Mendidik anak tentu tidak mudah, tapi juga tidak sulit jika orangtua punya ilmunya. Mendidik dan membesarkan anak pertama, orang tua sudah banyak hal-hal baru dan hal yang menyengkan.
Bayangkan jika ayah akan punya istri baru, Seperti itulah nanti perasaan si kakak ketika ada adik baru
Ibu, bayangkan jika ayah akan punya istri baru.
Ayah akan memohon pada ibu agar merestui keinginannya. Ayah mengatakan bahwa jika punya istri baru, ibu akan merasa lebih senang karena ada yang menemani di rumah sewaktu ayah ke kantor, ada yang membantu meringankan tugas rumah tangga, ada yang menemani shopping ke mall, punya tempat berbagi disaat ayah sibuk, dan kesenangan lainnya yang dijanjikan ayah demi mendapat restu ibu untuk punya istri baru. Ibu akhirnya merestui ayah untuk punya istri baru karena iming-iming yang ditawarkan.
Setelah menikah, si istri baru tinggal bersama ibu. Ibu mulai merasa sebal ketika menghadapi kenyataan bahwa ia lebih cantik, lebih muda, lebih seksi, dan ayah kelihatan lebih sayang padanya. Jika si istri baru melakukan kesalahan, ayah memakluminya karena ia baru tinggal di rumah dan masih perlu beradaptasi dengan aturan main di rumah, sementara jika ibu yang bersalah tentulah ayah akan marah. Lama-lama kondisi ini membuat jengkel hingga mendorong ibu ‘berulah’ dengan maksud mendapatkan perhatian ayah, tapi bukannya perhatian yang ibu terima malahan ibu dituntut lebih pengertian dan lain sebagainya.
Sama halnya dengan seorang calon kakak. Atas dasar berbagai alasan, ayah dan ibu mungkin berencana untuk menambah teman main bagi si kecil, ya.. punya adik baru. Ayah dan ibu akan mengiming-imingi calon kakak bahwa punya adik itu menyenangkan, bisa diajak main, kakak tidak kesepian lagi, dan hal lainnya yang membuat calon kakak tertarik untuk punya adik. Setelah adik lahir dan tiba di rumah, banyak sekali orang datang menjenguknya, memberinya hadiah, semua orang seakan begitu tertarik padanya. Kata orang dia lucu, imut-imut, menggemaskan, padahal kerjanya hanya bisa menangis seharian. Meskipun begitu, ayah dan ibu tetap saja mau menimang dan tersenyum manis pada si adik bayi ini, sementara kalau kakak menangis atau minta sesuatu seringnya dijawab dengan “kakak tidak boleh cengeng, kan sudah punya adik, itu tandanya kakak sudah besar”, belum lagi kakak ‘diusir’ saat ibu sibuk memandikan adik karena terkesan keberadaannya mengganggu, huh menyebalkan. Bayangan bahwa punya adik menyenangkan itu ternyata salah, akhirnya kakak jadi berulah untuk mendapatkan perhatian ayah ibu yang dirasa terebut oleh kehadiran adik.
Ayah dan ibu tentu tidak ingin anaknya mengalami hal seperti itu bukan?
Lalu bagaimana cara kita mempersiapkan mental calon kakak agar ia benar-benar siap menjadi kakak?
1. Orang tua sebaiknya menilai si calon kakak sebelum memutuskan untuk memberinya adik, apakah calon kakak sudah siap untuk segera menjadi kakak ataukah masih perlu dibimbing agar ia menjadi siap
Parameter kesiapan anak untuk menjadi kakak dapat dilihat dari kesehariannya. Anak yang siap menjadi kakak cenderung lebih mandiri, berusaha melakukan berbagai hal untuk memenuhi keperluan hidupnya sendiri misalnya ia mampu makan sendiri walaupun makanannya harus disiapkan terlebih dahulu, berusaha membereskan mainannya sendiri seusai bermain, mampu bernegosiasi dan konsekuen terhadap kesepakatan yang dibuatnya. Selain itu, anak yang siap menjadi kakak cenderung lebih penyayang dan pengertian. Jika anak sudah menunjukan sikap-sikap yang disebutkan tadi, besar kemungkinan ia siap menjadi kakak.
