Parenting

Beginilah Tips Memilih Permainan yang Edukatif untuk Anak

Saya memang cukup selektif dalam memilih permainan untuk anak-anak saya yang masih dibawah umur. Tentu saya paling tidak bisa jika memilihkan permainan sembarangan untuk sang anak, apalagi jika permainan yang tidak memiliki unsur pendidikannya, saya harus memutar otak untuk menolak saat anak saya meminta untuk dibelikan mainan tersebut.

Pernah pada suatu hari ketika Felisa saya ajak belanja bulanan, dia melihat sebuah permainan yang bagi saya tidak mendidik. Dia merengek meminta untuk dibelikan, bahkan menangis keras-keras supaya saya kasihan dan membelikannya. Tapi saya tetap keqeh tidak membelikan apa yang diminta.

“Dek, nanti mama belikan permainan yang bagus deh, tapi jangan itu ya,” Saya mencoba untuk sabar membujuk Felisa.

“Enggak mau, Felisa mau tamia itu ma, bagus itu,” katanya terus merengek.

“Dek, adek ini perempuan atau laki-laki?” tanya saya kepadanya.

“Mama, ya perempuanlah, kan Felisa pakai rok gini kok,” katanya dengan cemberut.

“Nah, kalau perempuan itu tidak boleh bermain mobil-mobilan dek, itu untuk permainan cowok,” kata saya mencoba memberi pengertian.

“Ah, mama jahat, Felisa kan pengen punya tamia, biar bisa jalan-jalan naik mobil, tuh buktinya mama juga menyetir mobil, bukankah yang biasanya menyetir mobil itu papa? berarti mama juga enggak boleh dunk setir mobil.” Katanya dengan lugas.

Saya sedikit malu dan kaget mendengar pernyataan Felisa, tidak nyangka aja jika dia bakalan negur saya yang memang sering membawa mobil sendiri kemana-mana. Hal itu disebabkan karena suami saya sibuk bekerja di luar.

“Felisa sayang, pokoknya mama enggak mau Felisa membeli mobil-mobilan, tetapi mama mau Felisa membeli permainan untuk perempuan, ok,” kata saya sudah kehabisan akal untuk membujuk Felisa.

“Enggak mau, pokoknya Felisa mau tamia.” Felisa terus merengek dan tidak mau beranjak dari tempat permainan itu dipajang.

Saya mulai mencari cara untuk mencegah Felisa, sebab jika dituruti akan berdampak tidak baik bagi perkembangannya. Jika dibiasakan bermain dengan permainan cowok maka lambat laun pola pikir yang terbangun akan seperti cowok. Bukankah sesuatu yang ditanamkan sejak dini harus sebaik mungkin? Maka dari itulah, saya ingin menanamkan jiwa lembut, feminim dan anggun pada Felisa, oleh karena itulah permainan pun juga harus diperhatikan dengan sebaik mungkin.

“Felisa sayang, mau es cream enggak?” tanya saya menunjukan makanan kesukaannya.

“Mau dunk ma, rasa coklat kan?” Pada akhirnya perhatian Felisa tertuju pada apa yang saya tawarkan.

“Iya sayang, rasa coklat kesukaan Felisa,” kata saya dengan sangat lega karena pada akhirnya dia lupa dengan tamia.

Sebenarnya cukup mudah untuk mencegah anak supaya tidak tertarik dengan permainan yang tidak pas untuknya, cukup belikan sesuatu yang dia sukai. Dengan mudah dia akan pindah haluan dan tidak lagi peduli dengan apa yang diminta sebelumnya.

Pada prinsipnya ada beberapa tips yang harus dilakukan dalam memilihkan permainan untuk anak-anak kita yang memiliki unsur edukatif. Tips-tips tersebut di antaranya adalah:

  1. Pilihlah permainan yang tepat dan pas untuk anak-anak kita.

Saya selalu berusaha untuk memilih permainan yang cocok atau pas untuk Felisa.

