Sebagai orang tua, kita perlu mengetahui cara agar tetap tenang saat anak berbuat ulah. Meski hal itu memang tidak mudah, tapi menjauhkan amarah akan menyelamatkan anak dari dampak fisik dan emosional.
Bagi anak-anak, orang tua yang sedang marah itu nampak seperti raksasa yang menakutkan. Intonasi yang tinggi, mata yang melotot, kata-kata yang tidak menyenangkan, dan terkadang cubitan. Semuanya itu dapat meninggalkan efek negatif yang sulit hilang hingga mereka besar. Terlebih lagi, anak-anak yang terbiasa dimarahi dapat berbalik menjadi pembenci orang tuanya dan lebih memilih teman-temannya.
Lalu, adakah cara untuk tetap mempertahankan kesadaran agar tidak marah? Tentu saja. Bersiaplah berlatih dengan tips-tips di bawah ini.
1. Tarik nafas dalam-dalam
Ketika anda tahu bahwa anda akan marah, ambil beberapa saat untuk menarik nafas. Ingat, responsif itu berbeda dengan impulsif. Merespon itu artinya anda berpikir dulu sebelum mengambil tindakan. Sedangkan impulsif berarti mengambil keputusan tanpa berpikir – yang biasanya terjadi saat anda marah.
2. Jangan terapkan standar orang dewasa pada anak-anak
Dengan begitu anda akan selalu tahu bahwa mereka terkadang melakukan sesuatu di bawah standar yang kita tentukan. Ketika mereka tidak melakukan sesuai dengan yang kita mau, ingatkan diri sendiri bahwa mereka hanya anak-anak. Mereka bukan versi mini dari orang dewasa. Jadi, kita tidak akan berharap mereka melakukan segala hal dengan sempurna. Maka, maafkanlah jika mereka menumpahkan air ketika makan atau mencoret-coret tembok. Tugas mereka adalah menjadi manusia kecil yang belajar melakukan sesuatu dengan baik. Tugas anda adalah tetap tenang agar bisa membimbing mereka.
3. Bersiap-siap dengan dampak dari kelelahan
Ada kalanya semua anggota keluarga merasa lelah. Misalnya saja ketika baru pulang dari bepergian. Ayah lelah menyetir, ibu lelah menggendong adik bayi seharian, dan kakak terlalu lelah untuk membuka sepatu. Ia pun mulai merengek dan, karena tidak ada respon, akhirnya melempar sepatu ke udara sehingga mengenai gelas yang ada di ujung meja. Jika contoh seperti ini sering dalam beragam versi, pastikan anda mengantisipasinya. Contohnya, dengan meminta si kakak untuk membuka sepatu sebelum turun dari mobil. Intinya adalah, kenali level stres keluarga anda dan pemicunya.
4. Cari tahu akar masalahnya
Kemarahan terkadang membuat kita melakukan hal yang tidak akan kita lakukan ketika mampu menguasai diri. Karena itu, cari waktu di saat anda tenang untuk mencari tahu akar masalah penyebab kemarahan. Apa yang sebenarnya anda rasakan? Situasi apa yang benar-benar membuat anda jengkel? Apa yang dapat anda lakukan untuk mengubah kondisi itu?
Terkadang, jawabannya ada pada cara pengasuhan kita. Kita tidak pernah melakukan perjanjian berkonsekuensi dengan anak-anak, misalnya. Atau bisa jadi kemarahan anda sebenarnya disebabkan rasa jengkel anda kepada pasangan yang (menurut anda) lepas tangan dari proses pengasuhan. Atasilah dulu masalah yang anda temukan sebelum kemarahan terjadi lagi. Sungguh tidak adil jika kita korbankan anak-anak atas segala kondisi yang tidak mereka sebabkan.
5. Tenangkan diri sebelum mendisiplinkan anak
Jika kemarahan sudah sampai di ubun-ubun, katakan pada anak untuk tetap di tempat dan bahwa anda harus menjauh beberapa saat. Pastikan bahwa anda tidak dapat meraih mereka agar terhindar dari godaan menyakitinya baik secara verbal maupun secara fisik. Tiga hingga lima menit adalah waktu yang cukup agar anda kembali tenang.
JANGAN pernah mendisiplinkan anak saat anda marah. Namun, jangan abaikan masalah. Berikan pesan singkat kepada anak anda bahwa anda akan berbicara setelah melakukan ini dan itu. Dan, benar-benar tindak lanjuti tindakannya.
6. Hindari mengancam saat marah
Ketika marah, jenis ancaman yang anda lontarkan biasanya tidak akan anda tindak lanjuti. Hal ini akan membuat anak anda belajar bahwa anda hanya bisa gertak sambal. Hal terbaik yang bisa anda lakukan adalah, minta anak anda memikirkan konsekuensi yang bisa ia lakukan karena telah melakukan hal tersebut. Hal itu akan jauh lebih membuat anak berpikir dan lebih berhati-hati di masa depan.
7. Belajar mencari cara efektif mendisiplinkan anak
Ada beragam cara mendisiplinkan anak tanpa teriakan dan kekerasan. Banyak keluarga yang sudah menerapkan hal itu. Tidak ada salahnya belajar dari mereka atau sering-seringlah membaca artikel pengasuhan anak. Dengan ilmu pengasuhan yang memadai, anda dapat lebih percaya diri menyelesaikan segala hal yang berkaitan dengan disiplin dan tingkah laku.
8. Berkomitmen demi membangun hubungan yang positif dengan anak
Membuat komitmen agar tidak marah tidaklah semudah mengucapkannya. Tapi langkah ini sangat efektif karena anda memulainya dari dalam diri sendiri. Mulailah berpikir, apa yang anda inginkan dari hubungan anda dengan anak anda di masa depan? Bagaimana anda ingin diperlakukan olehnya ketika tua? Apakah layak anak saya diperlakukan demikian atas kesalahan yang ia perbuat?
Teruslah kelola proses berpikir seperti hingga kita lebih tenang dan rasional.
Dengan instrospeksi diri, kita akan mampu mengaktifkan pola pikir positif dan mengurangi tingkat emosi negatif. Dengan demikian, kita akan terus belajar menjadi orangtua yang lebih baik setiap harinya.
