Parenting

Ayah Sibuk dan Perhatiannya Terhadap Anak Berkurang? Jangan Khawatir, Ini Cara Ayah Bekerja Agar Dekat Dengan Anak

Pada prinsipnya bagi pria menjadi seorang ayah adalah kebanggaan yang sangat luar biasa, moment tersebut sangat dinanti-nanti oleh para pria yang istrinya sedang mengandung pertama kali. Ada rasa bahagia, haru, dan juga rasa grogi.

Rasa bahagia sekaligus harus terbut disebabkan karena para pria mau tidak mau harus menghadapi rutinitas yang tidak biasa atau baru. Seperti misalnya: terbangun pada malam hari, mengganti popok, dan mengawasi pertumbuhan si kecil.

Kita tahu seorang lelaki juga memiliki tugas yang tidak kalah beratnya dengan seorang ibu yakni menjamin kelangsungan kehidupan anak dan istri, artinya ayah harus mencari nafkah di luar rumah. Hal itu tentu menyebabkan ayah akan sibuk dengan aktifitasnya sehingga perhatiannya terhadap anak akan berkurang. Tentu kondisi tersebut mengakibatkan si kecil merasa tidak dekat dengan sang ayah.

Nah, tetapi anda jangan khawatir, sebenarnya ayah pun bisa dekat dengan anak meski dia sibuk sekali pun. Asalkan tahu caranya dan bisa memilih waktu yang tepat. Dalam artikel ini akan dibahas oleh penulis mengenai kedekatan ayah dengan anak meski ayah sibuk bekerja.

Cara ayah mendekati anak meski sibuk

Memang tidak mudah bagi seorang ayah untuk tetap merasa dekat terhadap anak, karena adanya aktifitas sehari-hari yang lebih banyak berada di luar mencari nafkah. Berbeda dengan seorang ibu yang memang kesehariannya lebih banyak bersamanya, mulai dari pagi sampai malam lagi.

Maka tak heran jika para anak lebih cenderung dekat dengan ibunya ketimbang ayahnya. Sedangkan kita tahu anak akan bertemu dengan ayahnya ketika pagi sebelum ayah berangkat kerja, dan ketika ayah pulang dari kerja. Terkadang ketika ayah pulang si kecil sudah tidur lelap.

Namun sebenarnya jika ayah memiliki tekat dan niat maka tetap bisa mendekati anaknya selayaknya ibu, yakni dengan memilih waktu dan moment yang tepat untuk bersama si kecil. Mungkin bagi ayah yang ingin sekali bisa dekat dengan anak disela-sela kesibukannya, maka bisa ikuti panduan berikut ini.

Cara mendekati anak supaya dekat dengan ayah

Jika ayah ingin dekat kepada si kecil tentu harus dilatih sejak anak masih bayi, karena dengan demikian naluri si anak akan dapat menyatu selayaknya dengan ibunya. Ayah bisa melakukan kegiatan-kegiatan berikut ini setelah bekerja. Mungkin melelahkan, tetapi harus anda lakukan supaya anak bisa dekat dengan anda.

1. Biasakan untuk mengganti popok ketika si kecil pup atau ngompol

Tentu hal tersebut merupakan kegiatan yang paling dasar yang harus dimiliki oleh para ayah. Ayah harus tahu bagaimana cara mengganti popok dan kapan harus dilakukan. Terutama perhatikan pada saat bayi merasa tidak nyaman dan sering rewel.

2. Memberi makan pada bayi

Mungkin bisa jadi tugas yang satu ini adalah tugas yang sangat menakutkan bagi seorang ayah. Ketika memberi makan si kecil, memerlukan kesabaran dan juga toleransi yang banyak pada si kecil. Tentu ayah bisa menggantikan tugas istri untuk menyuapi si kecil dengan mengajaknya bermain atau membacakan dongeng atau cerita sambil dia makan.

3. Menanamkan sikap toleransi

Ayah perlu melatih rasa toleransi terhadap anak, seperti misalnya ketika dia rewel dan ingin digendong oleh anda karena pada prinsipnya dia hanya mencari perhatian untuk mendapatkan kasih sayang dari anda.

4. Biasakanlah untuk mengajak si kecil bermain

Perlu ayah tahu bahwa bermain dengan anak dapat membantu membangun sebuah ikatan batin antara ayah dengan anak. Jika anak anda masih berusia di bawah lima tahun maka mainan sederhana yang bisa dimainkan, seperti misalnya peek-a-boo. Namun jika si kecil berusia di atas empat tahun maka anda bisa mengajaknya bermain dengan permainan yang menantang.

5. Ikut serta dalam merawat anak

Tentu tidak hanya mengganti popok saja, melainkan merawat anak seperti memandikan si kecil. Dengan begitu si kecil pun akan merasa dekat dengan anda sebagai ayahnya.

6. Berikanlah saran dan ajaklah dia berbicara

Sebagai figur seorang ayah, maka anda pun wajib untuk memberi pengertian atau pemahaman yang berupa saran dan penjelasan terhadap anak pada saat dia menghadapi suatu masalah. Tetapi, ketika si kecil belum bisa berbicara maka berikanlah perkataan yang mudah dimengerti olehnya.

7. Selalu menjadi panutan

Anak-anak akan mencerminkan sikap dari orang tuanya, oleh karena itulah berikan contoh yang baik kepada anak-anak sejak dini, terutama ketika dia mulai beranjak besar, selalu perhatikan tingkah laku dan gaya bicara anda. Sebab jika tidak maka anak akan menirukan dan mengambil contoh yang kurang baik.