Sebagai contoh saja ketika Felisa berusia enam bulan, dia suka dengan mainan yang menimbulkan bunyi-bunyian, maka saya berusaha untuk mencari mainan untuk Felisa yang ada bunyinya, dengan tujuan supaya dapat melatih kepekaan anak, indera anak, indera pendengaran, dan juga indera penglihatan. Atau bisa juga untuk anak usia lima tahun maka puzzel atau mainan cards untuk melatih kosakata anak.

  1. Mencarikan permainan untuk anak yang dapat mempertajam logika dan dapa tmeningkatkan kreatifitas anak.

Saya mencoba untuk mencarikan permainan yang dapat melatih logika dan daya kretifitas anak. Sebagai contoh saja, memasang balok rumah, puzzel, menyusun balok-balok, teka-teki dan lain sebagainya.

  1. Berikanlah permainan yang sesuai dengan minat anak.

Saya biasanya mencarikan permainan yang menjadi peminat anak-anak saya. Misalnya saja, anak saya sangat menyukai pesawat, bola, dan boneka untuk anak perempuan saya. Selain itu, juga anak juga harus dituntut untuk aktif dalam bermain secara fisik dan memahamiobyek mainannya. Bola sebagai permainan untuk olahraga, dan dengan bermain sepak bola maka akan melatih kegesitan dan kecepatan, sementara mobil untuk melatih fokus dan melatih keterampilan untuk mengotak-atik sparepart mobil, dan boneka untuk melatih memberikan kasih sayang terhadap sesama manusia.

  1. Berikan mainan yang dapat menstimulasi otak.

Mainan yang dapat menstimulasi otak seperti misalnya legoatau rancang bangun. Dengan lego maka kkreatifitas anak akanterbentuk dalam membuat berbagai bentuk benda.

Nah itulah tadi pembahasan tentang tips memilih permainan yang edukatif untuk anak ma. Semoga dapat bermanfaat.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.


Parenting

Kecerdasan Anak Ditandai dari Kemampuan Kreatifnya, 8 Cara Mengembangkan Kemampuan Anak yang Kreatif

Anak yang kreatif biasanya selalu mencari tahu hal baru dan memiliki kemampuan memecahkan masalah. Orangtua tentu ingin si kecil memiliki sifat kreatif dalam dirinya. Mengembangkan kreativitas itu sangat penting karena memiliki pengaruh terhadap prestasi akademik. Tapi kemampuan tersebut tak dimiliki begitu saja, ada upaya yang juga perlu orangtua lakukan untuk mendukung kemampuan si kecil tersebut. Cobalah perhatikan beberapa hal di bawah ini. 

Tidak Semua Anak Lahir dengan Talenta Kemampuan Kreatif, Itulah Mengapa Penting untuk Melatih Sifat Kreatif pada Anak

Melatih anak menjadi kreatif dilakukan oleh orangtua di rumah dan guru di sekolahnya. Kreatif harus didukung dan dikembangkan dengan baik dari lingkungan sekolah maupun keluarga. Si kecil bisa mengeksplor kemampuan yang dimilikinya. 

Anak dengan sikap kreatif mampu memecahkan masalah dan menghadapi tantangan yang ada. Lebih maju dibandingkan anak yang hanya menerima pembelajaran sekolah. Semakin dewasa, kemampuan kreatif selalu dibutuhkan. 

Mendidik untuk memiliki sifat kreatif dilakukan bertahap dan konsisten. Membutuhkan waktu yang tidak sedikit guna mengasah kreativitas anak. Jika anak sudah bersekolah, orangtua jangan hanya mengharapkan guru melatih menjadi kreatif. Sebab tanggung jawab sebagai orangtua sangat dibutuhkan. 

Dan Berikut adalah Cara-cara yang Bisa Bunda Lakukan untuk Melatih Si Kecil Menjadi Anak yang Kreatif

Tidak sulit melatih anak yang kreatif asalkan orangtua sabar dan konsisten. Jika tidak diperhatikan sejak dini, ke depannya semakin sulit menumbuhkan kemampuan kreatif anak. Oleh karena, orangtua dapat menerapkan beberapa cara berikut.

