Jika selama ini Bunda cenderung lupa atau malah tak pernah mendongengkan cerita pada buah hati, yuk Bun, mulai hari ini cobalah untuk membiasakan diri memberi warna baru dalam mengasuh buah hati. Salah satunya caranya dengan mendongeng, Bun.
Mendongeng pun jangan hanya dijadikan aktivitas pengantar tidur belaka ya Bun. Nyatanya, kegiatan ini pun memberi arti dan kontribusi langsung untuk tumbuh kembang buah hati. Bunda mungkin tak sadar, tapi bagi si anak, beberapa cerita yang dikisahkan orang dewasa termasuk orangtuanya lewat dongeng, akan berkembang dan bisa memberi pengaruh bagi perilakunya di masa tumbuh kembangnya hingga dewasa kelak.
Hal ini diungkapkan langsung oleh psikolog sekaligus Ketua Umum Komisi Perlindungan Anak (KPAI), Seto Mulyadi atau yang kerap disapa Kak Seto.
“Manfaat mendongeng ada banyak sekali, merangsang berbagai aspek perkembangan jiwa anak. Mendengar dongeng pun bisa membuat perkembangan bahasa si anak,” kata Kak Seto, dalam acara kampanye ‘NIVEA Sentuhan Ibu: Dongeng Impian’, di Jakarta, Rabu (28/11).
Bun, mendongeng ternyata bisa mengaktifkan pusat emosi di dalam otak anak sekaligus melatih fokus perhatian mereka lho. Bahkan anak pun jadi terlatih untuk berpikir lebih terstruktur. Kosa katanya pun akan lebih berkembang.
Kak Seto mencontohkan, dalam dongeng si kancil misalnya, akan mudah ditemui kosa kata yang menarik seperti “berjingkak”, atau “tengkuk”, nah bila si kecil masih asing dengan kosakata semacam itu, Bunda pun bisa memberikan penjelasan sehingga wawasannya pun bertambah.
Lewat Dongeng, Keakraban antara Orangtua dan Anak pun Ikut Terjalin
Bunda dan Ayah yang setiap harinya sibuk bekerja, maka patut sekali menjadikan momen mendongeng sebagai momen yang tepat untuk quality time. Yup, mendongeng bukan hanya tugas Bunda lho. Ayah pun bisa turut berperan serta bergantian dengan Bunda dalam hal menceritakan dongeng. Kenapa keakraban bisa terjadi? Lewat gesture, ekspresi, dan keceriaan yang terjadi, maka si anak akan merasa orangtuanya benar-benar hadir di dekatnya. Tak sekadar fisiknya saja. Bagaimanapun, buah hati sangatlah memerlukan hubungan fisik antara orangtua dan anak lewat usapan, kecupan, dan pelukan emi membangun sisi emosional berupa rasa percaya dan keterikatan antara anak dan orangtua.
Mendongeng Juga Bisa Jadi Media Stress Release untuk Orangtua
Saat memutuskan untuk menyajikan dongeng untuk buah hati, maka pastikan Bunda sudah tahu manfaat apa yang akan Bunda dan buah hati dapatkan lewat kegiatan tersebut. Mungkin selama ini kebanyakan orangtua tak menyadari, padahal faktanya, mendongeng pun bisa jadi sarana bagi orangtua untuk melepaskan stress atau tekanan terutama bagi orangtua.
Kak Seto mengatakan, banyak kasus kekerasan terhadap anak dilakukan seorang ibu karena memiliki tekanan yang tinggi.
“Ada kecenderungan pelaku kekerasan pada anak adalah ibunya sendiri, ini dalam survei yang kita lakukan. Ibu yang stres memikirkan tagihan ini-itu sehingga melampiaskannya kepada anak,” ujar Kak Seto.
Karena itu, mendongeng adalah salah satu cara menghilangkan stres orang tua. Dongeng dipercaya menjadi semacam self healing. Mendongeng juga meningkatkan nilai kreativitas anak dan orang tua, di mana keduanya bisa berimajinasi dengan cerita yang sedang disampaikan. Orang tua juga dapat memasukkan nilai-nilai moralitas tanpa terkesan menggurui.
“Dengan mendongeng maka semua akan luluh menjadi sebuah persahabatan,” terangnya.
Bun, Tak Usah Minder Kalau Si Anak Meminta Bunda Mendongeng di Depannya
Si kecil akan senang kalau Bunda menyanggupi permintaannya untuk dibacakan sebuah dongeng. Bunda tak perlu minder, sebab kunci menyampaikan dongeng adalah percaya diri dan mau berlatih lho Bun. Saat mendongeng, Bunda tidak sedang menyampaikan informasi, melainkan bercerita dan membangun imajinasinya. Mungkin ini tantangannya, yaitu Bunda perlu berlatih mengenai intonasi atau penekanan kata. Namun bukan berarti tak bisa, kan?
Ada dua aspek penting yang perlu dikuasai saat Bunda hendak mendongeng. Pertama, selalu usahakan untuk membaca dulu isi dari sebuah cerita dongeng secara utuh sebelum memutuskan untuk membacakannya pada buah hati. Ini termasuk cara Bunda dalam menyaring cerita manakah yang layak untuk diceritakan.
Kedua, Bunda harus sering melatih suara, ekspresi, dan gesture. Peganglah kunci yaitu setiap kata ada rasanya. Misalnya, dalam menyampaikan kata “raksasa besar”, tak bisa dengan intonasi datar. Supaya si kecil punya gambaran mengenai sosok raksasa tersebut, Bunda bisa memberi penekanan atau melebih-lebihkan intonasi saat mengucapkan kata “besar”.
“Dalam mendongeng, orangtua bukan mencari waktu luang untuk mendongeng. Tapi meluangkan waktu untuk mendongeng. Lewat mendongeng, ibu tak diminta jadi pendongeng profesional, tapi jadi ibu yang profesional,” kata Kak Seto.