2. Beri pengertian dan Komunikasi tetap dapat dilakukan karena walau kelihatannya mereka seperti tidak peduli, sebenarnya mereka mendengarkan dan mengerti
Berkomunikasi adalah hal terbaik yang bisa dilakukan untuk mengutarakan keinginan orang tua pada anaknya. Calon kakak perlu diajak ngobrol tentang pandangannya jika memiliki adik. Selain menjadi tahu apa yang calon kakak pikirkan tentang kehadiran seorang adik, kita sebagai orang tua pun lebih mudah menilai kesiapan anak dan mengarahkannya agar siap menjadi kakak. Bagaimana jika calon kakak masih teramat muda (red: calon kakak masih batita) dan kelihatan belum bisa diajak bertukar pikiran? Komunikasi tetap dapat dilakukan karena walau kelihatannya mereka seperti tidak peduli, sebenarnya mereka mendengarkan dan mengerti. Penyampaian yang berulang akan membantu mereka memahami maksud orang tuanya.
3.Katakanlah apa saja yang harus ia siapkan untuk menjadi kakak, siapakah sosok adik dan kenapa adik harus disayang
Tidak perlu berbohong pada calon kakak dengan mengatakan semua yang baik-baik tentang kehadiran adik tanpa memberi tahu apa saja konsekuensi menjadi kakak karena hal itu hanya akan melukai hati kakak jika pada kenyataannya tidak sesuai dengan yang dibayangkan. Katakanlah apa saja yang harus ia siapkan untuk menjadi kakak, siapakah sosok adik dan kenapa adik harus disayang. Perlu diingat, katakanlah hal secara positif, jangan mengatakan sesuatu yang membuat calon kakak menjadi tidak siap menerima kenyataan bahwa ayah ibu berencana memberinya adik. Saat adik telah lahir dan ada di tengah-tengah keluarga, jangan lupa untuk mengikutsertakan kakak dalam hal mengurus adik agar ia tidak merasa terabaikan dan ibu juga akan merasa terbantu karena punya ‘asisten pribadi’.
Melatih calon kakak yang masih balita untuk jadi penyang bisa dipraktekan pada boneka ataupun hewan peliharaan seperti ia tidak boleh menekan mereka terlalu keras apalagi menindih dan melemparnya, anggap saja itu miniatur seorang adik bayi sehingga secara tidak langsung calon kakak belajar memperlakukan bayi sebagaimana mestinya. Selain itu, hal ini juga bermanfaat agar kakak menjadi pribadi yang lebih penyayang. Apabila kakak masih terlalu kecil dan beluk bisa untuk diikut sertakan mengurus adik misalkan dimintai tolong mengambilkan baju, popok, atau minyak telonnya, jangan usir kakak saat ibu sibuk mengurus adik, ajak saja kakak untuk ada disamping ibu dan adik, dengan demikian kakak merasa bahwa kehadiran adik tidak merebut kasih sayang orang tua justru mengajarkan ia lebih dewasa.
Ayah dan ibu sebaiknya tidak membedakan antara kakak dan adik hanya karena kakak lebih tua jadi dianggap lebih mengerti dan harus banyak mengalah. Hal ini hanya akan membuat kakak sedih dan cemburu. Seorang kakak juga punya kebutuhan dan hak disayangi orang tua secara penuh jadi tidak adil rasanya hanya karena umur ia harus kehilangan apa yang diharapkan dan menjadi kebutuhannya. Orang tua yang punya anak lebih dari satu memang diharuskan lebih pandai menyiasati hal ini.