1. Biarkan Si Kecil Bermain dengan Leluasa untuk Mengekspresikan Diri, Jangan Dibatasi Hanya Perlu Diawasi

Anak kecil memang masanya untuk menikmati segala jenis permainan. Bukan hanya untuk bersenang-senang namun juga meningkatkan kreativitas anak. Karena itu, penting bagi orangtua menyediakan berbagai fasilitas bermain untuk anak. 

Boleh juga membuat mainan sendiri melalui barang bekas. Caranya lihat di internet, ajak si kecil membuat bersama. Hal ini juga dapat meningkatkan kreativitas anak. Selanjutnya berbagai benda lain bisa digunakan anak menghasilkan mainan.

2. Izinkan Anak Berimajinasi, Mengekspresikan Semua yang Ia Pikirkan Sendiri 

Orangtua perlu mengizinkan anak berimajinasi, salah satunya dengan membaca buku. Berbagai cerita memicu si kecil berkhayal atau membayangkan sesuatu. Ajak si kecil memilih buku yang diinginkan di toko, kemudian libatkan dia saat membaca cerita.

Mendongeng juga erat kaitannya dengan imajinasi. Sebab perbendaharaan bahasa si kecil lebih meningkat setelah ia mendengar dongeng. Si kecil juga dapat bermain role play menjadi koki, dokter, guru atau profesi lain menggunakan perlengkapan mainan. 

3. Bunda Bisa Melatih Kreativitasnya dengan Memberikan Pertanyaan-pertanyaan Kreatif 

Ketika bersama anak dan melihatnya sedang menggunakan mainan, tanyakan bagaimana dia memainkan alat tersebut. Sebelum menjawab, tentu si kecil berpikir terlebih dulu. Hal ini memicu si kecil menghasilkan ekspresi baik verbal maupun non verbal. 

Tanyakan hal berhubungan dengan mainan, misalnya akibat yang terjadi saat kran air tidak ditutup, tidak menutup jendela di malam hari dan lain sebagainya. Perhatikan jawaban si kecil. Memang tidak semua jawaban benar, tetapi anak sudah memiliki kemampuan untuk berpikir. 

4. Jadilah Orangtua yang Suportif dengan Mendukung Minat dan Bakat yang Dimiliki Oleh Anak

Orangtua yang dekat dengan anaknya pasti tahu minatnya di bidang apa. Jika sering menggambar, orang tua dapat memberi dukungan sehingga ke depannya dia bisa menjadi desainer, arsitek atau pelukis. Anak memiliki minat merangkai bunga, ke depannya bisa memiliki bakat membuat buket. 

Fasilitasi anak sesuai bakatnya seperti sediakan crayon. Siapkan peralatan memasak untuk anak hobi di dapur. Anak memiliki minat membuat berbagai bentuk mainan, siapkan peralatan yang dibutuhkan. Tanyakan padanya apa yang dapat orang tua bantu.

5. Hindari Kata-kata yang Salah Karena Bisa Merusak Kepercayaan Diri Si Kecil Terhadap Kemampuannya 

Mungkin ketika anak melakukan hal tidak sesuai keinginan orangtua, langsung dicap anak salah. Hal ini sebaiknya dihindari jika ingin anak kreatif. Sebab, kata salah menghambat pemikiran ide anak dan sulit disalurkan. 

Misalnya, si kecil membuat roda kendaraan berbentuk segitiga. Gunakan kata menarik sekali untuk menanggapi gambar anak. Kemudian tanyakan, menurut anak apakah kendaraan tersebut dapat berjalan dengan kondisi ban segitiga. Jadi, tidak langsung mengatakan bahwa gambarnya salah. 

6. Bebaskan Anak Bereksplorasi dengan Melakukan Hal-hal yang Ia Sukai

Semua anak-anak memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Karena itu, seharusnya orang tua tidak menahan anak menjelajahi hal yang diinginkan. Semua orang pasti ingin menemukan sesuatu untuk memuaskan keingintahuannya, begitu juga anak. 