8. Berikanlah dukungan kepada anak

Setiap pilihan anak selagi tidak menyimpang sebaiknya anda dukung. Jangan memaksakan kehendak anda sementara anak tidak merasa nyaman. Sebaiknya anda memberikan keleluasaan kepada anak untuk menentukan pilihannya selagi baik dan tidak melanggar norma atau aturan yang berlaku.

9. Ajaklah berlibur

Ketika anda sedang libur bekerja, maka tidak ada salahnya untuk mengajaknya berlibur bersama keluarga. Ajaklah ia bermain ke suatu tempat yang membuatnya senang dan bahagia.

10. Selalu pantau kondisi anak

Ini hal yang sangat penting harus dilakukan oleh para ayah, yakni memantau anak-anaknya ketika beraktifitas di luar. Ketika mengetahui si anak kurang tepat dalam berbuat, maka nasehatilah dengan bijaksana, berikanlah pengertian dan pemahaman yang bisa diterima oleh si anak dengan tanpa emosional.

Itulah tadi ulasan mengenai kedekatan antara ayah dan anak. Semoga artikel di atas dapat menjadi inspirasi baik bagi para orang tua.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.


Parenting

5 Ketakutan Orang Tua Mendidik Anak Generasi Digital, Bunda Termasuk yang Mana?

gadget-pada-anak

Dibandingkan puluhan tahun lalu, para orang tua milenial butuh ekstra usaha dalam mengasuh dan mendidik anak di zaman sekarang. Perkembangan era digital memang mengubah segalanya, termasuk cara pengasuhan. 

Di satu sisi, perkembangan dunia digital memberikan berbagai kemudahan yang menguntungkan. Namun, di sisi lain ada gap yang sangat jauh antara kita, orang tua sebagai immigrant digital, dengan anak-anak yang merupakan generasi native digital, yang sudah bersentuhan dengan teknologi sejak lahir. 

Jika kita gagap beradaptasi dengan pengasuhan era digital, komunikasi dengan anak bisa tidak harmonis. Dalam jangka panjang, hal ini bisa mengganggu perkembangan psikologi, mental dan perilakunya di masa depan. 

Berikut ini adalah 5 hal yang kerap menjadi kekhawatiran orang tua milenial dalam mendidik anaknya yang merupakan generasi native digital. 

1. Takut Anak Jauh dari Orang Tua 

Paparan media digital bisa saja membuat anak asyik berselancar di dunia dan lupa dengan interaksi langsung di dunia nyata. Para orang tua takut anak-anak mereka menjadi jauh. Bukan secara fisik, namun secara kontak psikologis. 

2. Anak Jadi Korban Kejahatan Internet   

Derasnya arus informasi, memudahkan anak menemukan  konten apapun. Banyak yang bermanfaat, namun ada juga konten berbahaya seperti pornografi, kekerasan, belum lagi ancaman cyberbullying dan pedofilia yang mengintai anak-anak. 

3. Takut Anak Tidak Tangguh 

Kecepatan adalah ciri dunia digital. Tak heran, generasi native digital akan terbiasa dengan segala sesuatu yang serba instant. Para orang tua khawatir kondisi ini membuat anak-anak tidak memiliki daya juang, mudah menyerah dan tidak tangguh saat ingin mencapai sesuatu. 

4. Takut Mengganggu Perkembangan Fisiknya 

Penggunaan gadget secara berlebihan bisa membuat anak malas bergerak, sehingga tumbuh kembangnya tidak optimal. Paparan berlebihan terhadap gadget juga bisa memicu masalah tidur dan merusak penglihatannya.   

5. Takut Menghambat Perkembangan Sosialnya 

Ketidakseimbangan akses teknologi dengan aktivitas di dunia nyata bisa membuat anak tumbuh menjadi pribadi yang lebih mementingkan diri sendiri sehingga sulit bergaul secara langsung. Anak juga bisa kesulitan mengenali berbagai nuansa perasaan. Gadget juga bisa berdampak pada terlambatnya perkembangan bicara dan bahasa.   

Apakah ada di antara 5 ketakutan tersebut yang juga menjadi ketakutan Bunda? Atau justru ada ketakutan lainnya?  Wajar jika kita sebagai orang tua punya kekhawatiran semacam itu. Karena kita tentunya ingin memberikan yang terbaik untuk anak-anak kita. 

Sebenarnya, kunci dari keberhasilan seorang anak agar kelak bisa menghadapi era digital dengan baikadalah kesiapan mental yang dilatihkan oleh orang tua kepada anak sejak anak masih kecil. Lalu, sudahkah kamu tahu caranya? Sangat disayangkan jika orang tua tidak tahu caranya, sehingga terlewat untuk membimbing anak memiliki potensi luar biasa. 

Untuk menjawab kegelisahan itu, Kelasin.com berkolaborasi dengan Angga Setyawan, founder Anak Juga Manusia, menggelar workshop ‘Cara Efektif Mempersiapkan Anak Menuju Dewasa dan Mandiri di Era Digital’. Materi yang dipelajari antara lain: – Memberi pemahaman tentang dinamika perilaku anak – Mengubah paradigma orang tua dalam memandang anak – Membekali orang tua pengetahuan tentang potensi anak – Membekali orang tua bagaimana mengelola perilaku anak – Membekali orang tua bagaimana menyiapkan anak bermental tangguh – Membekali orang tua bagaimana menyiapkan anak agar sanggup berjuang – Membekali orang tua skill bagaimana membantu anak meraih cita-citanya – Membekali orang tua skill bagaimana berkomunikasi yang efektif dengan anak – Membekali orang tua bagaimana membangun relasi yang sehat bersama anak. 

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Most Share

To Top