi virus ruangan yang menyerang saluran pernapasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung. Kondisi ini dapat menyebar secara tidak langsung melalui kontak tangan serta secara langsung lewat percikan lendir dari mulut atau hidung penderita. 

Gejala yang muncul akibat batuk pilek pada anak biasanya bersin-bersin, hidung tersumbat, demam, mata berair, nyeri telinga, hilang nafsu makan serta gatal dan nyeri tenggorokan. Sebagian orang juga merasa tidak enak badan atau pegal-pegal, sakit kepala, menurunnya daya pengecapan dan penciuman. 

Batuk pilek umumnya jarang menimbulkan demam tetapi rasa pegal-pegal yang ringan saja. Batuk pilek tidak sampai mengakibatkan nyeri dada dan sakit kepala. Gejala yang lebih sering dialami adalah bersin, hidung tersumbat dan sakit kepala. 

Perbedaan Gejala Flu dan Gejala Batuk Pilek dari Segi Risiko Komplikasi 

Flu dan batuk pilek juga memiliki perbedaan jika dilihat dari segi risiko komplikasi. Biasanya batuk pilek tidak memberikan komplikasi pada organ tubuh yang lain. Sehingga, batuk pilek bisa disebut sebagai masalah kesehatan ringan. 

Berbeda dengan flu berlarut-larut tanpa pengobatan yang tepat mengakibatkan munculnya penyakit lain. Seperti pneumonia (radang paru-paru), gangguan sistem saraf pusat, myositis (radang otot). Selain itu juga bisa menyebabkan masalah jantung diantaranya perikarditis, miokarditis dan serangan jantung. 

Jika memiliki riwayat penyakit asma kemudian sedang dalam kondisi flu dan belum membaik, segera konsultasi dengan dokter. Sampaikan semua gejala dengan jelas agar dokter mudah memberikan resep obat. Jangan malas untuk periksa ke dokter atas masalah kesehatan yang dialami. 

5 Hal yang Harus Dilakukan Orangtua Saat Anak Mengalami Flu dan Batuk Pilek 

Orangtua tentu tidak akan membiarkan anaknya terkena flu dan batuk pilek berlarut-larut. Masalah kesehatan ini jika tak segera diatasi bisa mengakibatkan penyakit lainnya. Karena itu orangtua dapat menerapkan langkah berikut untuk mengurangi flu dan batuk pilek pada anak. 

1. Pastikan Kebutuhan Air Anak Tercukupi

Flu membuat anak mengalami dehidrasi apalagi jika sampai muntah dan diare. Jika air dalam tubuh terus berkurang, kondisi tubuh menjadi tidak bertenaga. Orang tua perlu memastikan si kecil minum air putih yang cukup. 

Jus buah juga sangat disarankan untuk dikonsumsi. Sedangkan minuman berkafein seperti kopi dan sejenisnya sebaiknya dihindari sebab bersifat diuretik. Jika merasa mual, maka minumlah air putih sedikit demi sedikit, jangan sampai tidak ada air sama sekali masuk ke tubuh. 

2. Sajikan Sup Ayam untuk Dimakan oleh Anak

Menyediakan sup ayam untuk si kecil yang sedang flu atau batuk pilek juga pilihan yang bagus. Hangatnya sup mampu mengatasi gejala infeksi saluran pernapasan bagian atas. Juga memiliki efek antiinflamasi bagus untuk mengurangi risiko peradangan.

Uap dari sup ayam berkhasiat dalam membersihkan sinus dan meredakan gejala infeksi pada anak. Juga kaya nutrisi yang bagus untuk kesehatan tubuh. Tambahkan juga sayuran seperti brokoli, tomat, wortel agar supnya berwarna guna menarik perhatian si kecil. 

3. Pastikan Anak Mendapatkan Istirahat yang Cukup

Kondisi tubuh saat terkena flu dan batuk pilek biasanya tidak bergairah dan lemas. Karena itu, ajarkan anak agar beristirahat yang cukup jangan keluyuran di luar rumah. Hindari aktivitas fisik bahkan tidak masalah menghabiskan sepanjang hari di tempat tidur. 

Anak-anak belum ada tanggung jawab bekerja, sehingga mudah sekali memiliki waktu istirahat yang cukup. Tujuannya untuk mengembalikan sistem imun tubuh agar flu dan batuk pilek bisa cepat hilang. Larang anak bermain game sampai larut malam ketika kesehatannya tidak mendukung. 

4. Mandikan Anak dengan Air Hangat

Mandi air hangat juga solusi yang tepat mengatasi flu dan batuk pilek pada anak. Suhu hangat dan udara lembab membantu meredakan sakit tenggorokan dan hidung tersumbat. Tinggal nyalakan shower dan anak bisa menikmati air hangat hingga beberapa menit. 

Tetapi, perhatikan juga agar jangan sampai berjam-jam berada di kamar mandi. Bisa juga menggunakan alat bantu vaporizer dan pelembab udara (humidifier). Bersihkan alat yang digunakan secara rutin untuk menghindari tumbuh jamur. 

5. Tempatkan Anak dalam Posisi Tidur dengan Sandaran yang Lebih Tinggi 

Cara terakhir yang bisa diterapkan adalah menidurkan anak pada sandaran atau bantal lebih tinggi. Terutama penderita flu akan lebih nyaman sistem pernapasan saat tidur dengan posisi sandaran lebih tinggi. Bisa menggunakan bantal double jika perlu. Itulah perbedaan gejala flu dan gejala batuk pilek yang penting sekali diketahui agar ke depannya tidak salah lagi. Jangan lupa terapkan tips di atas untuk mengurangi flu dan batuk pilek pada anak.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Most Share

To Top