Rasa ingin tahu melahirkan sifat kreatif. Meskipun begitu, orangtua juga harus mengingatkan bahaya dan hal apa saja yang tidak boleh dilakukan. Untuk mendukung kreativitas anak, orangtua penting sekali berwawasan luas guna memudahkan menjawab berbagai pertanyaan anak. 

7. Jangan Over Protektif, Tugas Kita Hanya Perlu Mengarahkan dan Mengawasinya 

Semua orangtua ingin melindungi anak tetapi sikap over protektif malah menghambat anak. Kurangi larangan jika itu berdampak baik bagi anak. Misalnya si kecil ingin memegang lumpur, kemudian Bunda melarangnya supaya tidak kotor tangan. Hal ini tidak baik untuk diterapkan. 

Memegang atau melakukan sesuatu merangsang saraf si kecil untuk perkembangannya. Jika semua dilarang, kapan anak bisa kreatif? Bahkan si kecil menjadi malas berinteraksi dengan hal baru karena biasanya tidak mendapat izin orangtua.

8. Berikan Apresiasi Atas Kemampuan Atau Hal-hal yang Sudah Ia Lakukan

Jangan lupa beri apresiasi anak saat berhasil membuat karya. Misalnya anak menggunakan kertas buku untuk membuat perahu dan selesai. Puji karyanya agar dia merasa senang. Si kecil akan berpikir bahwa orang tua mendukung kreativitasnya. 

Selanjutnya si kecil terdorong berimajinasi serta mencari hal baru lainnya. Terus belajar sendiri atau bersama teman-teman untuk meningkatkan kreativitas. Saat usaha anak gagal, orangtua dapat mendampinginya agar semangatnya tidak luntur. Itulah 8 hal dapat dilakukan orang tua untuk menumbuhkan pribadi anak yang kreatif. Penting sekali diterapkan sejak dini supaya ke depannya anak tidak melanjutkan apa yang sudah dipelajari. Jadi, jangan tunggu sampai si kecil remaja baru melatihnya.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.


Parenting

Anak Suka Berebut Mainan? Ini Cara untuk Membantu Anak Mau Berbgai Sedari Dini

“Suatu kali, saat sedang asyik bermain dengan temannya. Si kecil mendadak menangis, karena teman ingin meminjam mainan miliknya, namun ia bersikeras tak mau meminjamkannya hingga berujung dengan tangisan yang mungkin Bunda dengar”. 

Tampak familiar dengan situasi di atas Bun? Atau jangan-jangan baru-baru ini kondisi tersebut terjadi pada si kecil dan temannya. Saat ini Bunda mungkin berpikir, “Wah, anakkku kok pelit ya”, atau “Kenapa anakku tidak mau berbagi”. Tenang Bun, jangan khawatir berlebihan. Di usianya saat ini, anak memang perlu mempelajari banyak hal, dan ia juga tidak langsung pintar atau mendadak serba bisa seperti yang kita inginkan. 

Ini adalah proses perkembangan yang normal. Tugas Bunda sebagai orangtua adalah memberinya pemahaman dan ajaran yang selalu membuatnya jadi sosok yang baik. Tidak hanya baik di mata kita, tapi juga baik bagi semua orang tentunya. Lantas, bagaimana cara untuk membantu anak jadi sosok yang mau berbgai sedari dini. Beberapa hal di bawah ini, mungkin bisa mulai Bunda pelajari. 

Berikan Pemahaman Sederhana Tentang Arti Berbagi Sesuai Usianya 

Karena berbagi adalah bagian dari empati terhadap orang lain, hal ini hanya akan bisa dilakukan jika anak bisa memahaminya dari sudut pandangnya sendiri. Untuk itu, tugas kita sebagai orangtua adalah memberinya pemahaman, apa itu berbagi dan mengapa kita perlu melakukannya. 

Di awal, anak mungkin hanya akan mementingkan keinginannya. Bahkan bisa saja ia marah, jika Bunda memintanya untuk berbagi kepada temannya. Jadi jangan kaget ya Bun, itu adalah sesuatu yang wajar. Seiring dengan berjalannya waktu, dari apa yang Bunda ajarkan dan tunjukkan padanya. Ia akan paham jika berbagi dengan orang lain tak membuatnya rugi, justru membuatnya jadi sosok yang disenangi.

