“Anaknya bau tangan, ya. Ditinggal sebentar, nangis. Pasti sering digendong!” “Haduh, belum mandi nih. Gak bisa ditinggal sebentar bayinya. Terlalu dimanja kali, ya?”
Pernahkah Ibu mengalami hal seperti itu? Dalam ilmu psikologi, perasaan tidak nyaman yang dirasakan bayi karena ditinggal oleh ibunya disebut sebagai separationanxiety atau kecemasan akan perpisahan. Satu hal yang harus Ibu camkan adalah, kecemasan itu bukan disebabkan oleh Ibu.
Tahap ini hanyalah salah satu cara bayi beradaptasi dan merupakan perkembangan yang normal. Hampir semua bayi mengalami kecemasan ini diantara usia tujuh dan 18 bulan. Beberapa bayi bahkan memiliki reaksi lebih intens daripada yang lain, dan untuk beberapa, dapat berlangsung lebih lama dari yang lain. Tapi, sekali lagi, hampir semua bayi memilikinya.
Mengapa Bayi Mengalami Kecemasan Ini?
Bayi yang memilkiki kecemasan akan perpisahan sebenarnya menunjukkan tanda terbentuknya hubungan yang sehat dengan ibunya. Dalam hal ini, bayi Bunda selalu mengaitkan kesenangan, kenyamanan, dan keamanan dengan kehadiran Bunda. Hal ini juga menunjukkan bahwa bayi berkembang secara intelektual. Ia belajar bahwa ia akan bertindak aktif (dengan menangis) ketika merasa tidak nyaman, selain karena memang belum paham bahwa sang Bunda akan kembali bersamanya.
Tahap ini, seperti banyak tahap perkembangan lainnya di masa kecil, akan berlalu. Lama kelamaan, bayi akan belajar bahwa dia mampu terpisah dari Bunda, bahwa Bunda akan kembali, dan segala sesuatu akan baik-baik saja. Ia hanya membutuhkan waktu untuk membangun kepercayaan dengan anggota keluarga lain.
Apakah Bayi Saya Dianggap Memiliki Kecemasan Akan Perpisahan?
Tanda-tandanya cukup mudah dikenali. Bunda mungkin sudah membaca tanda yang ditunjukkan bayi. Perilaku berikut biasanya ditunjukkan oleh bayi dengan tingkat kecemasan yang normal:
• Menempel pada ibunya.
• Menangis ketika orang tua hilang dari pandangan
• Hanya memilih bersama dengan ayah atau bunda saja
• Takut orang asing
• Bangun dan menangis di malam hari untuk mencari orang tua
• Mudah terhibur dalam pelukan orangtua
Bagaimana Cara Membantu Bayi Saya Menghadapi Kecemasan Ini?
Berikut ini adalah apa yang Bunda bisa lakukan selama masa ini berlangsung agar bayi tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri dan merasa nyaman dengan lingkungan sekitarnya:
Biarkan bayi Bunda menjadi bayi. Perilaku ini sebenarnya menunjukkan bahwa ia sangat ingin menjalin persahabatan yang erat dengan Bunda. Selain itu, hal ini juga menunjukkan bahwa ayah atau bundanya telah membangun ikatan kasih sayang yang sangat kuat. Peer selanjutnya hanyalah memberikan wawasan tersebut kepada keluarga di sekitarnya.
Jangan tergoda untuk ‘menjauhi’nya. Hal ini malah akan membuat kecemasannya semakin lama hilang dan semakin menjadi-jadi. Semakin banyak waktu yang Bunda penuhi untuk ‘melekat’ selama masa bayi (7 – 18 bulan), semakin percaya diri dan aman ia akan tumbuh.
Minimalkan perpisahan bila memungkinkan. Ingatlah bahwa ini hanya sebuah fase yang akan dilewati bayi. Maka dari itu, bersabarlah. Pada akhirnya, Bunda akan bisa ‘berpisah’ setelah bayi Bunda melewati fase ini menuju tonggak perkembangan berikutnya.
Sering-seringlah bermain cilukba atau petak umpet. Permainan ini membantu untuk membelajarkan bayi Bunda bahwa kita ada meski tidak terlihat. Jika ia terbiasa melakukan ini, ia akan merasa lebih baik meski tidak melihat Bunda.
Melatihnya untuk berpisah. Setiap hari, berlatihlah dengan ‘menghilang’ dari pandangan bayi Bunda. Contohnya, ketika Bunda pergi ke ruangan lain, beribicara atau tiupkan peluit sehingga ia tahu bahwa Bunda tetap ada, meskipun ia tidak dapat melihatnya. Namun, Bunda harus memastikan bahwa hal ini tidak berlangsung lama dan bayi berasa di tempat yang aman.
Jangan menyelinap pergi ketika Bunda harus meninggalkan dia. Pergi diam-diam nampaknya sangatlah mudah, namun hal itu membuat bayi khawatir bahwa Bunda akan selalu melakukannya. Dampaknya? Bunda akan lebih sulit meninggalkannya dan kepercayaan Bayi pun akhirnya berkurang.
Bicaralah dengan bayi Bunda. Jika Bunda pergi ke toko dan harus meninggalkannya di rumah dengan nenek, jelaskan kemana Bunda akan pergi. Jangan lupa mengatakan bahwa Bunda akan kembali. Jika Bunda konsisten melakukan ini, bayi pun lama kelamaan akan mampu memahami apa yang terjadi.
Jangan terburu-buru berpisah, tetapi jangan juga terlalu lama membiarkannya.
Berikan bayi Bunda cukup waktu selama masa cuti Bunda, misalnya. Jika terlalu cepat atau lama, hal ini akan lebih menyakitkan bagi Bunda dan bayi.
Mengekspresikan sikap positif ketika meninggalkannya. Jika Bunda berangkat kerja, atau keluar, pastikan bayi Bunda tersenyum. Bayi mampu menyerap emosi Bunda. Jadi, jika Bunda gugup ketika meninggalkannya, ia akan merasakan hal yang sama.. Rasa percaya diri Bunda akan membantu meringankan rasa takutnya.
Meninggalkan bayi dengan orang-orang yang akrab. Jika Bunda harus meninggalkan bayi dengan pengasuh baru, cobalah untuk mengunjungi beberapa saudara sebelum Bunda meninggalkan mereka berdua saja untuk pertama kalinya.
Berikan mainan atau aktifitas kesukaannya ketika bersama orang lain. Jika Bunda meninggalkan bayi dengan pengasuh atau kerabat, katakan pada mereka untuk memberinya mainan atau aktifitas tertentu yang biasa Bunda berikan. Kemudian, biarkan bayi Bunda fokus dengan aktivitas yang ia sukai bersama orang tersebut.
Biarkan bayi yang memulai perpisahan. Jika dia merangkak pergi ke ruangan lain, jangan buru-buru mengejarnya. Intip saja untuk memastikan bahwa dia aman, tapi biarkan dia tahu bahwa menjelajah tanpa Bunda di rumah itu menyenangkan
Jangan tersinggung. Banyak bayi akan melalui tahap ini dan akan ada banyak orang tua lainnya, serta kakek-nenek, saudara dan teman-teman yang merasa hal ini aneh atau salah. Karena itu, bersabarlah dengan apa yang diucapkan dan cobalah untuk meyakinkan mereka bahwa itu hanya fase sementara dan normal dalam perkembangannya. Dengan sedikit dorongan, waktu, kesabaran, dan kelembutan, fase itu akan berlalu.