Tak Boleh Dipaksa, Biarkan Ia Berbagi dengan Caranya

Menjadi orangtua memang harus banyak sabar Bun, begitu pula saat kita ingin mengajarkan anak tentang konsep berbagi. Ia mungkin tak langsung paham, tak mau mendengar apa yang kita sampaikan, atau bahkan berontak karena merasa dirugikan. Tapi, Bunda tak boleh menyerah. Ini demi membentuk pribadinya. 

Tetaplah berikan anak pemahaman tentang berbagi, kenapa ia harus melakukannya, dan berikan ia kebebasan untuk berbagi dengan caranya. Misalnya, saat temannya ingin meminjam mobil-mobilan berwarna hijau, ia justru meminjamkan yang berwarna kuning. Karena yang hijau sangat ia suka. Tak apa Bun, selama alasannya masuk akal, biarkan ia melakukannya dengan caranya. 

Ajak Mereka Bermain di Luar, Sekaligus Latih Agar Bermain dengan Cara Bergiliran

Jika selama di rumah Bunda sudah banyak memberinya pemahaman tentang konsep berbagi melalui kata-kata atau ucapan. Langkah berikutnya adalah membawa si kecil ke dunia yang sebenarnya. Yap, sesekali Bunda boleh mengajaknya untuk bermain di luar atau mengundang temannya untuk bermain di rumah. Berinteraksi langsung dengan orang lain akan membuatnya belajar, bagaimana berbagi yang sesungguhnya.

Mulai dari temannya yang ingin meminjam mainan, temannya yang meminta camilan, bergantian memainkan satu mainan, hingga kegiatan lain yang memaksanya untuk memberikan sesuatu yang ia miliki kepada oranglain. Jika si kecil sudah berhasil untuk berbagai selepas bermain atau dari luar, jangan lupa diberi apresiasi ya Bun.

Meski hanya, “Wah, kakak hebat ya. Sudah mau berbagi, Bunda senang deh!”. Ini akan jadi motivasi untuknya, karena selain membuat temannya senang karena mau berbagi, ternyata orangtuanya juga bahagia melihat sikapnya. 

Jangan Cuma Memberi Intruksi, Mulailah Menjadi Role Model yang Bisa Anak Ikuti

Yap, selain mendengar apa yang kita sebutkan. Anak akan lebih mudah memahami sesuatu hal dari apa yang ia lihat kita lakukan. Untuk itu, Bunda hari mulai menunjukkan sikap serupa, dengan apa yang selama ini Bunda ajarkan padanya. Karena setiap anak, kerap melakukan apa yang dilakukan kedua orangtuanya, karena berpikir bahwa itu adalah perbuatan baik yang harus dicontohnya. 

Maka, Bunda perlu belajar juga, sebagai sosok yang mau dan kerap berbagi dengan sesama. Dengan begitu, Bunda akan membantu anak untuk tumbuh jadi sosok yang mau berbagi pula.

Jika Anak Masih Tak Mau Berbagi, Coba Tanyakan Alasannya

Selain tak langsung mau berbagi, ada kemungkinan pula jika akan tetap kekeuh tak mau berbagi pada hal-hal tertentu. Jangan diomelin ya Bun, daripada Bunda marah. Lebih baik cara tahu apa alasan yang membuatnya tak ingin berbagi kepada orang lain. Karena bisa jadi, ia tak mau berbagi, karena itu adalah benda yang paling ia suka, makanan yang paling ia nikmati atau alasan lain yang memang ia miliki. 

Sebaliknya, jika kondisinya seperti ini, cobalah untuk memberinya opsi, jika tak mau meminjamkan mainan yang ini, mungkin bisa memberikan mainan yang itu. Karena pada kenyataannya, anak tak selalu mau memberikan atau membagikan yang diminta temannya, tapi Bunda bisa meminta untuk tetap berbagi meski dengan objek yang berbeda. Itu jauh lebih baik daripada ia tak mau berbagi sama sekali. 

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Most Share

To Top